“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS Al-Munaafiquun [63] : 9)
(QS Al-Munaafiquun [63] : 9)
Muqaddimah
"Dijadikan
indah pada pandangan manusia kecintaanterhadap apa2 yang diingini(syahwat),
yakni wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang2 ternak dan sawa ladang. itulah kesenagan hidup di dunia. dan
di sisi Alloh lah tempat kembali yang baik(jannah). Katakanlah"Inginkah
aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu untuk orang2
yang bertaqwa kepada Alloh? Pada sisi Robb mereka ada jannah yang mengalir di
bawahnya sungai2. mereka kekal di dalamnya dan mereka dikaruniai istri2 yang
disucikan serta keridhoan Alloh". Dan Alloh Maha Melihat akan hamba2Nya
(ali imron : 14-15)
Muhammad
Mahdi An-Naraqi dalam “Jami’us Sa’adah” menulis: “Penyakit dunia yang paling
parah yang berkaitan dengan potensi syahwat adalah harta.” Karena itu orang
yang rakus membutuhkan harta dan tidak merasa puas suatu ketika ia akan
mencapai tingkat kefakiran dan tingkat pelampauan batas, yang akibatnya akan
sangat merugikan. Ia tidak dapat memisahkan antara faidah dan penyakit. Bahkan
ia tak mampu membedakan antara kebaikan dan keburukannya, sehingga ketika
kehilangan hartanya, ia menduduki sifat kefakiran, dan ketika mendapatkannya ia
menduduki sifat kaya.
Dengan
dua keadaan ini ia mendapat ujian. Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan tentang
tercelanya harta serta kehinaan mencintainya secara berlebihan: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.” (QS Al-Munaafiquun [63] : 9). Dalam ayat yang lain
Allah mengingatkan: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya
sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS
Al-Anfaal [8] : 28).
Anak dan
Istri adalah Ujian
Namun
jika kita sadari bersama, ujian terberat yang dirasakan oleh orang beriman
justru dari keluarga sendiri. Hal ini karena anak dan istri memiliki ikatan
emosional yang kuat denga diri kita. Sampai-sampai Allah memperingatkan kita
dengan beberapa firmanNya.
“Hai
orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada
yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika
kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 64:14)
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu
itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang
besar. ” (QS 8:28)
“Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi.” (QS 63:9)
Kedua
ayat tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa anak, istri dan harta akan
menjadi bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah untuk lebih mendekatkan
diri pada Allah atau kita semakin jauh dari Allah.
Pada
ayat pertama Allah mengajarkan kepada kita untuk mengabil sikap memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni mereka jika kemudian mereka menjadi musuh kita,
bukan malah mengutuk anak dan istri kita. Rasanya terlalu berlebihan juga jika
Ibu Malin Kundang sampai mengutuk Malin Kundang (baca: Anak atau Orang Tuakah
yang Durhaka?) hanya karena tidak diakui sebagai ibu. Seharusnya Ibu Malin
Kundang memaafkan dan mendoakan agar putra dan menantunya selamat dan diampuni
oleh Allah. Sungguh Allah mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia yang
memiliki derajat tinggi dengan memiliki sifat pemaaf. Hal ini juga diperkuat
oleh ayat ketiga diatas.
Ayat
kedua diatas merupakan peringatan bagi kita, bahwa harta dan anak-anak kita
juga merupakan ujian dan cobaan. Seringkali orang berbuat korupsi agar anak dan
turunannya bisa hidup bahagia dengan menumpuk harta kekayaan. seolah-olah kita
ingin menjamin anak dan cucu kita tidak akan sengsara dengan jaminan kekayaan.
Maka jangan sampai kita mengorbankan akhirat untuk mengejar dunia.
Jangan Terlalaikan Oleh Harta Dan Anak
Wahai pembaca yang mulia janganlah harta dan anak2 kita melalaikan kita dari berdzikir kepada Alloh karena hal tersebut adalah kerrugian. Alloh berfirman: "Hai orang2 yang beriman janganlah harta hartamu dan anak2mu melalaikanmu dari berdzikir kepda Alloh. Barbagsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang merugi" (Al munafiqun:9)
Al 'Alamah As Sa'di berkata" Alloh memerinytahkan hambanya yang mukmin untuk memperbanyak dzikir kepadaNya, karena hal itu dapat mendatangkan keberuntungan, kemenanagn dan kebaikan yang bannyak. Dan Alloh melarang mereka dari tersibukkan terhadap harta dan anaak anak sehingga melalaikna dari berdzikir kepadaNya. Karena cinta harta dan anak anak adalah tabiat kebanyakan jiwa, yang dapat menjadikan mereka lebih mengutamakannya daripada mencintai AllohYang demikian akan mendatangkan kerugian besar. Alloh berfirman:"Barangsiapa yangmelakukan itu" yaitu terlalaikan oleh harta dan anak anaknya dari mengingat Alloh.
"Maka mereka itulah orang orang yang merugi" dari mendapatkan kebahagiaan yang abadi dan kenikmatan yang kekal karena mereka lebih memprioritaskan dunia yang fana daripada akhirot yang kekal." (TAfsir As Sa'di)
Dari Ka'ab Bin Iyadh bahwasanya rosululloh bersabda: "Sesungguhnya bagi setiap umat ada cobaan dan cobaan bagi umatku adalah harta dan anak anak" (HR. At Timidzi dan dishohihkan Syikh al bani dalam Shohihul jami' no 2148)
Al Imam Abul 'Ula Al Mubarokfury brkata:"maksudnya adalah cinta terhadp hartanya karena sesungguhnya harta itu bisa melalaikan hati dari melakukan ketaatan dan menjadikannya lupa dari mengingat akhirot" (Tuhfatul Ahwadzi 6/121)
Ujian Bagi
Orang Beriman Dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadits
“Kamu
sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS 3:186)
“Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS 21:35)
“Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (QS2:155)
“Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS 67:2)
“Apakah kamu
mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah
datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat. ” (QS 2: 214)
“Apakah manusia
itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”,
sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS 29:2-3)
“Dan kami
jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu
bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.” (QS 25:20)
Beberapa Hadist
Rasulullah Muhammad SAW juga menegaskan tentang ujian kehidupan bagi orang yang
beriman
” Seorang hamba
memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapai - nya dengan
amal-amal kebaikkannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat
itu.” (HR. Athabrani)
“Sesungguhnya
Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan kepada-nya.
Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya
dan meluaskan pemberian-Nya. Kalau dia tidak ridho dengan pem berian-Nya maka
Allah tidak memberi -nya berkah. (HR.
Ahmad)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah ra bahwa Rasululloh saw. bersabda , “ Ujian akan selalu
menyertai hidup orang mu’min , entah pada dirinya , anak-nya maupun hartanya
sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan terbebas dari dosa.” (Turmudzi)
“Apabila Allah
menyenangi hamba-Nya , maka dia diuji , agar Allah mendengar permohonannya (
kerendahan dirinya ).” (HR.Al Baihaqi)
“Apabila Aku
menguji hamba-KU dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar maka Aku
ganti kedua matanya dengan surga. ” (HR.Ahmad)
“Janganlah ada
orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang diderita - nya , Apabila
harus melakukannya , hendaklah dia cukup berkata, : “ Ya Allah , tetap hidupkan
aku selama kehidupan itu baik bagiku , & wafatkanlah aku jika kematian baik
untukku. ” (HR. Bukhari)
“Tiada seorang
mukmin ditimpa rasa sakit , kelelahan (kepayahan) diserang penyakit atau
kesedihan (kesusahan) sampaipun duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu
Allah menghapus dosa-dosanya.” ( HR. Al Bukhari )
“Besarnya
pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza
wajalla bila menyenangi suatu kaum – Allah menguji mereka. Barang siapa
bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barang siapa murka maka baginya
murka Allah.” (HR. Attirmidzi).
Kisah Ujian
Para Nabi Allah swt
1.Kisah Nabi Nuh. Nabi Nuh dengan sabar
telah berdakwah selama sembilan ratus lima puluh tahun untuk menyembah
Allah. Namun dakwah yang begitu panjang
tidak banyak menyadarkan kaumnya. Akhirnya Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk
membuat bahtera (kapal) yang sangat besat di puncak bukit, dan memerintahkan
kaumnya yang taat dan berbagai jenis hewan untuk naik ke dalam bahtera
tersebut. Ketika azab Allah berupa banjir besar menenggelamkan apa saja yang
ada di muka bumi, Nabi Nuh melihat putranya yang ingkar kepada ajarannya untuk
naik ke atas perahu, namun putranya tersebut menolak untuk diselamatkan dan
memilih mencari dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.
2.Kisah Nabi Luth. Kaum Nabi Luth yang
dikenal dengan kaum Sodom dan Gomorah adalah kisah yang sangat populer. Dakwah
Nabi Luth pada kaumnya untuk menyembah Allah dan menjauhi kemaksiatan pada
akhirnya tidak banyak berhasil sehingga Allah menurunkan laknat dan azab pada
kaum homoseksual ini dengan hujan batu. Allah menyelamatkan nabi Luth dan
pengikutnya, kecuali istri Nabi Luth sendiri yang ingkar pada ajaran Nabi Luth.
3.Kisah Nabi Ya’kub. Nabi Ya’kub menikahi dua puteri pamannya, Laban, yang bernama
Layya (Lea) dan Rahil (Rachel). Dari Layya Nabi Ya’kub memperoleh anak-anak:
Rubail (Ruben), Syam’un (Simeon), Lawi (Lewi), Yahudza (Yahuda, dari nama
inilah diambil nama Yahudi), Yasakhir, Zabilun dan Dina (satu-satunya
perempuan). Dari Rahil Nabi Ya’kub memperoleh dua putera: Yusuf dan Bunyamin.
Nabi Ya’kub lebih mengasihi Yusub dan Bunyamin karena Rahil meninggal dunia
setelah melahirkan Bunyamin. Masalahnya terletak pada sifat iri dan dengki
putra Nabi Ya’kub yang tua-tua dari istri Layya sehingga mereka mencelakai
Yusuf dengan membuangnya ke sebuah sumur kering dan berkata kepada ayahnya kalau Yusuf diterkam bianatang
buas dengan membawa bukti baju Yusuf yang diolesi darah kambing, dengan tujuan
untuk merebut cinta dan perhatian nabi ya’kub. Nabi Ya’kub sangat sedih atas
perbuatan mereka.
4.Kisah Nabi Yusuf. Nabi Yusuf adalah putra Nabi Ya’kub yang menjadi korban dari
sifat iri dan dengki saudara-saudara dari ibu yang berbeda. Nabi Yusuf dibuang
ke sebuah sumur namun atas ijin Allah, Nabi Yusuf selamat dan menjadi pembesar
di kerajaan mesir.
5.Kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim yang telah berkeluarga dengan Sarah belum juga
dikaruniai keturunan. Atas saran Sarah kemudian Nabi Ibrahim menikahi Hajar
yang kemudian memiliki anak bernama Ismail. Sedangkan dengan Sarahpun akhirnya dikarunia
putra yang diberi nama Ishaq. Masalahnya timbul ketika Sarah begitu cemburu
terhadap Hajar akhirnya mengusir hajar dari rumahnya. Nabi Ibrahimpun membawa
Hajar dan Ismail hijrah ke jazirah arab yang tandus dan meninggalkannya di
sana. Suatu ketika Nabi Ibrahim ingat dengan nazarnya untuk memberikan apasaja
yang Allah inginkan jika beliau dikaruniai putra. Allah menguji Nabi Ibrahim
untuk mengorbankan putra yang dikasihinya sebagai tebusan atas nazar tersebut.
Sungguh ujian yang sangat berat, namun Nabi Ibrahim, hajar dan Ismail dapat
melaluinya dengan baik.
6.Kisah Nabi Muhammad. Nabi Muhammad
merupakan keturunan dari bangsawan suku Qurais. Paman-pamannya adalah tokoh
masyarakat yang sangat berpengaruh. Paman nabi Muhammad yaitu: Haris, Abu Thalib
(Abdu Manaf), Zubair, Hamzah, Abu Lahab
(Abdul Uzza), Ghaidaq, Muqawwam, Dhirar, `Abbas, Qusam, Abdul Ka`bah dan Hajal
(Mughirah). Namun hanya Abbas dan Hamzah saja yang beriman dan menjadi pengikut
Nabi Muhammad. Justru yang membuat Nabi Muhammad sedih adalah pamannya Abu
Thalib (ayah dari Ali bin Abi Tahlib ra) yang telah membesarkan dan melimndungi
Nabi Muhammad, sampai akhir hayatnya tidak
beriman kepada Nabi Muhammad saw.
“Hai
orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada
yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika
kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 64:14)
Demikianlah
bagi kita yang mengharap derajat dan kedekatan kita ditingkatkan oleh Allah,
untuk selalu sabar dan ikhlas atas segala ujian hidup yang Allah berikan kepada
kita baik melalui harta benda maupun anak dan istri kita.Wallah A’lam Bishawab
JAKARTA 13/3/2013
Ijin share....
BalasHapus