BENARKAH NABI SAW TERPUTUS KETURUNANNYA?
KETIKA Thahir,
putra Nabi Saw dari Khadijah lahir dan langsung meninggal dunia, Amr bin Ash
dan Hakam bin Ash justru bergembira ria sambil mengejek Nabi Saw dengan sebutan
Al-Abtar, orang yang terputus keturunannya. [ 1]
Ejekan-ejekan
mereka menyebar di kalangan kaum kafir Quraisy dan hal ini membuat Nabi Saw dan
istri tercintanya, Khadijah as semakin berduka. Bagaimana tidak, tidak lama
setelah kedua manusia mulia ini kehilangan seorang anak laki-lakinya, dua
manusia berhati Iblis ini justru menyebarkan penghinaan terhadap Nabi Saw
dengan sebutan yang sangat menyakitkan : Al-Abtar!
Namun Allah Swt
tidak membiarkan kedua manusia (Rasul Saw & Khadijah as) yang dicintai-Nya
ini terus dilarut duka. Allah Yang Maha Pemurah menurunkan sebuah surah yang
diturunkan khusus untuk menghibur keduanya : Surah Al-Kautsar!
Tahukah Anda
apakah Al-Kautsar itu? Apa isi surah ini sehingga Nabi Saw serta Sayyidah
Khadijah merasa terhibur karenanya?
APAKAH
AL-KAUTSAR ITU?
AL-KAUTSAR
secara literal bermakna : Yang Berlimpah (abundance). Dengan wafatnya putra
Rasulullah Saw dari Khadijah as tersebut, Allah SwT menghibur keduanya dengan
Al-Kautsar, yaitu Sayyidah Fathimah! [2]
Melalui Sayyidah Fathimah as inilah keturunan Muhammad Saw berlanjut berlimpah-ruah sampai akhir zaman. [3]
Melalui Sayyidah Fathimah as inilah keturunan Muhammad Saw berlanjut berlimpah-ruah sampai akhir zaman. [3]
Fakhrur Razi
mengatakan bahwa, “Surah (Al-Kautsar) ini diturunkan untuk membantah pernyataan
seorang kafir yang mencela Nabi Saw karena tidak mempunyai anak laki-laki,
menjadi jelas bahwa makna yang diberikan di sini adalah bahwa Allah Swt memberi
Nabi Saw keturunan yang akan abadi. Kita harus mengingat bahwa banyak
pembantaian telah dilakukan terhadap keluarga Nabi, namun dunia masih dipenuhi
oleh mereka; sementara Bani (keturunan) Umayyah punah kecuali beberapa orang
yang tak berharga…” [4]
Al-Kautsar juga
berarti sebuah sumber mata air atau telaga di Surga yang khusus Allah
anugerahkan kepada Rasul Saw. Kadang-kadang Rasulullah Saw menyebut telaga karunianya
ini dengan sebuatan : al-Haudh.
Diriwayatkan
oleh Abu Bisyr di dalam Shahih Bukhari bahwa Said bin Jubair mengatakan bahwa
Ibn Abbas menceritakan tentang al-Kautsar : “Al-Kautsar itu adalah “anugerah”
yang Allah karuniakan kepada Rasulullah Saw.”. Lalu Abu Bisyr berkata kepada
Said, “Tapi banyak orang mengatakan bahwa al-Kautsar itu adalah salah satu
sungai (mata air) di surga.” Said menjawab, “Mata air surga itu adalah salah
satu anugerah yang berlimpah ruah yang Allah karuniakan kepada Rasulullah Saw.”
[5]
Masih di dalam
Shahih Bukhari, Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw meminta
seorang Anshar agar mengumpulkan mereka (para sahabat Nabi) untuk berkumpul di
sebuah tenda lalu beliau pun bersabda, “Bersabarlah sampai kalian menjumpai Allah
dan Rasul-Nya dan aku akan menunggu kalian di Telaga (Al-Kautsar)” [6]
Dan yang paling
menarik, masih di dalam kitab yang sama – Shahih Bukhari – Anas bin Malik
menambahkan kalimat di atas dengan : “Namun kami tidak bersabar”[ 7]
NABI SAW
TERPUTUS KETURUNANNYA?
Siapa pun yang
menganggap Nabi Saw tidak memiliki keturunan dalam arti “silsilah beliau
terputus karena beliau tidak memiliki seorang pun anak laki-laki” maka berarti
ia tidak berbeda dengan kaum kafir Quraisy yang telah menghina Nabi Saw dengan
sebutan al-Abtar. Allah SwT menyebut orang-orang yang berpikir bahwa Rasulullah
Saw telah terputus keturunannya sebagai orang-orang yang membenci Rasulullah
Saw, dengan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu (Muhammad)
dialah yang terputus (keturunannya)” (Al-Quran Surah Al-Kautsar:3)
Apakah Anda
juga berpikir bahwa Nabi Saw tidak memiliki keturunan yang berlanjut? Saya
berlindung kepada Allah SwT dari pemikiran seperti itu!
Al-Ash bin Wa’il, Abu Jahal dan Abu Lahab yang ketika mendengar putra Rasulullah saw, Al-Qasim wafat dalam usia balita, mereka mengejek Rasulullah sambil menyebarkan kabar bahwa “Muhammad adalah seorang al-abtar..!” (lelaki yang terputus keturunannya). Mendengar hal itu Rasulullah saw sangat bersedih hati. Maka turunlah ayat:
“Inna a’thaina kal kautsar. Fa shalli li Rabbika wan har. Innasya niaka huwal abtar.”
“Sungguh (hai Muhammad), Kami anugerahkan kepadamu “nikmat yang banyak”. Maka hendaklah engkau dirikan shalat semata-mata karena Tuhanmu., dan sembelihlah (ternak kurban). Sesungguhnya pembencimu itulah orang yang abtar (terputus keturunannya),
Sayyid Thabathaba’i, didlm Tafsir al Mizannya mengatakan bahwa makna “al-Kautsar” adalah “keturunan yang banyak” karena jika al-Abtar dimaknai “nikmat yang banyak”, maka maknanya menjadi tidak relevan dg asbabun nuzul atau latar belakang sebab turunnya ayat tsb.
Al-Ash bin Wa’il, Abu Jahal dan Abu Lahab yang ketika mendengar putra Rasulullah saw, Al-Qasim wafat dalam usia balita, mereka mengejek Rasulullah sambil menyebarkan kabar bahwa “Muhammad adalah seorang al-abtar..!” (lelaki yang terputus keturunannya). Mendengar hal itu Rasulullah saw sangat bersedih hati. Maka turunlah ayat:
“Inna a’thaina kal kautsar. Fa shalli li Rabbika wan har. Innasya niaka huwal abtar.”
“Sungguh (hai Muhammad), Kami anugerahkan kepadamu “nikmat yang banyak”. Maka hendaklah engkau dirikan shalat semata-mata karena Tuhanmu., dan sembelihlah (ternak kurban). Sesungguhnya pembencimu itulah orang yang abtar (terputus keturunannya),
Sayyid Thabathaba’i, didlm Tafsir al Mizannya mengatakan bahwa makna “al-Kautsar” adalah “keturunan yang banyak” karena jika al-Abtar dimaknai “nikmat yang banyak”, maka maknanya menjadi tidak relevan dg asbabun nuzul atau latar belakang sebab turunnya ayat tsb.
BENARKAH
PEREMPUAN TIDAK DAPAT MEMBERIKAN GARIS KETURUNAN?
Benarkah perempuan tidak dapat memberikan garis keturunan? Secara umum ya, tetapi secara khusus, Allah Swt memberikan keistimewaan kepada perempuan2 tertentu, misalnya Maryam as, ibunda Nabi Isa as.
“.. Dan dari keturunannya (Nabi Ibrahim a.s) ialah Daud, Sulaiman, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah kami beri balasan kepada ornag-orang yang berbuat baik. Kemudian (menyusul) Zakariya, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.” (Quran Surah Al-An’am : ayat 84-85)
Benarkah perempuan tidak dapat memberikan garis keturunan? Secara umum ya, tetapi secara khusus, Allah Swt memberikan keistimewaan kepada perempuan2 tertentu, misalnya Maryam as, ibunda Nabi Isa as.
“.. Dan dari keturunannya (Nabi Ibrahim a.s) ialah Daud, Sulaiman, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah kami beri balasan kepada ornag-orang yang berbuat baik. Kemudian (menyusul) Zakariya, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.” (Quran Surah Al-An’am : ayat 84-85)
Ayat di atas
memasukkan Isa putera Maryam sebagai putera keturunan Nabi Ibrahim as, padahal
kita mengetahui bahwa Nabi Isa as tidak memiliki ayah.
Dan pada ayat
Mubahalah :
“Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu , maka katakanlah : “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS Ali Imran ayat 61)
Di dalam Shahih Muslim, kitab al-Fadhail, bab min fadhail ‘Ali bin Abi Thalib, Juz. 2 hal. 360, Cet. Isa al-Halaby, disebutkan bahwa pada saat itu yang dibawa serta oleh Rasulullah Saw adalah : Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan dan Husain, padahal ayat di atas tidak menyebutkan cucu2 Nabi Saw, tapi “anak-anak kamu”. [7b]
Dan simak hadits di bawah ini dengan sungguh-sungguh :
“Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu , maka katakanlah : “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS Ali Imran ayat 61)
Di dalam Shahih Muslim, kitab al-Fadhail, bab min fadhail ‘Ali bin Abi Thalib, Juz. 2 hal. 360, Cet. Isa al-Halaby, disebutkan bahwa pada saat itu yang dibawa serta oleh Rasulullah Saw adalah : Ali bin Abi Thalib, Fathimah, Hasan dan Husain, padahal ayat di atas tidak menyebutkan cucu2 Nabi Saw, tapi “anak-anak kamu”. [7b]
Dan simak hadits di bawah ini dengan sungguh-sungguh :
“…Setiap anak
memiliki penisbatan keturunan melalui ayahnya (‘ishbah) , kecuali kedua putra
Fatimah (Hasan dan Husain) . Karena sesungguhnya akulah wali dan ishbah untuk
keduanya!” (Hadits Riwayat al-Hakim dari Jabir) [8]
Di dalam Shahih
Bukhari pun diriwayatkan bahwa suatu waktu Rasulullah Saw membawa al-Hasan
(putra Fatimah) lalu beliau Saw bersabda, “Sesungguhnya anakku ini adalah
seorang Sayyid!” (Shahih Bukhari Jil. 4, Fadhail Al-Shahabah, Bab Manaqib
al-Hasan, hadits no. 3746. Dalam edisi bahasa Inggris hadits no. 823) [9]
Dan memang di
dalam kitab-kitab hadits mau pun sejarah telah tercatat bahwa Rasulullah saw
senantiasa memanggil putra-putra Fatimah dengan panggilan: waladiy (anakku).
Jadi sekali
lagi, jika sesorang berpikir bahwa keturunan Rasulullah Saw tidak berlanjut,
maka orang itu sama dengan para pembenci Rasul Saw! Saya (Quito) berlindung
dari yang demikian itu! Allahumma shalli ‘ala Muhammadin wa aali Muhammad!
CATATAN KAKI :
1. Tafsir
Ayatullah Mahdi Pooya ttg Surah Al-Kautsar. Sedangkan menurut Tafsir Singkat
Ayatullah Makarim Syirazi, beliau mengatakan bahwa orang yang menghina Nabi Saw
dengan perkataan Al-Abtar adalah : Al-Ass ibn Wa’il al-Sahmi. (Tafsir Singkat
Ayatullah Makarim Syirazi ttg Surah al-Kautsar)
2. Fakhrur Razi
di dalam Tafsir Fakhrur Razi-nya; Al-Thabarsi di dalam Majma al-Bayan-nya, dan
Ayatullah Makarim Syirazi di dalam tafsir singkatnya.
3. Prof. Dr.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 30, Surah Al-Kautsar.
4. Abu Muhammad
Ordoni, Fatima The Gracious, Ahlul Bait Digital Library.
5. Shahih Bukhari Jil. 6, hadits no. 490. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Hakim, Ibn Jarir, dan Al-Suyuthi di dalam Durr al-Mantsur-nya.
5. Shahih Bukhari Jil. 6, hadits no. 490. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Hakim, Ibn Jarir, dan Al-Suyuthi di dalam Durr al-Mantsur-nya.
6. Ibid, Jil.
9, hadits no. 533
7. Ibid, Jil.
4, hadits no. 375
Tentu saja maksud Anas bin Malik dengan kata-kata “Namun kami tidak bersabar” berhubungan erat dengan pesan terakhir Rasulullah Saw pada saat Hajji Wada’. Saat itu Rasulullah Saw berpesan, “Kiranya telah dekat saatnya aku dipanggil (oleh Tuhanku) dan aku segera memenuhinya. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian al-Tsaqalain (2 perkara yang berharga) Kitab Allah dan ‘Itrah, Ahlul Baitku. Kitab Allah adalah tali yang terbentang daripada langit ke bumi dan ‘Itrahku Ahlu l-Bait. Sesungguhnya Allah SWT memberitahuku tentang kedua-duanya. Sesungguhnya kedua-duanya tidak akan berpisah sampai dikembalikan kepadaku di (telaga) al-Haudh. Maka kalian jagalah baik-baik kedua peninggalanku itu.” (Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya dari Sa’id al-Khudri. Sedangkan Tirmidzi, Al-Hakim dan Al-Thabari juga meriwayatkannya namun dari Zaid bin Arqam)
Tentu saja maksud Anas bin Malik dengan kata-kata “Namun kami tidak bersabar” berhubungan erat dengan pesan terakhir Rasulullah Saw pada saat Hajji Wada’. Saat itu Rasulullah Saw berpesan, “Kiranya telah dekat saatnya aku dipanggil (oleh Tuhanku) dan aku segera memenuhinya. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian al-Tsaqalain (2 perkara yang berharga) Kitab Allah dan ‘Itrah, Ahlul Baitku. Kitab Allah adalah tali yang terbentang daripada langit ke bumi dan ‘Itrahku Ahlu l-Bait. Sesungguhnya Allah SWT memberitahuku tentang kedua-duanya. Sesungguhnya kedua-duanya tidak akan berpisah sampai dikembalikan kepadaku di (telaga) al-Haudh. Maka kalian jagalah baik-baik kedua peninggalanku itu.” (Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya dari Sa’id al-Khudri. Sedangkan Tirmidzi, Al-Hakim dan Al-Thabari juga meriwayatkannya namun dari Zaid bin Arqam)
7b. Hadis2
lainnya yg meriwayatkan peristiwa Mubahalah tsb antara lain :
– Shahih Tirmidzi Juz 4, hal. 293, hadis no. 3085, dan Juz 5, hal. 103, hadis no. 3808.
– Mustadrak ala Shahihain li al-Hakim, 3:150.
– Musnad Ahmad bin Hanbal 1:185, dan 3:97.
– Tafsir al-Thabari 3:299
– Tafsir al-Kasyaf li al-Zamakhsyari 1:368
– Tafsir Ibn Katsir 1:370-371
– Fathul Qadir li al-Syaukani 1:347
– Tafsir Al-Fakhrur Razi 2:699
– Dan masih banyak lagi yang belum saya cantumkan.
8. Thabrani juga meriwayatkan hadits serupa dari Sayyidah Fatimah Az-Zahra as. Thabrani juga meriwayatkan hadis lainnya dari Umar dengan lafaz yang berbeda: “…Setiap anak penisbatan keturunan mereka ikut sang ayah, kecuali putra Fatimah. Akulah ‘ishbat (marga) mereka sekaligus ayah mereka!”
Al-Hakim juga meriwayatkan hadits ini di dalam kitab haditsnya Mustadrak Al-Shahihain Jil. 3 hlm. 54.
– Shahih Tirmidzi Juz 4, hal. 293, hadis no. 3085, dan Juz 5, hal. 103, hadis no. 3808.
– Mustadrak ala Shahihain li al-Hakim, 3:150.
– Musnad Ahmad bin Hanbal 1:185, dan 3:97.
– Tafsir al-Thabari 3:299
– Tafsir al-Kasyaf li al-Zamakhsyari 1:368
– Tafsir Ibn Katsir 1:370-371
– Fathul Qadir li al-Syaukani 1:347
– Tafsir Al-Fakhrur Razi 2:699
– Dan masih banyak lagi yang belum saya cantumkan.
8. Thabrani juga meriwayatkan hadits serupa dari Sayyidah Fatimah Az-Zahra as. Thabrani juga meriwayatkan hadis lainnya dari Umar dengan lafaz yang berbeda: “…Setiap anak penisbatan keturunan mereka ikut sang ayah, kecuali putra Fatimah. Akulah ‘ishbat (marga) mereka sekaligus ayah mereka!”
Al-Hakim juga meriwayatkan hadits ini di dalam kitab haditsnya Mustadrak Al-Shahihain Jil. 3 hlm. 54.
9. Lihat Fathul
Bari 7:94
- Tirmidzi,
Al-manaqib Bab Manaqib al-Hasan wal Husain Jil.5 hlm. 616, hadits no. 3773.
- Abu Dawud
misalnya di dalam kitabnya : Sunan Abu Dawud, Bab. 31, hadits no. 4276; Bab 35,
hadits no. 4645.
*** SELESAI ***
*** SELESAI ***
- Al-Nasaiy 3 :
107 dalkam Al-Jumu’ah Bab : Khutbah Pemimpin Kepada Rakyatnya di atas mkimbar.
- Thabarani
hadits no. 2588, 2592, 2593.
- Ahmad hadits
5:38, hadits no. 44, 49, 51.
Disalin dari (qitori.wordpress.com)
Jakarta 13/10/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar