LIMA CIRI
PENGHUNI NERAKA
MISI
Rasulullah adalah memberi kabar gembira dan peringatan bagi seluruh umat
manusia, tanpa terkecuali (QS. Saba’: 28). Oleh karenanya, kita menemukan
sangat banyak hadits yang berisi kabar gembira seperti jaminan kemenangan Islam
dan keindahan surga; atau berisi peringatan seperti pasti hancurnya kebatilan
dan kengerian neraka. Sebagian hadits beliau bahkan memberikan rincian cukup
detil, sehingga semakin mudah diamalkan.
Di antara
rincian detil yang pernah beliau ungkapkan adalah ciri-ciri calon penghuni
neraka. Dalam sebuah hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
‘Iyadh bin Himar al-Mujasyi’ie, diantaranya beliau menyebutkan sifat lima
golongan yang kelak akan menjadi penghuni neraka. Mari kita teliti satu per
satu, semoga kita bisa mengintrospeksi diri dan menghindarinya.
Pertama, orang lemah yang tidak berakal.
Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, yang dimaksud adalah orang yang
tidak memiliki akal yang bisa mencegahnya dari segala sesuatu yang tidak
pantas. Dalam Mirqatul Mafatih, Mulla ‘Ali Al-Qari menjelaskan bahwa mereka
adalah orang-orang yang tidak punya keinginan selain memenuhi isi perutnya
dengan segala cara, tidak perduli halal maupun haram. Keinginan terbesar mereka
tidak pernah beranjak naik dari tingkatan hewani ini, baik dalam urusan agama
maupun duniawinya. Perkara ini senada dengan firman Allah:
ذَلِكَ
مَبْلَغُهُم مِّنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن
سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى
“Maka
berpalinglah engkau (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan
Kami, dan dia tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh
pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.” (QS. an-Najm: 30).
Kedua,
pengkhianat. Teks
haditsnya menjelaskan bahwa orang ini memang tidak tampak nyata sifat
khianatnya, namun dia punya keinginan ke arah sana. Jika ada kesempatan,
meskipun sangat kecil, niscaya dia akan berkhianat juga. Na’udzu billah. Oleh
karenanya, Rasulullah pernah menyatakan bahwa satu diantara tiga tanda orang
munafik adalah suka berkhianat. Allah juga pernah menyinggung sifat orang
semacam ini dalam firman-Nya:
وَلاَ تُجَادِلْ
عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنفُسَهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ
خَوَّاناً أَثِيماً
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلاَ يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لاَ يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطاً
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلاَ يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لاَ يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطاً
“Dan
janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi
bergelimang dosa. Mereka bisa bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
bisa bersembunyi dari Allah, dan Allah beserta mereka ketika pada suatu malam
mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah
Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’:
107-108).
Ketiga,
penipu. Dalam hadits itu disebutkan:
“Seseorang yang tidak memasuki waktu pagi maupun sore melainkan ia pasti
menipumu, baik dalam urusan hartamu maupun keluargamu.” Tidak salah lagi, orang
ini pasti penipu tulen, tembus dari permukaan kulit sampai tulang sungsumnya!
Bayangkan, tidak pagi tidak sore, pekerjaannya melulu hanya menipu, menipu, dan
menipu, dalam segala hal. Adakah kebaikan yang bisa diharapkan darinya? Apakah
Allah bersedia mengasihi dan menghindarkan orang semacam ini dari neraka?
Keempat,
pembohong atau orang pelit. Sebagian
riwayat menyebut “pembohong”, sedangkan riwayat lainnya menyitir “orang pelit”.
Mana pun dari keduanya yang tepat, sama saja buruknya. Dikatakan dalam sebuah
hadits: “Ada tiga hal yang membuat (seseorang) binasa, yaitu sifat pelit yang
ditaati, hawa nafsu yang diperturutkan, dan ketakjubannya pada diri sendiri.”
(Riwayat al-Bazzar dan al-Baihaqi, dengan sanad hasan li-ghairihi). Adapun
tentang berbohong, kita sudah diberitahu bahwa ia adalah satu diantara tiga
ciri kemunafikan. Padahal, Allah telah menyatakan bahwa orang munafik kelak
akan berada di kerak neraka, yakni yang paling dahsyat siksaannya (QS.
an-Nisa’: 145). Na’udzu billah.
Kelima,
orang yang berakhlak buruk dan banyak
berkata/berbuat keji. Tidak sedikit ayat atau hadits yang menganjurkan akhlak
terpuji, dan sebaliknya melarang dari akhlak tercela. Bentuknya bisa
bermacam-macam, karena memang variasinya pun sangat luas. Maka, ketika
menggambarkan sifat-sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Anas bin
Malik berkata, “Beliau bukanlah orang yang suka mencaci, bukan orang yang suka
berkata/berbuat kotor, dan bukan pula orang yang suka melaknat.” (Riwayat
Bukhari).
Diceritakan pula bahwa ada seseorang yang mencela Usamah bin Zaid dengan celaan yang sangat buruk. Ketika itulah Usamah berkata, “Sungguh engkau telah menyakitiku. Sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwasannya Allah membenci orang yang keji dan suka berkata/berbuat keji. Dan sungguh, engkau ini orang yang keji dan suka berkata/berbuat keji.” (Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban. Hadits hasan).
Diceritakan pula bahwa ada seseorang yang mencela Usamah bin Zaid dengan celaan yang sangat buruk. Ketika itulah Usamah berkata, “Sungguh engkau telah menyakitiku. Sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwasannya Allah membenci orang yang keji dan suka berkata/berbuat keji. Dan sungguh, engkau ini orang yang keji dan suka berkata/berbuat keji.” (Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban. Hadits hasan).
Bila
logikanya kita balik, kelima sifat diatas bisa diperjelas oleh hadits yang
diceritakan oleh Abu Hurairah: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah ditanya tentang apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga?
Beliau menjawab, “Ketakwaan dan akhlak yang baik.” (Riwayat al-Hakim. Menurut
adz-Dzahabi: hadits shahih). Maksudnya, kelima sifat diatas seluruhnya
merupakan kebalikan dari ketakwaan dan akhlak mulia, yaitu: tidak berpegang
pada nilai-nilai kebajikan, suka menipu, gemar berkhianat, pembohong, pelit,
dan banyak berbuat keji; sehingga buahnya pun berkebalikan dari surga, yaitu
neraka. Semoga Allah membimbing kita semua untuk menjauhinya. Amin. Wallahu a’lam.
jakarta 29/6/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar