KEISTIMEWAAN-
KEISTIMEWAAN AL-QUR’AN [1]
Oleh
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Al-Qur’an adalah
kalamullah yang diturunkan kepada Rasul kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dimulai dengan surat al-Fatihan dan ditutup dengan surat an-Nas,
bernilai ibadah bagi siapa yang membacanya, berdasarkan hadits Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ قَرَأَ
حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ
وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barangsiapa yang
membaca satu huruf dari al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dan setiap
kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan الــم ialah
satu huruf, akan tetapi ا satu huruf, ل satu
huruf dan م
satu huruf. [HR. Bukhari].
Banyak hadits shahih
yang menjelaskan tentang keutamaan membaca surat-surat dari al-Qur’an.
Berikut ini kami
paparkan sebagian keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an al-Karim: [2]
1. Tidak sah shalat
seseorang kecuali dengan membaca sebagian ayat al-Qur’an (yaitu surat
Al-Fatihah-Red) berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
لاَ صَلاَةَ
لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat
bagi orang yang tidak membaca surat al-Fatihah”. [HR. Bukhari-Muslim]
2. Al-Qur’an terpelihara
dari tahrif (perubahan) dan tabdil (penggantian) sesuai dengan firman Allah
Azza wa Jalla :
إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”. [al-Hijr:9]
Adapun kitab-kitab
samawi lainnya seperti Taurat dan Injil telah banyak dirubah oleh pemeluknya.
3. Al-Qur’an terjaga
dari pertentangan/kontrakdiksi (apa yang ada di dalamnya) sesuai dengan firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala :
أَفَلاَ
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُوا
فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيرًا
“Maka apakah mereka
tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya”. [an-Nisa’:
82]
4. Al-Qur’an mudah
untuk dihafal berdasarkan firman Allah:
وَلَقَدْ
يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ
“Dan sesungguhnya
telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran”. [al-Qamar: 32]
5. Al-Qur’an
merupakan mu’jizat dan tidak seorangpun mampu untuk mendatangkan yang
semisalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menantang orang Arab (kafir
Quraisy) untuk mendatangkan semisalnya, maka mereka menyerah (tidak mampu).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَمْ يَقُولُونَ
افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّثْلِهِ
“Atau (patutkah)
mereka mengatakan: “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah: “(Kalau benar yang
kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya … “. [Yunus:
38]
6. Al-Qur’an
mendatangkan ketenangan dan rahmat bagi siapa saja yang membacanya, berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَا اجْتَمَعَ
قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ
وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ
فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah berkumpul
suatu kaum dalam suatu majlis kecuali turun pada mereka ketenangan dan diliputi
oleh rahmat dan dikerumuni oleh malaikat dan Allah akan menyebutkan mereka di
hadapan para malaikatnya”. [HR. Muslim].
7. Al-Qur’an hanya
untuk orang yang hidup bukan orang yang mati berdasarkan firman Allah:
لِّيُنذِرَ مَن
كَانَ حَيًّا
“Supaya dia
(Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya)”.
[Yaasiin: 70]
Dan firman Allah:
وَأَن لَّيْسَ
لِلإِنسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى
“Dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.
[an-Najm:39]
Imam Syafi’i
mengeluarkan pendapat dari ayat ini bahwa pahala bacaan al-Qur’an tidak akan
sampai kepada orang-orang yang mati. Karena bacaan tersebut bukan amalan si
mayit. Adapun bacaan seorang anak untuk kedua orang tuanya, maka pahalanya bisa
sampai kepadanya, karena seorang anak merupakan hasil usaha orang tua,
sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah n .
8. Al-Qur’an sebagai
penawar (obat) hati dari penyakit syirik, nifak dan yang lainnya. Di dalam
al-Qur’an ada sebagian ayat-ayat dan surat-surat (yang berfungsi) untuk
mengobati badan seperti surat al-Fatihah, an-Naas dan al-Falaq serta yang
lainnya tersebut di dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَآأَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِي
الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman”. [Yunus :57]
Begitu pula dalam firmanNya:
وَنُنَزِّلُ
مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan
dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. (ِAl-Israa’:82)
9. Al-Qur’an akan
memintakan syafa’at (kepada Allah) bagi orang yang membacanya, berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اقْرَءُوا
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an,
karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memohonkan syafa’at bagi
orang yang membacanya (di dunia)”. [HR. Muslim].
10. Al-Qur’an sebagai
hakim atas kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
وَأَنزَلْنَآإِلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا
عَلَيْهِ
“Dan Kami telah
turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu”. [al-Maidah: 48]
Al-Hafidz Ibnu Katsir
berkata sesudah menyebutkan beberapa pendapat tentang tafsir (مُهَيْمِنًا ):
“Pendapat-pendapat ini mempunyai arti yang berdekatan (sama), karena istilah (مُهَيْمِنًا
) mencakup semuanya, yaitu sebagai penjaga, sebagai saksi, dan hakim terhadap
kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an adalah kitab yang paling mencakup dan
sempurna, yang diturunkan sebagai penutup kitab-kitab sebelumnya, yang mencakup
seluruh kebaikan (pada kitab-kitab) sebelumnya. Dan ditambah dengan
kesempurnaan-kesempurnaan yang tidak (ada dalam kitab) yang lainnya. Oleh
karena inilah Allah k menjadikannya sebagai saksi kebenaran serta hakim untuk
semua kitab sebelumnya, dan Allah menjamin untuk menjaganya. [Tafsir Ibnu
Katsir juz 2 hal. 65]
11. Berita Al-Qur’an
pasti benar dan hukumnya adil. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَتَمَّتْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً لاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ
“Telah sempurnalah
kalimat Rabbmu (al-Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang
dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya” [al-An-‘aam: 115].
Qatadah rahimahullah
berkata: “Setiap yang dikatakan al-Qur’an adalah benar dan setiap apa yang
dihukumi al-Qur’an adalah adil, (yaitu) benar dalam pengkhabaran dan adil dalam
perintahnya, maka setiap apa yang dikabarkan al-Qur’an adalah benar yang tidak
ada kebohongan dan keraguan di dalamnya, dan setiap yang diperintahkan
al-Qur’an adalah adil yang tidak ada keadilan sesudahnya, dan setiap apa yang
dilarang al-Qur’an adalah bathil, karena al-Qur’an tidak melarang (suatu
perbuatan) kecuali di dalamnya terdapat kerusakan. Sebagaimana firman Allah
Azza wa Jalla :
يَأْمُرُهُم
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
“Dia menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk” [al-A’raaf: 157] [Lihat tafsir Ibnu Katsir jilid 2 hal. 167]
12. Di dalam
al-Qur’an terdapat kisah-kisah yang nyata, dan tidak (bersifat) khayalan, maka
kisah-kisah Nabi Musa bersama Fir’aun adalah merupakan kisah nyata. Firman
Allah:
نَتْلُوا
عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ
“Kami membacakan
kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar”. [al-Qashash: 3]
Begitu pula kisah
As-Haabul Kahfi merupakan kisah nyata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ
عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ
“Kami ceritakan kisah
mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya”. [Al-Kahfi: 13].
Dan semua apa yang
dikisahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur’an adalah haq (benar).
Allah berfirman:
إِنَّ هَذَا
لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ
“Sesungguhnya ini
adalah kisah yang benar”. [ali-Imran: 62]
13. Al-Qur’an
mengumpulkan antara kebutuhan dunia dan akhirat. Allah berfirman:
وَابْتَغِ
فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
وَأَحْسِن كَمَآأَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ
“Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”.
[al-Qashash: 77]
14. Al-Qur’an
memenuhi semua kebutuhan (hidup) manusia baik berupa aqidah, ibadah, hukum,
mu’amalah, akhlaq, politik, ekonomi dan. permasalahan-permasalahan kehidupan
lainnya, yang dibutuhkan oleh masyarakat. Allah berfirman:
مَّافَرَّطْنَا
فِي الْكِتَابِ مِن شَىْءٍ
“Tiadalah Kami
lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab”. [al-An’aam: 38]
Dan firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :
وَنَزَّلْنَا
عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى
لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan
kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. [an-Nahl: 89]
Al-Qurthubi berkata
dalam menafsirkan firman Allah (مَّافَرَّطْنَا فِي
الْكِتَابِ مِن شَىْءٍ ) Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di
dalam Al-Kitab (Al-An’aam: 38)
: “Yakni di dalam al-Lauh al-Mahfud. Karena sesungguhnya Allah l sudah menetapkan apa yang akan terjadi, atau yang dimaksud yakni di dalam al-Qur’an yaitu Kami tidak meninggalkan sesuatupun dari perkara-perkara agama kecuali Kami menunjukkannya di dalam al-Qur’an, baik penjelasan yang sudah gamblang atau global yang penjelasannya bisa didapatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , atau dengan ijma’ ataupun qias berdasarkan nash al-Qur’an”. [Juz 6 hal. 420].
: “Yakni di dalam al-Lauh al-Mahfud. Karena sesungguhnya Allah l sudah menetapkan apa yang akan terjadi, atau yang dimaksud yakni di dalam al-Qur’an yaitu Kami tidak meninggalkan sesuatupun dari perkara-perkara agama kecuali Kami menunjukkannya di dalam al-Qur’an, baik penjelasan yang sudah gamblang atau global yang penjelasannya bisa didapatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , atau dengan ijma’ ataupun qias berdasarkan nash al-Qur’an”. [Juz 6 hal. 420].
Kemudian Al-Quthubi
juga berkata: “Maka benarlah berita Allah, bahwa Dia tidak meninggalkan perkara
sedikitpun dalam al-Qur’an baik secara rinci ataupun berupa kaedah.
Ath-Thabari berkata
dalam menafsirkan ayat (وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ
تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ) “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab
(al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu. (An-Nahl: 89): “Al-Qur’an ini
telah turun kepadamu wahai Muhammad sebagai penjelasan apa yang dibutuhkan
manusia, seperti mengetahui halal dan haram dan pahala dan siksa. Dan sebagai
petunjuk dari kesesatan dan rahmat bagi yang membenarkannya dan mengamalkan apa
yang ada di dalamnya, berupa hukum Allah, perintahNya dan laranganNya,
menghalalkan yang halal mengharamkan yang haram. …Dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri …… beliau berkata : “dan sebagai gambar gembira
bagi siapa saja yang ta’at kepada Allah dan tunduk kepadaNya dengan bertauhid
dan patuh dengan keta’atan, maka Allah akan berikan kabar gembira kepadanya
berupa besarnya pahala di akhirat dan keutamaan yang besar. [Juz 14 hal. 161].
15. Al-Qur’an
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa manusia dan jin.
Adapun (pengaruh yang kuat terhadap) manusia maka banyak kaum musyrikin pada permulaan Islam yang terpengaruh dengan al-Qur’an dan merekapun masuk Islam. Sedangkan di zaman sekarang, saya pernah bertemu dengan pemuda Nasrani yang telah masuk Islam dan dia menyebutkan kepadaku bahwa dia terpengaruh dengan al-Qur’an ketika ia mendengarkan dari kaset. Adapun (pengaruh yang kuat terhadap) jin, maka sekelompok jin telah berkata:
Adapun (pengaruh yang kuat terhadap) manusia maka banyak kaum musyrikin pada permulaan Islam yang terpengaruh dengan al-Qur’an dan merekapun masuk Islam. Sedangkan di zaman sekarang, saya pernah bertemu dengan pemuda Nasrani yang telah masuk Islam dan dia menyebutkan kepadaku bahwa dia terpengaruh dengan al-Qur’an ketika ia mendengarkan dari kaset. Adapun (pengaruh yang kuat terhadap) jin, maka sekelompok jin telah berkata:
قُلْ أُوحِىَ
إِلَىَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا
قُرْءَانًا عَجَبًا {1} يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَئَامَنَّا بِهِ وَلَن نُّشْرِكَ
بِرَبِّنَآ أَحَدًا
“Katakanlah (hai
Muhammad0 :” Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya : sekumpulan jin telah
mendengarkan (al-Qur’an) , lalu mereka berkata : Sesungguhnya kami telah
mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan
yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan
mempersekutukan seseoranpun dengan Rabb kami”. [al-Jin : 1-2]
Adapun orang-orang
musyrik, banyak diantara mereka yang terpengaruh dengan al-Qur’an ketika
mendengarnya. Sehingga Walid bin Mughirah berkata: “Demi Allah, ini bukanlah
syair dan bukan sihir serta bukan pula igauan orang gila, dan sesungguhnya ia
adalah Kalamullah yang memiliki kemanisan dan keindahan. Dan sesungguhya ia
(al-Qur’an) sangat tinggi (agung) dan tidak yang melebihinya. [Lihat Ibnu
Katsir juz 4 hal 443].
16. Orang yang
belajar al-Qur’an dan mengajarkan adalah orang yang paling baik. Berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
خَيْرُكُمْ مَنْ
تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian
adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari]
17.
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir
dengan al-Qur’an bersama malaikat yang mulia, sedang orang yang membaca
al-Qur’an dengan tertatih-tatih dan ia bersemangat (bersungguh-sungguh maka
baginya dua pahala” [HR. Bukhari-Muslim].
Arti As-Safarah = para malaikat.
Arti As-Safarah = para malaikat.
18. Allah menjadikan
al-Qur’an sebagai pemberi petunjuk dan pemberi kabar gembira. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ هَذَا
الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ
الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya
al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar”. [al-Isra: 9]
19. Al-Qur’an
menenangkan hati dan memantapkan keyakinan. Orang-orang yang beriman mengetahui
bahwa al-Qur’an adalah tanda (mujizat) yang paling besar yang menenangkan hati
mereka dengan keyakinan yang mantap. Allah berfirman:
الَّذِينَ
ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram”. [ar-Rad: 28].
Maka apabila seorang
mukmin ditimpa kesedihan, gundah gulana, atau penyakit, maka hendaklah ia
mendengarkan al-Qur’an dari seorang Qari’ yang bagus suaranya, seperti
al-Mansyawi dan yang lainnya. Karena Rasulullah Shalalllahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
حَسِّنُوْا
الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيْدُ الْقُرْآنَ
حَسَنًا
“Baguskan (bacaan)
al-Qur’an dengan suaramu maka sesungguhnya suara yang bagus akan menambah keindahan
suara al-Qur’an”. [Hadits Shahih, lihat Shahihul Jami’ karya Al-Albani
rahimahullah].
20. Kebanyakan
surat-surat dalam al-Qur’an mengajak kepada tauhid, terutama tauhid uluhiyah
dalam beribadah, berdo’a, minta pertolongan.
Maka pertama kali dalam al-Qur’an yaitu surat al-Fatihah, engkau dapati firman Allah (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) “Kami tidak menyembah kecuali kepadaMu dan kami tidak minta pertolongan kecuali kepadaMu”. Dan diakhir dari al-Qur’an yaitu surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Naas, engkau jumpai tauhid nampak sekali dalam firmanNya:
Maka pertama kali dalam al-Qur’an yaitu surat al-Fatihah, engkau dapati firman Allah (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) “Kami tidak menyembah kecuali kepadaMu dan kami tidak minta pertolongan kecuali kepadaMu”. Dan diakhir dari al-Qur’an yaitu surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Naas, engkau jumpai tauhid nampak sekali dalam firmanNya:
(قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ).
“Katakanlah, “Dialah
Allah, Yang Maha Esa “. [al-Ikhlash:], dan:
(قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ)
“Katakanlah “Aku
berlindung kepada Rabb Yang Menguasai subuh”. [al-Falaq:1] dan:
قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah, “Aku
berlindung kepada Rabb manusia”. [an-Naas:1].
Dan masih banyak ayat
tauhid di dalam surat-surat al-Qur’an yang lain. Di dalam surat Jin engkau baca
firman Allah Azza wa Jalla :
قُلْ إِنَّمَآ
أَدْعُوا رَبِّي وَلآ أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا
“Katakanlah:
“Sesungguhnya aku hanya menyembah Rabbmu dan aku tidak mempersekutukan
sesuatupun dengan-Nya”. [al-Jin: 20].
Juga di dalam surat
yang sama Allah berfirman:
وَأَنَّ
الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya
masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah
seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. [al-Jin: 18].
21. Al-Qur’an
merupakan sumber syari’at Islam yang pertama yang Allah turunkan kepada Nabi
kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan kufur, syirik dan kebodohan menuju cahaya keimanan, tauhid dan ilmu.
Allah berfirman:
كِتَابٌ
أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“Alif, laam raa. (Ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu)
menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. [Ibrahim: 14].
22. Al-Qur’an
memberitakan perkara-perkara ghaib yang akan terjadi, tidak bisa diketahui
kecuali dengan wahyu. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
سَيُهْزَمُ
الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
“Golongan itu (yakni
kafirin Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”.
[al-Qamar: 45].
Dan sungguh
orang-orang musyrik telah kalah dalam perang Badar, mereka lari dari medan
peperangan. Al-Qur’an (juga) banyak memberitakan tentang perkara-perkara yang
ghaib, kemudian terjadi setelah itu.
[Syaikh Muhammad bin
Jamil Zainu, dosen di Darul Hadits Al-Khairiyah di Makkah Al-Mukarramah]
jakarta 302016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar