WALI ALLAH SWT
YANG TERSEMBUNYI ?
أَلَا إِنَّ
أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ
آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Sesungguhnya
wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (Yaitu) orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa.”
عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (AL-Hadits)
Muqaddimah
Seseorang itu dikatakan seorang ‘wali’ dari ‘Auliyaa’Allah’ apabila :
Seseorang itu dikatakan seorang ‘wali’ dari ‘Auliyaa’Allah’ apabila :
- Ia berbicara tentang kebenaran.
- Ia menyeru kepada kebaikan.
- Ia mencegah kemungkaran.
- Ia berjihad di jalan Allah.
- Ia menegakkan Agama Allah.
- Ia memikul dan meneruskan amanah dan risalah para nabi dan rasul.
Semua hamba Allah adalah sama, akan
tetapi Allah meninggikan mereka yang memiliki ketaqwaan yang lebih (Takut
terhadapNya) .
Allah swt berfirman :
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujuraat : 13)
Junaid Al Baghdadi pernah ditanya,
“Apakah wali adalah orang yang berjalan di atas bumi?”
Beliau menjawab, “Tidak.”
“Apakah orang yang berjalan di atas air?”
Beliau menjawab lagi “Tidak.”
Lalu beliau menambah,
“Wali adalah orang yang kamu lihat di tempat yang halal (memenuhi kewajibannya) dan kamu tidak menemuinya di tempat yang haram. Sesuatu yang membuat kamu dekat kepada Allah akan membuatmu merasa tinggi, tenang, gembira dan beruntung”.
Allah swt berfirman :
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujuraat : 13)
Junaid Al Baghdadi pernah ditanya,
“Apakah wali adalah orang yang berjalan di atas bumi?”
Beliau menjawab, “Tidak.”
“Apakah orang yang berjalan di atas air?”
Beliau menjawab lagi “Tidak.”
Lalu beliau menambah,
“Wali adalah orang yang kamu lihat di tempat yang halal (memenuhi kewajibannya) dan kamu tidak menemuinya di tempat yang haram. Sesuatu yang membuat kamu dekat kepada Allah akan membuatmu merasa tinggi, tenang, gembira dan beruntung”.
ABDULLAH BIN MUBARAK mengkisahkan, “Kala itu
aku berada di Makkah, dan para penduduknya tertimpa kekeringan. Mereka pun
keluar menuju Masjid Al Haram untuk melakukan shalat istisqa, namun meski
demikian, hujan pun belum kunjung turun.”
Ibnu Mubarak melanjutkan,”Saat itu, di
sampingku duduk seorang berkulit hitam yang berdoa,’Ya Allah, sesungguhnya
mereka telah berdo’a kepada-Mu, namun kenapa Engkau menutupi? Dan sesungguhnya
aku bersumpah atas-Mu agar Engkau menurunkan hujan untuk kami.’ Tak lama
kemudian hujan pun turun.”
Laki-laki hitam itu pun pergi dan Ibnu
Mubarak diam-diam mengikutinya, hingga laki-laki itu masuk ke sebuah rumah
diantara rumah-rumah para penjahit. Keesokan harinya Ibnu Mubarak mendatangi
kembali rumah itu mencari laki-laki berkulit hitam yang telah ia lihat.
Ditemuilah seorang laki-laki yang berdiri di depan pintu rumah yang dimasuki oleh
laki-laki hitam tersebut,”Aku ingin bertemu dengan pemilik rumah ini”. Orang
itu pun menjawab,”Aku sendiri”. Ibnu Mubarak pun menyampaikan,”Aku ingin
membeli budakmu.”
Akhirnya, laki-laki itu mengeluarkan 14
budaknya, namun tidak terlihat seorang pun dari mereka laki-laki berkulit hitam
yang dicari oleh Ibnu Mubarak. Ibnu Mubarak bertanya,”Masih ada yang tersisa?”
Laki-laki itu pun menjawab,”Masih ada, budak yang sakit.” Lantas laki-laki
mengeluarkan seorang budak yang ternyata merupakan laki-laki hitam yang dicari
oleh Ibnu Mubarak.
Ibnu Mubarak pun menyatakan,”Juallah ia
padaku.” Si pemilik menyetujuinya dan Ibnu Mubarak menyerahkan 14 dinar kepada
pemilik budak. Setelah budak itu menempuh perjalanan dengan Ibnu Mubarak, ia
pun bertanya,”Wahai tuan, mengapa Anda memperlakukan saya seperti ini,
sedangkan saya sakit?” Maka Ibnu Mubarak pun menjawab,”Karena aku menyaksikan
apa yang terjadi kemarin sore.”
Setelah mendengar apa kata Ibnu Mubarak,
budak itu pun menyandarkan diri di tembok seraya berdoa,”Ya Allah, Engkau telah
membuka hakikat diriku, maka ambillah aku untuk menghadap-Mu”. Setelah itu,
Ibnu Mubarak pun menyaksikan laki-laki hitam itu menghembuskan nafasnya dan
beliau menilai bahwa penduduk Makkah menderita kerugian dengan kematiannya
(Shifat Ash Shafwah, 2/295,296).
Hikmah yang bisa diambil dari kisah ini salah
satunya adalah, hendaklah kita jangan sampai meremehkan seorang pun dikarenakan
pandangan manusia terhadapnya. Bisa jadi di mata menusia seseorang dianggap
rendah namun sejatinya ia memiliki derajat di pandangan Allah.*
Ikhtitam
“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Iaitu) orang-orang yang beriman dan mereka sentiasa bertakwa,. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS Yunus : 62-64)
‘AL WALI’ ADALAH PENOLONG AGAMA ALLAH SWT.
Orang yang menolong agama (Deen) Allah adalah ‘Auliyaa’-Nya’ dan Allah berjanji untuk menolong mereka dan menjadikan mereka teguh dalam pendiriannya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ” (QS Muhammad : 7)
Sumber:1.http://ayatayatallah.blogspot.com
2.http://www.hidayatullah.com
Jakarta 2/7/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar