I’TIKAF :
MUHASABAH
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al
Mu’minun: 115).
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
“Aku
tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat:
57-58)
Lalu Apa Makna Hidup Menurut Al Quran?
Sekali
lagi, Anda bisa mendalami Al Quran untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya.
Berikut adalah beberapa pemahaman inti tentang makna hidup menurut Al Quran.
Pertama:
Hidup Adalah Ibadah
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS Adz Dzaariyaat:56)
Kedua:
Hidup Adalah Ujian
Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya,
Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya,
Ketiga:
Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia
Dalam
QS Ali ‘Imran [3]:14, “ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga).“
QS
Adh Dhuha [93]:4, “dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik
bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
Keempat:
Hidup Adalah Sementara
Dalam
QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah
negeri yang kekal.“
Dalam
QS Al Anbiyaa [21]:35, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.“
Menyelaraskan
hidup dengan makna hidup diatas diantaranya dengan cara:
- Jika hidup itu adalah ibadah, maka pastikan semua aktivitas kita adalah ibadah. Caranya ialah pertama selalu meniatkan aktivitas kita untuk ibadah serta memperbaharuinya setiap saat karena bisa berubah. Kedua, pastikan apa yang kita lakukan sesuai dengan tuntunan (ibadah mahdhah) dan tidak dilarang oleh syariat (ghair mahdhah).
- Jika hidup itu adalah ujian, maka tidak ada cara lain menyelaraskan hidup kita, yaitu menjalani hidup dengan penuh kesabaran.
- Jika kehidupan akhirat itu lebih baik, maka kita harus memprioritaskan kehidupan akhirat. Bukan berarti meninggalkan kehidupan dunia, tetapi menjadikan kehidupan dunia sebagai bekal menuju akhirat.
- Jika hidup ini adalah sementara, maka perlu kesungguhan (ihsan) dalam beramal. Tidak ada lagi santai, mengandai-ngandai, panjangan angan-angan apalagi malas karena kita tidak hidup ini tidak selamanya. Bergeraklah sekarang, bertindaklah sekarang, dan berlomba-lombalah dalam kebaikan.
Jasa Ibu Bapak ?
Dari
Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« رَغِمَ
أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ
كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
»
“Sungguh
terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada
yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh
hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah
satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.”(HR.
Muslim)
Dari
Abdullah bin ’Umar, ia berkata,
رِضَا الرَّبِّ
فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha
Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua.” (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)
murka orang tua.” (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam)
وَقَضَى رَبُّكَ
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS.
Al Isra’: 23)
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS. An Nisa’: 36)
مَنْ أَحَبَّ
أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ
وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa
yang suka untuk dipanjangkan umur dan ditambahkan rizki, maka berbaktilah pada
orang tua dan sambunglah tali silaturahmi (dengan kerabat).” (HR.
Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa
hadits ini hasan lighoirihi, yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya)
أَطِعْ أَبَاكَ
مَا دَامَ حَيًّا وَلاَ تَعْصِهِ
“Tatatilah
ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperinahkan untuk bermaksiat.”
(HR. Ahmad. Dikatakan oleh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanadnya hasan)
جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ
أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ «
أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ
أَبُوكَ »
“Seorang
pria pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’. Dia
berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa
lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ibumu’.
Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jasa Ulama ?
”يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ “
Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat. (Surah Al-Mujadalah:11).
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: إِنَّ الله لا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعَاً يَنْتَزِعُهُ
من العِبادِ ولَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حتَّى إذا لَمْ
يُبْقِ عَالِمٌ اتَّخَذَ الناس رؤسَاً جُهَّالاً ، فَسُئِلوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ
عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا-البخاري
Sesungguhnya
Allah Ta’ala tidak menggengam ilmu dengan sekali pencabutan, mencabutnya dari
para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga,
jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh.
Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka
mereka tersesat dan menyesatkan. (Riwayat Al Bukhari)
Jihad Rasulullah saw ?
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam” (QS. Al-Anbiyaa`: 107).
كُلُّ أُمَّتِي
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ
يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ
أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Setiap
umatku pasti masuk surga kecuali yang enggan.” Mereka bertanya,
“Siapa yang enggan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Barang
siapa ta’at kepadaku maka dia pasti masuk Surga dan barang siapa yang
bermaksiat kepadaku maka dialah yang enggan” (HR. al- Bukhari)
Sumber:Al-Qur’an dan Hadits
jakarta 27/6/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar