MEMAKNAI IDUL
FITRI ?
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ - رواه ابن ماجه
Dari Abu Hurairah ra,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Idul Fitri adalah hari dimana kalian
berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana kalian berkurban.” (HR. Ibnu Majah)
. ( الفطر ) Ada yang menerjemahkan fitri dengan “berbuka” karena ia
berasal dari kata ( أفطر
) yang memang secara bahasa artinya berbuka setelah berpuasa. Namun disamping
itu, ada juga yang menerjemahkan fitri dengan “fitrah”, yang berarti suci dan
bersih. Pendapat kedua ini menyandarkan pendapatnya pada hadits Rasulullah SAW
:
قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
- رواه البخاري
Rasulullah SAW
bersabda, ‘Tidaklah seorang anak dilahirkan, melainkan ia dilahirkan dalam
keadaan fitrah (bersih/ suci). Orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi,
Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari)
Makna Idu ftri ?
Idul fitri berasal dari dua kata; id [arab: عيد] dan al-fitri [arab: الفطر].
Id secara bahasa berasal dari kata aada –
ya’uudu [arab: عاد – يعود], yang artinya kembali. Hari raya disebut ‘id karena hari raya
terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun, pada waktu yang sama.
Ibnul A’rabi mengatakan,
سمي العِيدُ
عيداً لأَنه يعود كل سنة بِفَرَحٍ مُجَدَّد
Hari raya
dinamakan id karena berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang baru. (Lisan
Al-Arab, 3/315).
Ada juga
yang mengatakan, kata id merupakan turunan kata Al-Adah [arab: العادة], yang artinya kebiasaan. Karena
masyarakat telah menjadikan kegiatan ini menyatu dengan kebiasaan dan adat
mereka. (Tanwir Al-Ainain, hlm. 5).
Pertama, Kata Fitrah
Kata fitrah
Allah sebutkan dalam Al-Quran,
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ
Hadapkanlah
wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (QS. Ar-Rum: 30).
Ibnul Jauzi
menjelaskan makna fitrah,
الخلقة التي خلق
عليها البشر
“Kondisi
awal penciptaan, dimana manusia diciptakan pada kondisi tersebut.” (Zadul
Masir, 3/422).
Dengan
demikian, setiap manusia yang dilahirkan, dia dalam keadaan fitrah. Telah
mengenal Allah sebagai sesembahan yang Esa, namun kemudian mengalami gesekan
dengan lingkungannya, sehingga ada yang menganut ajaran nasrani atau agama
lain. Ringkasnya, bahwa makna fitrah adalah keadaan suci tanpa dosa dan
kesalahan.
Kedua, kata Fitri
Kata fitri
berasal dari kata afthara – yufthiru [arab: أفطر – يفطر], yang artinya berbuka atau tidak lagi
berpuasa. Disebut idul fitri, karena hari raya ini dimeriahkan bersamaan dengan
keadaan kaum muslimin yang tidak lagi berpuasa ramadhan.
Terdapat
banyak dalil yang menunjukkan hal ini, diantaranya
1. Hadis
tentang anjuran untuk menyegerahkan berbuka,
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدين
ظاهراً، ما عجّل النّاس الفطر؛ لأنّ اليهود والنّصارى يؤخّرون
“Agama Islam
akan senantiasa menang, selama masyarakat (Islam) menyegerakan berbuka. Karena
orang yahudi dan nasrani mengakhirkan waktu berbuka.” (HR. Ahmad 9810, Abu Daud
2353, Ibn Hibban 3509 dan statusnya hadia hasan).
Dari Sahl
bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تزال أمَّتي
على سُنَّتي ما لم تنتظر بفطرها النّجوم
“Umatku akan
senantiasa berada di atas sunahku, selama mereka tidak menunggu waktu berbuka
dengan terbitnya bintang.” (HR. Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya 3/275, dan
sanadnya shahih).
Kata
Al-Fithr pada hadis di atas maknanya adalah berbuka, bukan suci. Makna hadis
ini menjadi aneh, jika kata Al-Fithr kita artikan suci.
Hari raya Idul Fitri adalah merupakan puncak
dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri
memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari
kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa. Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali
sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci.
Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar
hadis Rasulullah SAWyang artinya :”Dari Anas
bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari
raya Idul Fitritanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam
Riwayat lain: "Nabi SAW. Makan kurma dalam
jumlah ganjil." (HR Bukhari).
Dengan
demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian di atas adalah hari raya dimana
umat Islam untuk kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah salah satu
sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitria dalah makan atau minum walaupun
sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 syawal itu
waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci,
bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar
kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alayh). Barangsiapa yang shalat malam di bulan
Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah,
maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alayh) .
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan pula bahwa Idul Fitri bisa berarti
kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa dan
noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).
Jadi yang
dimaksud dengan Idul Fitri dalam konteks ini berarti kembali kepada asal
kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam
yang telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan diampuni
dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari
kandungan Ibunya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW yang Artinya“Setiap bayi
dilahirkan dalam keadaan suci.”
Hikmah Idul Fitri ?
عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ
لَيْلَتَيْ الْعِيدَيْنِ مُحْتَسِبًا لِلَّهِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ
الْقُلُوبُ - رواه ابن ماجه
Dari Abu Umamah ra,
Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melaksanakan qiyamullail pada dua
malam Ied (Idul Fitri dan Adha), dengan ikhlas karena Allah SWT, maka hatinya
tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati manusia. (HR. Ibnu Majah).
- Hikmah Kegembiraan dan Kesyukuran
Hikmah
pertama yang sangat menonjol dari momen idul fitri adalah hikmah kegembiraan
dan kesyukuran. Ya, semua kita bergembira dan bersuka ria saat menyambut Idul
Fitri seperti sekarang ini. Dan memang dibenarkan bahkan disunnahkan kita
bergembira, berbahagia dan bersuka cita pada hari ini. Karena makna dari kata ‘ied
itu sendiri adalah hari raya, hari perayaan, hari yang dirayakan. Dan perayaan
tentu identik dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sendiri telah menegaskan itu dalam hadits shahihnya.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ
عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
(إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ
وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي) لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ
وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ
مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ” (متّفق عليه).
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap amal anak Adam dilipatgandakan
pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali.
Allah ‘azza wajalla berfirman; ‘Selain puasa, karena puasa itu adalah
untuk-Ku dan Aku-lah yang langsung akan memberinya pahala. Sebab, ia telah
meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’ Dan bagi orang yang
berpuasa ada dua momen kegembiraan: kebahagiaan ketika ia berbuka (baca:
berhari raya fitri), dan kegembiraan lain ketika ia bertemu dengan Rabb-Nya.
Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah
daripada aroma kesturi.” (HR. Muttafaq ’alaih).
- Hikmah Ketauhidan, Keimanan dan Ketaqwaan
Dalam
menyambut ‘Iedul Fithri, disunnahkan bagi kita untuk banyak mengumandangkan
takbir, tahlil, tasbih dan tahmid sebagai bentuk penegasan dan pembaharuan
deklarasi iman dan tauhid. Itu berarti bahwa identitas iman dan tauhid harus
selalu kita perbaharui dan kita tunjukkan, termasuk dalam momen-momen
kegembiraan dan perayaan, dimana biasanya justru kebanyakan orang lalai dari
berdzikir dan mengingat Allah.
“…
dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa Ramadhan), dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas hidayah-Nya yang diberikan kepadamu, dan supaya kamu
(lebih) bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185).
3.Hikmah
Kepedulian
Islam
adalah agama peduli. Oleh karenanya uammatnyapun adalah ummat peduli. Dan sifat
serta karakter kepedulian itu begitu tampak nyata dan terbukti secara mencolok
selama bulan mulia yang baru saja berlalu. Dimana semangat berbagi dan spirit
memberi melaui sunnah berinfak dan bersedekah serta kewajiban berzakat, begitu
indah menghiasi hari-hari penuh peduli sepanjang bulan Ramadhan. Dan itu semua
tidak lain dalam rangka meniru dan mencontoh keteladanan terbaik dari Baginda
Rasul tercinta shallallahu ‘alaihi wasallam.
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ
جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ
الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ
بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (متَّفق علَيْه).
Dari
Ibnu ‘Abbas berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah manusia yang paling dermawan, lebih-lebih pada bulan Ramadlan ketika
malaikat Jibril ‘alaihis salam menemuinya, dan adalah Jibril ‘alaihis
salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan, untuk bertadarus Al
Qur’an dengan beliau. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
jauh lebih ermawan dengan kebajikan daripada angin yang bertiup (HR. Muttafaq
‘alaih).
4.Hikmah Kebersamaan dan Persatuan
Selama
Ramadhan, suasana dan nuansa kebersamaan serta persatuan ummat begitu kental,
begitu terasa dan begitu indah. Mengawali puasa bersama-sama (seharusnya dan
sewajibnya), bertarawih bersama (disamping jamaah shalat lima waktu juga lebih
banyak selama Ramadhan), bertadarus bersama, berbuka bersama, beri’tikaf
bersama, berzakat fitrah bersama, dan beriedul fitri bersama (semestinya!).
Dan
hal itu karena memang ibadah dan amaliah Ramadhan serta ‘Iedul Fithri adalah
bersifat jama’iyah, kolektif, dan serba bersama-sama. Tidak bisa dan
tidak boleh sendiri-sendiri.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
“الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ
تُضَحُّونَ” قَالَ أَبُو عِيسَى وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا
الْحَدِيثَ فَقَالَ: إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا أَنَّ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ مَعَ
الْجَمَاعَةِ وَعُظْمِ النَّاسِ (رواه التّرمذيّ وأبو داود وابن ماجة، وصحّحه
أحمد شاكر والألبانيّ).
Dari
Abu Hurairah bahwasanya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”
Berpuasa itu adalah pada hari dimana kalian semua berpuasa (secara
bersama-sama), dan beriedul fitri itu adalah pada hari dimana kalian semua
beeiedul fitri (secara bersama-sama), demikian juga dengan Iedul Adlha, yaitu
pada hari dimana kalian semuanya beriedul adha (secara bersama-sama).” (HR
Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah; dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan
Al-Albani. Imam Abu ‘Isa At-Tirmidzi berkata: sebagian ulama menafsirkan hadits
ini bahwa maksudnya, sesungguhnya shaum dan iedul fitri (dan juga iedul adha –
pen.) itu (harus) bersama jama’ah dan mayoritas ummat manusia (ummat Islam).
جَعَلَنَا اللهُ
وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُمْ
Semoga Allah SWT
menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang kembali (kepada fitrah) dan
sebagai hamba-hamba-Nya yang menang (melawan hawa nafsu). Dan semoga Allah SWT
menerima seluruh amal ibadah kita semua
Sumber:1.https://ustadzmudzoffar.wordpress.com
2.http://www.konsultasisyariah.com
3.http://www.nu.or.id
Jakarta 13/7/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar