PUASA RAMADHAN
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2] : 183)
Sabda Rasulullah saw berkata, “Siapa
yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji, maka
bagi Allah SWT tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan minumnya (percuma
dia berpuasa).” (HR.Buhari dari Abu Hurarah).
Imam Ali bin Abi Thalib as berkata,
“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya
mustajab (dikabulkan), amalnya diterima. Sesungguhnya bagi seorang yang
berpuasa di saat berbuka do’anya tidak tertolak!” (Bihar al-Anwar 93:360)
Muaqaddimah
Tujuan ibadah puasa adalah untuk mencapai derajat
takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang imannya senantiasa aktif membentuk
dirinya, sehingga dia tetap istiqamah (konsisten) dalam beribadat, berakhlak
mulia dan terjauh dari segenap dosa dan maksiat.
Banyak orang yang telah berulang kali puasa setiap tahun, bahkan ada yang sudah puluhan kali berpuasa, namun taqwa masih jauh dari kehidupannya, imannya tidak aktif, ibadatnya tidak istikamah, dan akhlaqnya jauh dari mulia, perbuatan dosa masih mengotori dirinya, yang diperoleh dari ibadah puasa hanya lapar dan haus saja.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab tidak sedikit manusia menduga bahwa puasa itu hanya sekadar menahan lapar dan haus saja, dan mereka juga memahami bahwa puasa itu adalah pengendalian hawa nafsu selama bulan Ramadan saja, lalu setelah Ramadan mereka kembali dikendalikan oleh hawa nafsunya.
Banyak orang yang telah berulang kali puasa setiap tahun, bahkan ada yang sudah puluhan kali berpuasa, namun taqwa masih jauh dari kehidupannya, imannya tidak aktif, ibadatnya tidak istikamah, dan akhlaqnya jauh dari mulia, perbuatan dosa masih mengotori dirinya, yang diperoleh dari ibadah puasa hanya lapar dan haus saja.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab tidak sedikit manusia menduga bahwa puasa itu hanya sekadar menahan lapar dan haus saja, dan mereka juga memahami bahwa puasa itu adalah pengendalian hawa nafsu selama bulan Ramadan saja, lalu setelah Ramadan mereka kembali dikendalikan oleh hawa nafsunya.
Hukum Puasa
Hal ini dapat dilihat pula pada pertanyaan seorang
Arab Badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang Badui ini datang
menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan berambut kusut,
kemudian dia berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Beritahukan aku mengenai puasa yang Allah wajibkan padaku.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شَهْرَ رَمَضَانَ ، إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا
“(Puasa yang wajib bagimu adalah) puasa Ramadhan.
Jika engkau menghendaki untuk melakukan puasa sunnah (maka lakukanlah).”
(HR. Bukhari)
Dan kaum muslimin juga telah sepakat tentang wajibnya
puasa ini dan sudah ma’lum minnad dini bidhoruroh yaitu seseorang akan kafir
jika mengingkari wajibnya hal ini. Puasa ramadhan ini tidak gugur bagi orang
yang telah dibebani syariat kecuali apabila terdapat ‘udzur (halangan).
Di antara ‘udzur sehingga mendapatkan keringanan dari agama ini untuk
tidak berpuasa adalah orang yang sedang bepergian jauh (safar), sedang sakit,
orang yang sudah berumur lanjut (tua renta) dan khusus bagi wanita apabila
sedang dalam keadaan haid, nifas, hamil atau menyusui. (Lihat Shohih
Fiqh Sunnah, II/89, 118-127)
Syarat Puasa
Para pembaca sekalian ingatlah puasa memiliki
syarat-syarat sebagaimana pula shalat. Jika syarat ini tidak ada maka puasa
tersebut tidak sah. Syarat tersebut adalah: 1. Dalam keadaan suci, terbebas
dari haid dan nifas, dan 2. Berniat. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, II/97)
Wajib Berniat di Setiap Malam Bulan Ramadhan
Inilah pendapat yang dipilih oleh Imam Nawawi rahimahullah
dalam kitab beliau Rowdhotuth Tholibin, I/268 dan ini pula yang menjadi
pendapat Malikiyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah. Dalilnya adalah hadits Ibnu
Umar dari Hafshoh bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa siapa yang tidak berniat sebelum
fajar, maka puasanya tidak sah.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i.
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’).
Alasan lainnya bahwasanya hari yang satu dan lainnya
adalah ibadah tersendiri tidak berkaitan dengan lainnya. Jika salah satu hari
batal, hari lainnya tidaklah batal. Dan hal ini jelas berbeda dengan shalat.
Maka pendapat yang kuat dari berbagai pendapat yang ada adalah niat harus
diperbaharui setiap malam di bulan Ramadhan yang waktunya dapat dipilih mulai
dari terbenamnya matahari hingga terbit fajar (masuknya shalat shubuh).
Rukun Puasa
Rukun puasa adalah menahan diri dari pembatal puasa
mulai dari terbit fajar (yaitu fajar shodiq) hingga terbenamnya matahari.
Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْل
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam.” (QS. Al Baqarah [2] : 187).
Yang dimaksud dengan benang putih tersebut adalah fajar
kadzib yaitu warna putih di langit yang menjulur ke atas seperti ekor
serigala. Sedangkan benang hitam tersebut adalah fajar shodiq yaitu
warna merah yang muncul setelah warna putih yang awal tadi. Maka janganlah
tertipu kalau masih muncul warna putih di langit, karena hal ini belum
menunjukkan masuknya waktu imsak atau waktu shubuh. Sebagaimana dari
Thalq bin Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ يَهِيدَنَّكُمُ السَّاطِعُ الْمُصْعِدُ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَعْتَرِضَ لَكُمُ الأَحْمَرُ
“Makan dan minumlah. Janganlah kalian menjadi takut
oleh pancaran sinar (putih) yang menjulang. Makan dan minumlah sehingga tampak
bagi kalian warna merah.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Khuzaimah. Dalam Shohih wa Dho’if Sunan
Abu Daud, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan shahih)
Puasa Menyehatkan
Puasa juga pengendalian mata (ghadhul bashar) dari
memandang hal yang diharamkan Allah swt seperti melihat tontonan aurat,
tontonan maksiat dan lain lain.
Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal- hal yang tidak diredhai Allah seperti mendegar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak diridhai Allah.
Sabda Rasulullah saw berkata, “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji, maka bagi Allah SWT tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan minumnya (percuma dia berpuasa).” (HR.Buhari dari Abu Hurarah).
Demikianlah hakikat puasa yang akan membawa manusia beriman menuju taqwa yang merupakan puncak kemuliaan manusia di hadapan Allah swt.
Puasa juga mengandung makna pembangunan atau pembentukkan karakter, penguasaan atas hawa nafsu dan suatu inspirasi ke arah kreativitas individual dan sosial.
Puasa juga telah menjadi bagian dari pilar-pilar Islam yang merupakan kewajiban agama bagi semua orang yang berimankan tauhid. Dan karena itu barangsiapa yang menolaknya maka ia termasuk dalam golongan yang ingkar agama.
Puasa juga merupakan tanda lahir dari ketaatan, penyerahan dan peribadatan kepada Allah SWT. Allah swt berfirman,“Puasa itu untuk-Ku, karena itu Akulah yang akan memberi ganjaraannya langsung!” (Bihar al-Anwaar 96:255).
Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal- hal yang tidak diredhai Allah seperti mendegar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak diridhai Allah.
Sabda Rasulullah saw berkata, “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji, maka bagi Allah SWT tidak ada artinya dia meninggalkan makan dan minumnya (percuma dia berpuasa).” (HR.Buhari dari Abu Hurarah).
Demikianlah hakikat puasa yang akan membawa manusia beriman menuju taqwa yang merupakan puncak kemuliaan manusia di hadapan Allah swt.
Puasa juga mengandung makna pembangunan atau pembentukkan karakter, penguasaan atas hawa nafsu dan suatu inspirasi ke arah kreativitas individual dan sosial.
Puasa juga telah menjadi bagian dari pilar-pilar Islam yang merupakan kewajiban agama bagi semua orang yang berimankan tauhid. Dan karena itu barangsiapa yang menolaknya maka ia termasuk dalam golongan yang ingkar agama.
Puasa juga merupakan tanda lahir dari ketaatan, penyerahan dan peribadatan kepada Allah SWT. Allah swt berfirman,“Puasa itu untuk-Ku, karena itu Akulah yang akan memberi ganjaraannya langsung!” (Bihar al-Anwaar 96:255).
Hikmah Puasa
1.Melatih Disiplin Waktu – Untuk menghasilkan puasa yang tetap
fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup, hal ini
membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk makan sahur
dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun lebih pagi untuk mendapatkan
rejeki (makanan).
2.Keseimbangan dalam Hidup – Pada hakikatnya kita adalah hamba
Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi
seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan kewajiban
kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan
melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang
dilipatgandakan.
3.Mempererat Silaturahmi – Dalam Islam ada persaudaraan
sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan
tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan
banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di
Masjid.
4.Lebih Perduli Pada Sesama – Dalam Islam ada persaudaraan
sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan
tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan
banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di
Masjid.
5.Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan – Tujuan puasa adalah melatih
diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan
Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal
maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada
tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
6.Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah – Setiap langkah kaki menuju masjid
ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada
saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa
ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa
hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
7.Berhati-hati Dalam Berbuat – Puasa Ramadhan akan sempurna
dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari
keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini menimbulkan
kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat
menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata
kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.
8.Berlatih Lebih Tabah – Dalam Puasa di bulan Ramadhan
kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah,
berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain
kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin
meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.
9.Melatih Hidup Sederhana – Ketika waktu berbuka puasa
tiba, saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan
yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam
sebetulnya hanya hawa nafsu saja.
10.Melatih Untuk Bersyukur – Dengan memakan hanya ada saat
berbuka, kita menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak
berpuasa. Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat
Allah SWT.
BY ABI AZMAN.9/6/2014
Assalamu'alaikum ustadz,
BalasHapusSaya ingin bertanya dimanakah (link/website/blog) saya bisa mencari pelatinan Al-Qur'an tapi yg bentuknya/contohnya spt ini ustadz (Yâ ayyatuhâ an-nafsu al-muthmainnah; Irji’î ilâ Rabbiki râdhiyah mardhiyyah). Karena saya udah mencari di internet tp agak sdikit berbeda wlo sbnrnya sama :) (yaa ayyatuhaa alnnafsu almuthma-innatu) tp saya pgn persis seperti pelatinan yg prtama td. Klo ustadz brkenan, mohon sangat balas ke Facebook saya di heri.afandihrp2012@gmail.com.
Terima kasih sebelumnya ustadz, Assalamu'alaikum