TURUNNYA AL-QUR’AN
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
“(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran ” (QS. Al Baqarah: 185).
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi” (QS. Ad Dukhon: 3).
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا
أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ
كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).
Muqaddimah
Diantara
momentum yang berharga di bulan Ramadhan adalah malam nuzulul qur’an dan
lailatul Qadar. Keduanya merupakan ruang bersejarah yang menentukan
kehidupan dunia selanjutnya. Karena keduanya berhubungan langsung dengan proses
turunnya al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat manusia.Akan tetapi
seringkali disalah fahami keterangan antara nuzulul qur’an dan lailatul
qadar, bahkan saling tumpang tindih antar keduanya, sehingga perlu
diuraikan lebih jelas. Istilah nuzulul qur’an yang sering diperingati
pada malam tanggal 17 Ramadhan merupakan malam di mana pertama kali al-Qur’an
diturunkan kepada Rasulullah saw di Gua Hira melalui malaikat Jibril. Pada
kesempatan pertama kali ini Malaikat Jibril membawa surat iqra’ wa rabbukal
akram. Kemudian untuk selanjutnya al-Qur’an diturunkan secara
berangsur.
Pengertian Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an
yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah yang merujuk
kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul
terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW. Ramadhan adalah bulan
diturunkannya al-Quran.
Turunnya al-Quran dari Allah SWT kepada Rasullullah SAW diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan.
Turunnya al-Quran dari Allah SWT kepada Rasullullah SAW diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan.
Menurut bahasa,
kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja iqro yang berarti
bacaan. “Quran” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr.
Subhi Al Salih berarti “bacaan”, asal kata qara’a. Kata Al Qur’an itu
berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Karena
Al-Qur’an bukan saja harus di baca oleh manusia, tetapi juga karena dalam
kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya. Baik pada waktu shalat
maupun di luar shalat.
Di dalam Al
Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagal tersebut
dalam ayat 17, 18 surah (75) Al-Qiyaamah :
Artinya:‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. karena itu jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya”.
Artinya:‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. karena itu jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya”.
Dr. Subhi Al-Shalih dalam “Mabahits
fi Ulum Al -Qur’an” merumuskan definisi Al-Qur’an yang dipandang dapat
diterima oleh mayoritas ulama terutama ahli bahasa, ahli fiqih dan ahli
ushul fiqih, sebagai berikut: “Al -Qur’an adalah firman Allah SWT yang
bersifat/berfungsi mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
ditulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan yang
dipandang beribadah membacanya2. Dari definisi yang dikemukanan di atas, bahwa
pada intinya Al -Qur’an itu adalah merupakan firman Allah. Perbedaan yang
terjadi hanyalah dalam memberikan sifat-sifat dari firman Allah tersebut
sehingga menjadi lebih spesifik dan tidak tertukar dengan firman-firman Allah
selain Al-Qur’an.
Menurut Syaikh
Muhammad Khudlari Beik, Al-Qur’an ialah firman Allah SWT yang berbahasa arab
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk difahami isinya dan diingat
selalu, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang sudah ditulis dalam
mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.
Dalam definisi tersebut di atas bahwa Al-Qur’an mengandung unsur –unsur Sebagai
berikut :
- Lafadz-lafadznya berbahasa arab
- Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
- Disampaikan secara mutawatir
- Ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al -Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.
Tahapan Nuzulul Qur’an
Turunnya Qur’an
merupakan perstiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni
langit dan bumi. Turunnya al-Quran yang pertama kali pada malam lailatul
qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri
dari malaikat-malaikat akan kemulian umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan
oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan
bagi manusia. Turunnya alquran yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan
kitab yang turun sebelumnya.
Allah menurunkan alquran kepada manusia melalui 3 kali tahap penurunan.
Allah menurunkan alquran kepada manusia melalui 3 kali tahap penurunan.
- Di lauhil
mahfudz yang semua orang tidak tau kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa
ketika turun?Ibnu katsir lewat riwayat ibnu khatam:
“Ma min syai’in qodo allah al quran wama qoblahu wama ba’dahu illa bil lauhil mahfudz”
Artinya: “Apapun
yang di qodo’ Allah sebelum dan sesudah alquran , semuanya itu di letakkan di
lauhil mahfudz dan tak tau dimana itu letaknya dan tidak diijinkan siapaun tau
tentang lauhil mahfudz. Adapun jumlahnya seklaigus atau jumlatan wahidatan.
- Dari lauhil mahfudz ke baitul ‘izza
Yaitu langit
yang pertama yang tampak ketika dilihat di dunia ini namun tidak diketahui
letak persisinya. Adapun jumlahnya adalah semuanya (jumlatan wahidatan) pada
waktu lialatul qodar. Namun tanggalnya tidak diketahuai, adapaun bulannya sudah
jelas pada bulan ramadlan.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqtil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya al-qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Sebetulnya tidak hanya alquran saja yang diturunkan pada bulan romadhon, namun juga;.
1) Taurot : 6 hari setelah romadhon
2) Suhuf ibrohim : 1 harisetelah romadhon
3) Injil : 13 hari setelah romadhon
4) Zabur : 12 hari setelah romadhon
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqtil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma’) bahwa turunnya al-qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Sebetulnya tidak hanya alquran saja yang diturunkan pada bulan romadhon, namun juga;.
1) Taurot : 6 hari setelah romadhon
2) Suhuf ibrohim : 1 harisetelah romadhon
3) Injil : 13 hari setelah romadhon
4) Zabur : 12 hari setelah romadhon
- Dari baitul ‘izzah ke Rasulallah.
Penurunannya tidak seklaigus, namun
diangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun berdasrkan kebutuhan, peristiwa, atau kejadian atau
bahkan permintaan lewat malaikat jibril.
Adapun kitab-kitab samawi yang lain,seperti taurat, inzil, dan zabur,turunnya sekaligus, tidak turun secara berangsur-angsur.Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh firman-Nya dalam surah al-furqan ayat 32:
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir : ‘mengapa Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok.” (al-furqon [25]:32).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun sekaligus.Dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama. Seandainya kitab-ktab itu turun secara berangsur-angsur,tentulah orang-orang kafir tidak akan merasa heran terhadap Quran yang turun berangsur-angsur.Maka kata-kata mereka,” mengapa Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus” Seperti halnya kitab-kitab yang lain. Allah tidak menjawab mereka bahwa ini adalah Sunnah-Nya didalam menurunkan kitab samawi sebagaimana Dia menjawab kata-kata mereka dalam surah al-Furqan ayat 7:
” Dan mereka berkata :mengapa rasul ini memakann makanan dan berjalan dipasar-pasar?” (Al-Furqon:7) dengan jawaban:
“Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu,melinkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar.”
Tetapi Allah menjawab mereka dengan menjelaskan hikmah mengapa Quran diturunkan secara bertahap dengan firman-Nya: ”Demikiannlah supaya kami perkuat hatimu”, maksudnya: Demikianlah kami menurunkan Quran secara bertahap dan pisah-pisah karena suatu hikmah,yaitu untuk memperkuat hati rasulullah saw. ”Dan kami membacakannya kelompok demi kelompok”,maksudnya: Kami menentukannya seayat dem seayat atau bagian demi bagian atau kami menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya, karena tutunnya yang bertahap sesuai dengan peristiwa” itu lebih dapat memudahkan hafalan dan pemahaman yang merupakan salah satu penyebab kemantapan (didalam hati). Penelitan terhadap hadits-hadits sahih mengatakan bahwa Quran turun menurut keperluan ,terkadang turun 5 ayat,10 ayat terkadang lebuh banyak dari itu.
Adapun kitab-kitab samawi yang lain,seperti taurat, inzil, dan zabur,turunnya sekaligus, tidak turun secara berangsur-angsur.Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh firman-Nya dalam surah al-furqan ayat 32:
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir : ‘mengapa Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok.” (al-furqon [25]:32).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang terdahulu itu turun sekaligus.Dan inilah pendapat yang dijadikan pegangan oleh jumhur ulama. Seandainya kitab-ktab itu turun secara berangsur-angsur,tentulah orang-orang kafir tidak akan merasa heran terhadap Quran yang turun berangsur-angsur.Maka kata-kata mereka,” mengapa Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus” Seperti halnya kitab-kitab yang lain. Allah tidak menjawab mereka bahwa ini adalah Sunnah-Nya didalam menurunkan kitab samawi sebagaimana Dia menjawab kata-kata mereka dalam surah al-Furqan ayat 7:
” Dan mereka berkata :mengapa rasul ini memakann makanan dan berjalan dipasar-pasar?” (Al-Furqon:7) dengan jawaban:
“Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu,melinkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar.”
Tetapi Allah menjawab mereka dengan menjelaskan hikmah mengapa Quran diturunkan secara bertahap dengan firman-Nya: ”Demikiannlah supaya kami perkuat hatimu”, maksudnya: Demikianlah kami menurunkan Quran secara bertahap dan pisah-pisah karena suatu hikmah,yaitu untuk memperkuat hati rasulullah saw. ”Dan kami membacakannya kelompok demi kelompok”,maksudnya: Kami menentukannya seayat dem seayat atau bagian demi bagian atau kami menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya, karena tutunnya yang bertahap sesuai dengan peristiwa” itu lebih dapat memudahkan hafalan dan pemahaman yang merupakan salah satu penyebab kemantapan (didalam hati). Penelitan terhadap hadits-hadits sahih mengatakan bahwa Quran turun menurut keperluan ,terkadang turun 5 ayat,10 ayat terkadang lebuh banyak dari itu.
Hikmah Turunnya Alqur’an Secara Berangsur-angsur
Al-Qur’an tidak
diturunkan kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab
tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan
peristiwa yang melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah:
- Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam .
Firman-Nya:
“Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
Kata Abu Syamah, ayat itu menerangkan bahwa Allah memang sengaja menurunkan Qur’an secara berangsur-angsur. Tidak sekali turun langsung berbentuk kitab seperti kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul sebelumnya, tidak. Lantas apa rahasia dan tujuannya? Tujuannya ialah untuk meneguhkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam . Sebab dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
“Orang-orang kafir berkata, kenapa Qur’an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
Kata Abu Syamah, ayat itu menerangkan bahwa Allah memang sengaja menurunkan Qur’an secara berangsur-angsur. Tidak sekali turun langsung berbentuk kitab seperti kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul sebelumnya, tidak. Lantas apa rahasia dan tujuannya? Tujuannya ialah untuk meneguhkan hati Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam . Sebab dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa, kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Muhammad. Dengan begitu turunnya melaikat kepada beliau juga lebih intens (sering), yang tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saat-saat yang paling baik di bulan Ramadhan, ialah seringnya perjumpaan beliau dengan Jibril.
2.
Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Qur’an
Karena menurut
mereka aneh kalau kitab suci diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu
Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja yang (tak perlu melebihi)
sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja
yang seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3.
Supaya mudah dihapal dan dipahami.
Memang, dengan
turunnya Qur’an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk
menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf
seperti orang-orang arab pada saat itu; Qur’an turun secara berangsur-angsur
tentu sangat menolong mereka dalam menghafal serta memahami ayat-ayatnya.
Memang, ayat-ayat Qur’an begitu turun oleh para sahabat langsung dihafalkan
dengan baik, dipahami maknanya, lantas dipraktekkan langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berkata:
“Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Qur’an kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi)
“Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Qur’an kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi)
4.
Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat
mengamalkannya.
Dengan begitu
kaum muslimin waktu itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan
turunnya ayat-ayat Qur’an. Apalagi pada saat memerlukannya karena ada peristiwa
yang sangat menuntut penyelesaian wahyu; seperti ayat-ayat mengenai kabar
bohong yang disebarkan oleh kaum munafik untuk memfitnah bunda Aisyah, dan
ayat-ayat tentang li’an.
5.
Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan
suatu hukum.
Al-Qur’an turun
secara berangsur-angsur; yakni dimulai dari maslaah-masalah yang sangat penting
kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Nah, karena masalah yang sangat
pokok dalam Islam adalah masalah Iman, maka pertama kali yang dipriorotaskan
oleh Al-Qur’an ialah tentang keimanan kepada Allah, malaikat, iman kepada
kitab-kitbnya, para rasulnya, iman kepdaa hari akhir, kebangkitan dari kubur,
dan surga neraka. Hal itu didukung dengan dalil-dalil yang rasional yang tujuan
untuk mencabut kepercayaan-kepercayaan jahiliyah yang berpuluh-puluh tahun
telah menancap di hati orang-orang musyrik untuk ditanami/diganti dengan
benih-benih akidah Islamiyah.
Metode Diturunkannya Al-Qur’an (Kaifiyah Inzal)
Pertama: Al-Qur’an Diturunkan Secara Sekaligus
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.” (Al-Baqarah 185)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (Al-Qodr 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi.” (Ad-dukhon 3)
Dalam 3 ayat di
atas, semua menjelaskan tentang turunnya Al-Quran pertama kali, yaitu pada
bulan Ramadhan tepatnya malam lailatul qadar; malam kemuliaan. Dan pada surat
Ad-Dukhon yang dimaksud malam mubarok ialah malam lailatul qadar pada
bulan Ramadhan sebagaimana yang dikatakan oleh kebanyakan ulama tafsir. (lihat tafsir
Al-Alusi)
Dalam kitab Al-Burhan
Fi ‘Ulumil-Qur’an karangan Syeikh Badruddin Az-Zarkasyi (W. 794 H), beliau
mengatakan bahwa dalam hal ini para Ulama berbeda pendapat ke dalam 3 pendapat
yang masyhur.
Dan dari tiga
pendapat tersebut, yang paling mendekati kepada pendapat yang kuat dan benar
ialah pendapat yang banyak dipegang oleh Jumhur Ulama, yaitu:
Bahwa Al Qur’an
diturunkan sekaligus ke langit dunia (daarul Izzah) pada malam Lailatul
Qodr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang kehidupan Nabi
saw setelah beliau diangkat menjadi Nabi di Mekah dan Madinah sampai wafat
beliau.
Banyak para
ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling mendekati kebenaran,
berdasarkan suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Hakim dalam mustadroknya
dengan sanad yang shahih, dari Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhuma, beliau
mengatakan bahwasanya Al-Quran itu turun sekaligus ke langit dunia pada malam
lailatul qadr. Kemudian diturunkan berangsur-angsur selama 20 tahun, kemudian
ia mambaca ayat,
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik.” (QS. Al
Furqan: 33)
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian.” (QS. Al Isra:
106)
Imam An-Nasa’i
juga meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma, beliau berkata: “……dan Al-Qur’an diletakkan di baitil izzah
dari langit dunia kemudian Jibril turun dengan membawanya kepada Muhammad SAW.”
Kedua: Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsuran
Setelah
diturunkan secara lengkap (keseluruhan) dari Lauh Mahfudz ke langit Dunia
(Baitul-Izzah), Al-Qur’an turun secara berangsuran selama 23 tahun (ini menurut
pendapat yang kuat); 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dan turunnya
Al-Qur’an secara berangsuran telah dijelaskan dalam firman Allah SWT,
وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنزِيلاً
“Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian.” (QS. Al Isra:
106)
Dan inilah
salah satu keistimewaan Al-Qur’an, bahwa kitab suci umat Nabi Muhammad ini
turun secara berangsuran setelah sebelumnya diturunkan secara lengkap/sekaligus.
Ini berbeda
dengan kitab-kitab samawi lainnya yang diturunkan secara sekaligus, yaitu
Injil, Taurat dan Zabur, tanpa ada angsurannya. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ
الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ
وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيل وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ
وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang
kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami
datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan: 32-33)
Dan ayat
pertama yang turun menurut kebanyakan ulama ialah surat Al-Alaq (dan ini adalah
pendapat yang kuat), atau biasa kita sebut dengan surat Iqra’ ayat 1-5. Ini
berdasarkan riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam
kitab Shahih keduanya dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha Istri Rasul SAW.
BY ABI
AZMAN.27/6/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar