KETELADANAN NABI IBRAHIM AS
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
*وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ *قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ *إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ
*وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخرين سَلاَمٌ على
إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ نَجْزِي المحسنين
"Wahai
Ibrahim engkau telah membenarkan perintahKu melalui mimpimu Sesungguhnya dengan
demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik, sesunggguhnya ini adalah
ujian yang nyata dan kami tebus ismail dengan senbelihan hewan qurban yang
besar. Dan kami jadikan teladan untuk orang-orang yang sesudahnya, keselamatan
untuk Nabi Ibrahim, demikianlah kami membalas orang-orang yang berbuat
baik".(Q.S. As-shafat 103-110)
Muqaddimah
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah
menurunkan 313 rasul dan 124 ribu nabi. Diantara para rasul yang dijadikan
teladan adalah Nabi Ibrahim as. Dalam menyongsong Idul Adlha ini sangat penting
kita ingat kita sebut dan kita renungkan kembali kemudian kita teladani. Nabi
Ibrahim as. selain beliau nabi pilihan yang mendapat gelar kholilullah (kekasih
Allah) juga disebut Abul anbiya (bapak dari para Nabi) karena Nabi-nabi sesudah
beliau adalah dari zduriyahnya (keturunannya) nabi-nabi bani Israil Nabi Ishaq,
Ya`qub Yusuf Syuaib Harun, Musa sampai nabi Isa as. Dan demikian juga junjungan
Nabi kita Muhammad saw bin Abdullah, bin Abdil Mutholib, bin Hasyim bin Abdi
Manaf bin Qushoy bin Kilab, bin Murroh bin Ka`ab, bin Luay, bin Gholib, bin
Fihir, (Fihri dilaqobi Quroisy) bin Malik bin Nadlor, bin Kinanah bin
Khuzaimah, bin Mudrikah bin Ilyas, bin Mudlor bin Nizar bin Ma`ad bin `Adnan
bin Nabi Isma`il bin Ibrahim AS.
Ibrahim as oleh Yahudi diklaim sebagai Yahudi, oleh
kaum Nasrani diklaim sebagai pengikiut Nasran, dan kaum musyrikin mengklaim
bahwa mereka mengikuti millah Ibrahim. Untuk menolak anggapan mereka Allah
turunkan ayat kepada Nabi Muhammad saw yang bunyinya
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا
وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Ibrahim
bukanlah Yahudi dan bukanlah Nasrani akan tetapi dia adalah yang bersih dan
muslim dan dia bukan orang yang mensekutukan Allah" (QS. Ali Imran:
67)
Ibrahim dan Isma’il as
Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail Dalam Melaksanakan
Perintah Allah. “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan
haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. “ (QS. Al-Hajj: 27)
Menjelang akhir bulan Dzulqa’dah dan selama beberapa
hari di bulan Zulhijjah, setiap tahunnya jutaan Islam dari berbagai penjuru
berkumpul di tanah suci untuk menunaikan rangkaian ibadah haji dengan niat dan
tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi panggilan Allah Yang Maha Pemurah dan
Penyayang untuk mengunjungi rumah-Nya yang suci dan disucikan.
Para jama’ah haji yang datang dari berbagai penjuru
dunia ini adalah sebagian ummat Islam yang dengan izin Allah mampu memenuhi
panggilan-Nya yang diserukan melalui lisan Nabi Ibrahim Alaihis Salaam
“Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru vang jauh. ” (QS. Al-Hajj: 27)
Di seluruh penjuru dunia, umat Islam dengan berbagai
latar belakang bangsa dan negara, tetap dapat menghayati perjuangan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai bentuk cinta dan pengabdian yang tulus kepada
Allah. Nabi Ibrahim As dalam lintas sejarah perjuangannya mendapatkan
ujian dari Allah berupa belum diberikannya keturunan setelah bertahun-tahun
menikah dengan Sarah.
Nabi Ibrahim pun mengalami kegalauan dalam hati yang
antara lain tercermin dalam doa dipanjatkannya ke Hadirat Allah (QS. As
Shoffat: 100-101). “Ya Tuhanku,
anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh”.
Doa ini kemudian dikabulkan oleh Allah, dengan
lahirnya seorang putra, yaitu lahirnya Nabi Ismail melalui Hajar, istri Ibrahim
yang kedua “Maka Kami beri Dia
khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”
Cobaan yang diberikan Allah bagi Nabi Ibrahim dan
keluarganya kembali datang melalui sebuah perintah yang sangat berat, yaitu
menyembelih sang putra, padahal usianya masih muda. Sang putra pun menunjukkan
tingkat keimanan yang tmggi sehingga mengikhlaskan dirinya untuk memenuhi
perintah Allah melalui mimpi Ayahandanya.
Hal ini antara lain terekam dalam firman Allah dalam
Surat al-Shaffat 102: “Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab, “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar”.
Hati Nabi Ibrahim As sebagai seorang ayah tentulah
terasa pedih saat mengorbankan anaknya bahwa apa yang diperintahkan Allah
merupakan ujian dan pasti akan berakhir pada kebaikan dan kebahagiaan.
Al-Qur’an surat al-Shaffaat ayat 103 sampai 109 menggambarkan kondisi tersebut
:
“Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyalalah
kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu
telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan
atas Ibrahim”.
Keteladan
Ibrahim as
Pertama Keteladanan dan keberaniannya ketika
ingin mereformasi merubah masyarakatnya dan penguasanya dari penyembahan kepada
materi, benda dan berhala-berhala kepada mengesakan Allah SWT. kalimat
tauhid/kalimatul ikhlas laa ilaaha illallah bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, Terlebih dahulu Ibrahim As. Menyampaikannya kepada
ayahnya, dengan bahasa yang santun beliau sampaikan pemahaman
Hati Nabi Ibrahim As sebagai seorang ayah tentulah
terasa pedih saat mengorbankan anaknya bahwa apa yang diperintahkan Allah
merupakan ujian dan pasti akan berakhir pada kebaikan dan kebahagiaan.
Al-Qur’an surat al-Shaffaat ayat 103 sampai 109 menggambarkan kondisi tersebut
:
“Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyalalah
kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu
telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan
atas Ibrahim”.
Kedua Ketaatanya menjalankan perintah
Allah swt. Untuk menyembelih Ismail as. Putra tercinta yang didamba-dambakan
dalam doanya: Robbi hab lii
minassholihin. Ketatan Ibrahim itu di abadikan oleh Allah dalam
al-Qur'an
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
*وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ *قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ *إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ
*وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخرين سَلاَمٌ على
إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ نَجْزِي المحسنين
"Wahai
Ibrahim engkau telah membenarkan perintahKu melalui mimpimu Sesungguhnya dengan
demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik, sesunggguhnya ini adalah
ujian yang nyata dan kami tebus ismail dengan senbelihan hewan qurban yang
besar. Dan kami jadikan teladan untuk orang-orang yang sesudahnya, keselamatan
untuk Nabi Ibrahim, demikianlah kami membalas orang-orang yang berbuat
baik".(Q.S. As-shafat 103-110)
Ketiga, Keteladanan Ibrahim as. ketika
diperintah Allah swt agar mereknstrusi kembali ka`bah Baitullah yang pertama
dibangun dimuka bumi. Nabi Ibrahim bersama Ismail membangun kembali ka`bah
sesuai dengan petunjuk Allah, dan sesudah selesai membangun Allah perintahkan
Ibrahim agar memanggil ummat manusia untuk berhaji. Hingga kini ibadah Haji
merupakan sebuah mu'tamar internasional yang mempertemukan umat muslim sejagad
raya dari berbagai ras, suku dan bangsa dengan beragam macam bahasa.
Dan masih banyak sebenarnya teladan yang bisa diambil
dari sirah Nabi Ibrahim ini. Namun karena keterbatasan tempat maka tidak bisa
untuk disampaikan semuanya, diantaranya yang terpenting adalah ketegasan beliau
terhadap kemusyrikan dan kekafiran. Seperti yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat
Az-Zurkhruf 26-27.
Pelajaran yang bisa diambil
a. Seseorang tidak boleh melakukan kesyirikan/
kebid’ahan hanya dengan alasan lingkungan, karena telah ada Al Qur’an dan As
Sunnah sebagai petunjuk.
b. Seseorang da’i dituntut memiliki
sifat yang cerdas, kritis, peka terhadap lingkungan, bisa bertukar pendapat
dengan baik dan pemberani.
c. Kecerdasan dan intelektualitas
bukan penghalang bagi seseorang untuk berlaku taat kepada Allah. Bahkan akal
harus tunduk terhadap wahyu.
d. Hikmah dari perintah
penyembelihan nabi Ismail adalah disyariatkanya ibadah kurban.
e. Tegas terhadap kemusyrikan dan
kekafiran adalah sikap yang harus dimiliki setiap muslim.
Jakarta 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar