UMRAH DI BULAN
RAMADHAN
Umrah
di bulan Ramadhan ada dalam sebuah hadits dalam Shahihain dari Ibnu
Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada seorang
wanita,
فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً
“Umrah
di bulan Ramadhan pahalanya seperti ibadah haji”
dalam
riwayat lain disebutkan,
حَجَّةً مَعِي
“(pahalanya
seperti) haji bersamaku”
Maka
keutamaan Umrah di bulan Ramadhan terlihat jelas dari perkataan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam yaitu ketika beliau mengatakan, “pahalanya seperti
haji”. Berdasarkan hadits tersebut para ulama berkesimpulan bahwa pahala umrah Ramadhan sama seperti haji, bagi
semua yang berumrah di bulan Ramadhan.
Namun
sebagian ulama berpendapat bahwa hadits ini khusus untuk wanita yang menjadi
sebab datangnya hadits ini. Ketika Rasulullah bertanya kepadanya, “Kenapa
engkau tak berhaji bersamaku?” yang kemudian dijawab karena kurangnya
fasilitas, sehingga suaminya bisa berhaji bersama Rasulullah, sedangkan wanita
ini tetap tinggal di rumahnya untuk mengurusi urusan rumah tangganya.
Maka
kemudian Rasulullah berkata kepadanya, “Apabila nanti datang bulan Ramadhan,
maka berumrahlah, karena umrah di bulan Ramadhan pahalanya sama seperti ibadah
haji”.
Sebagian
ulama berpendapat bahwa keutamaan ini khusus untuk wanita ini saja. Di
antaranya perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dapat dipahami dari perkataan
beliau bahwa ini hanya khusus untuk wanita ini. Akan tetapi pendapat
sebagian besar para ulama dan para ahli hadits bahwa keutamaan itu bukan hanya
khusus untuk wanita tersebut akan tetapi untuk semua orang yang berumrah pada
bulan Ramadhan.
Oleh
karenanya Imam Bukhari menempatkan hadits ini pada ‘Bab: Umrah Di Bulan
Ramadhan‘. Adapun Imam Muslim menempatkannya pada ‘Bab: Keutamaan Umrah
Di Bulan Ramadhan’. Penempatan bab yang diberikan oleh Imam Bukhari
menunjukkan penjelasan beliau mengenai hal itu, demikian juga penempatan bab
oleh Imam Muslim. Sehingga, para ulama dari kalangan ahli hadits dan ahli fikih
secara umum menyebutkan bahwa keutamaan umrah di bulan Ramadhan ini berlaku
untuk semua yang berumrah, bukan hanya khusus untuk wanita yang disebutkan
dalam hadits.
Ini
yang terkait dengan umrah di bulan Ramadhan dan keutamaannya. Pertama, apakah
ada keutamannya? Ya, pahalanya seperti ibadah haji. Kedua apakah itu umum atau
khusus untuk orang tertentu? Maka itu umum untuk semua yang berumrah, dalilnya
adalah keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa umrah di
bulan Ramadhan pahalanya sama seperti ibadah haji.
Adapun
perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah dalam rangka menjelaskan
kesalahan sebagian orang yang umrah berulang-ulang, masuk Mekkah kemudian
keluar lagi kemudian masuk lagi dan seterusnya, sehingga umrah-umrah berulang
tidak termasuk dalam sabda Nabi “pahalanya sama seperti ibadah haji”.
Kemudian
yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa perkara ini adalah masalah pahalanya.
Kalau ada yang bertanya, “bagaimana mungkin sama seperti haji? Padahal
amalan yang dilakukan saat haji lebih banyak?”. Maka ini sebagaimana sabda
Rasul tentang surat Al Ikhlas yang sekali membacanya sebanding dengan 1/3 al
Quran, padahal hanya 4 ayat saja. Maka yang disamakan adalah pahalanya,
walaupun pada ibadah haji lebih banyak aktivitasnya dan kesulitannya.
Dan
diantara hikmah ibadah haji ini adalah.
1.
Mengikhlaskan Seluruh Ibadah
Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.
Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.
Dan
hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا
تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ
السُّجُودِ
“Dan
ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim dengan
menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan sucikan
rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud”
[al-Hajj/22: 26]
2.
Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ
صلى الله عليه وسلم قَالَ : اَلْعُمْرَةُ إِلَى اَلْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا,
وَالْحَجُّ اَلْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا اَلْجَنَّةَ
“Dari
Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah
sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak
ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR Bukhari dan Muslim, Bahjatun
Nanzhirin no. 1275]
مَنْ حَجَّ لِلَّه فَلَمْ يَرْفُثْ وَ لَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ
كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah,
tidak melakukan rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia
dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]
3.
Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا
وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan
serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh”[al-Hajj/22: 27]
4.
Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
“Agar
supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [al-Hajj/22: 28]
5. Memperbanyak Ketaatan
Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ
وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Kemudian
hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka ; hendaklah
mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka berthawaf
sekeliling rumah yang tua itu (Ka’bah)” [Al-Hajj/22 : 29]
6. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah
Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa quwata illa billah).
Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa quwata illa billah).
Dari
Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ
رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan
orang yang mengingat Rabb-nya dan yang tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang
hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin no. 1434]
Sumber:1.https://almanhaj.or.id
2.https://muslim.or.id
Jakarta 22/6/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar