HIJRAH MOMENTUM EVALUASI DIRI
“Dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki
(nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).
Muqaddimah
Tahun baru Islam, 1 Muharram 1436 Hijriah, adalah
momen tepat bagi segenap kaum Muslim untuk memperbaiki diri dan hijrah menuju
kebaikan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Tahun baru hijriyah menjadi momentum evaluasi diri
untuk menuju kebaikan, hijrah mempunyai arti “menghindari” dan juga di artikan
meninggalkan tempat asal, dengan maksud menghindari adalah semangat untuk
menghindari dari kedzoliman, dengan ini di tahun baru islam awali semuanya
dengan niatan yang baik karna janji Allah akan memudahkan apa yang diniatkan.
Nabi Muhammad SAW yang melakukan hijrah dari satu
tempat ke tempat yang lain yakni dari mekah ke madinah dalam menyebarkan
kebaikan manjadikan momen ini titik balik kaum muslim untuk selalu hijrah dalam
kebaikan. Satu Muharram, yang tahun ini jatuh pada Selasa, 5 November 2013,
merupakan bulan pertama dalam kalender Islam yang menandai pergantian tahun
Hijriah. Momen ini menjadi penting karena Nabi Muhammad mendapatkan
keberhasilan dalam dakwahnya pada bulan Muharram,
Muharram berasal dari kata yang
dalam Bahasa Indonesia artinya ‘diharamkan’ atau ‘dipantang’ yaitu dilarang
melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Makna tersebut menandakan bahwa
bulan Muharram akan menjadi bulan yang damai bagi seluruh umat.
Momen tahun baru Islam merupakan sarana untuk
memperkokoh ukhuwah Islamiah (persaudaraan) sehingga dapat menghindari
perpecahan dan perbedaan pemahaman sesama umat Islam. Kedatangan bulan
Muharram juga menandai kebahagiaan bagi kaum dhuafa. Pada bulan ini umat Islam
disunnahkan untuk memperbanyak sedekah dan menyantuni anak yatim.
Makna Hijrah
Secara umum, hijrah mengandung spirit reformasi. Dan
reformasi tersebut dibagi menjadi tiga fase yaitu reformasi individual
(spiritual-moral), reformasi sosio-kultural, dan reformasi struktural. Peristiwa
hijrah dapat dijadikan contoh yang sangat konkrit dan praktis. Selama kurang
lebih 13 tahun Rasulullah SAW telah mengadakan reformasi individual dalam
masyarakat Quraisy. Para sahabatnya yang tersentuh dakwah Rasulullah SAW segera
mengadakan hijrah baik secara spiritual maupun moral. Mereka meninggalkan
kekufuran dan kejahiliyahan lalu menggantinya dengan keimanan dan akhlaq
Islamiyah. Reformasi individual-spiritul-moral ini mendorong terjadinya
reformasi sosio-kultural, karena manusia yang telah melakukan reformasi
individual mau tidak mau akan mereformasi tatanan kehidupan sosialnya.
Secara bahasa, hijrah artinya berpindah. Sementara itu
dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan
mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
Hijrah Menurut Istilah
Hijrah
menurut istilah berarti ”tarku maa nahallaahu ’anhu” (meninggalkan sesuatu yang
dilarang Allah swt).
Oleh karena itulah pengertian hijrah yang harus senantiasa ada dalam diri setiap muslim adalah pengertian hijrah Maknawi.
Adapun pengertian hijrah secara maknawi dapat disimpulkan :
1. Meninggalkan kejahilian menuju kepada nilai Islam
2. Meninggalkan kekafiran menuju iman kepada Allah swt
3. Meninggalkan kesyirikan menuju tauhid, mengesankan Allah
4. Meninggalkan kebatilan menuju yang hak, kebenaran Islam
5. Meninggalkan perbuatan maksiat menuju perbuatan ketaatan kepada Allah
6. Meninggalakan sesuatu yang haram menuju sesuatu yang halal
Meski demikian, dalam keadaan kondisi orang Islam berada dalam lingkungan yang mengaharuskannya melakukan hijrah fisik.
Oleh karena itulah pengertian hijrah yang harus senantiasa ada dalam diri setiap muslim adalah pengertian hijrah Maknawi.
Adapun pengertian hijrah secara maknawi dapat disimpulkan :
1. Meninggalkan kejahilian menuju kepada nilai Islam
2. Meninggalkan kekafiran menuju iman kepada Allah swt
3. Meninggalkan kesyirikan menuju tauhid, mengesankan Allah
4. Meninggalkan kebatilan menuju yang hak, kebenaran Islam
5. Meninggalkan perbuatan maksiat menuju perbuatan ketaatan kepada Allah
6. Meninggalakan sesuatu yang haram menuju sesuatu yang halal
Meski demikian, dalam keadaan kondisi orang Islam berada dalam lingkungan yang mengaharuskannya melakukan hijrah fisik.
Implementasi Hijrah dalam kehidupan
Semua peristiwa hijrah ini kemudian dirumuskan menjadi
sebuah sikap umat dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan dalam bentuk :
1. Meluruskan Niat
“Al-Muhajaroh” (Hijrah) sebagaimana dikatakan oleh
Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah keluar dari negeri kafir kepada negeri iman,
sebagaimana para sahabat yang berhijrah dari Makkah ke Madinah.Dan Hijrah di
jalan Allah itu, sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Rasyid Ridho, harus dengan
sebenar-benarnya.Artinya orang yang berhijrah dari negerinya adalah untuk
mendapatkan ridho Allah dengan menegakkan agama-Nya yang merupakan kewajiban
baginya, dan merupakan sesuatu yang dicintai Allah.Dalam sejarah, ada seorang
sahabat yang berhijrah karena ingin menikahi ummu Qois, bukan karena niat
ikhlas taat kepada Allah dan Rosulnya. Maka Rosulullah saw bersabda, “Bahwasannya
semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasannya apa yang diperoleh seseorang
adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrah karena
Allah dan Rosulnya maka hijrahnya itu akan diterima oleh Allah dan Rosulnya,
dan barang siapa yang hijrahnya, karena mencari dunia atau karena wanita yang
akan nikahinya maka hijrahnya itu hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam
hijrahnya itu. (HR Bukhori dan Muslim).Hikmah yang harus kita ambil adalah
bahwa segala aktifitas ibadah, dakwah dan bermasyarakat kita hanya semata-mata
karena Allah, bukan karena yang lain, yaitu karena duniawi atau materi
saja,sehingga kita akan bersungguh-sungguh dalam hidup dan kehidupan ini.
2. Meningkatkan Ketaatan kepada Allah swt
dan Rasulullah saw
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat
97 yang berbunyi :
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat
dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) Malaikat bertanya :
"Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah
Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata:
"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?".orang-orang
itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,
Ayat diatas turun sehubungan dengan kasus lima orang
pemuda muslim yang bergabung dengan kafir Makkah, lalu mati mengenaskan di
perang badar oleh pasukan kaum muslimin.
3. Yakin dengan Pertolongan Allah swt.
Hijrah adalah rancangan dan strategi untuk melanjutkan
perjuangan Dakwah Islam. Allah swt berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 74 yang
berbunyi :
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan
memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang
yang benar-benar beriman.mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang
mulia.
Perjuangan yang dilalui Rosulullah dan para sahabat di
Makkah tidaklah mulus dan ringan, tetapi jalan itu penuh onak dan duri, dan
sangat berat sekali.Beliau dan kaum mukminin menerima berbagai cobaan, cercaan,
teror, penyiksaan, propapaganda dan pembunuhan.Hal ini tidak hanya menimpa diri
rosulullah, tetapi juga para sahabatnya. Kita tahu, kisah Bilal, keluarga Yasir
(Yasir, Sumayah, Ammar bin Yasir), Abu Fakihah (budak Bani Abdid-Dar), Khabab bin
Al-Art (budak Ummu Umar), dll.
4. Memperkokoh Persaudaraan dan Persatuan
Berkenaan dengan peristiwa hijrah, rosulullah juga
berhasil mempersatukan suku Aus dan Suku Kahraj yang sebelumnya saling
bermusuhan. Mereka dipersatukan dengan dasar aqidah islam. Rosulullah juga
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Persaudaraan ini semata-mata
berdasarkan aqidah yang sama. Langkah ini untuk menegaskan, bahwa ikatan
persatuan dan persaudaraan kaum muslimin haruslah berdasarkan aqidah, bukan
berdasarkan kesukuan, kedaerahan, kemaslahatan, kebangsaan dan sebagainya yang
bermuara pada ikatan kejahiliyahan.
Makna persaudaraan ini menurut Muahmmad Al-Ghazaly, agar fanatisme Jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali Islam.Disamping itu, agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketaqwaanya.
Makna persaudaraan ini menurut Muahmmad Al-Ghazaly, agar fanatisme Jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali Islam.Disamping itu, agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketaqwaanya.
5. Mengoptimalkan Fungsi dan Peran Masjid
Langkah pertama yang dilakukan
rosulullah adalah membangun masjid, Masjid yang dibangun bukan sekedar sebagai
tempat sholat semata, tetapi juga sebagai madrasah tempat transfer ilmu dan
bimbingan, sebagai balai pertemuan, tempat pelayanan social kemasyarakatan,
pemberdayaan ekonomi umat dll, yang mencerminkan peran dan fusngsi masjid
sesungguhnya. Maka unsure terpenting dari itu semua adalah pengurus dan jama’ah dalam
arti pengurus berberan aktif menjalankan tugas dan amanahnya sebagai pengurus
sesuai dengan kapasitasnya, dan jama’ah juga berperan aktif dalam pemakmuran
masjid dalam bentuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus
masjid dan bantuan dana.
Mereka yang
berhijrah kala itu adalah Muslim yang tidak lagi memiliki tujuan apa-apa selain
daripada rahmat Allah Ta’ala.
Hakekat Hijrah
Dalam hadith
Nabi “ wa al-hijratu man hājara mā nahāhu Allah ‘anhu” dan
disebut hijrah adalah berpindah dari apa-apa yang dilarang Allah terhadap
manusia. Atau sebagaimana disinyalir oleh Iqbal dalam masterpiece puisinya “ berhenti,
tak ada tempat di jalan ini. Sikap lamban berarti mati. Mereka yang bergerak,
merekalah yang maju ke depan. Mereka yang menunggu sejenak sekalipun pasti
tergilas”. Maka noothing to loose,
memaknai subtansi hijrah pada hakikatnya bercermin pada diri sendiri serta
memaknai hidup dengan penuh motivasi dan idealisme.
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu
mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 218).
“Orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka,
adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).
Momentum
hijrah mampu memberi spirit yang menggedor kesadaran kita, guna mengisi kalbu
dan mengasah reformasi sosial spiritual dalam jiwa kita, sehingga mampu
melangkah dalam hidup ini menjadi lebih tegap, optimis, dinamis, dan produktif
dari hari-hari sebelumnya. Dan tidak kalah penting hijrah dipandang sebagai starting point bagi bangsa kita
untuk melakukan reformasi total untuk meluruskan arah dan membangun bangsa dari
keterpurukan dan krisis multi dimensi ini. Karena hakekat hijrah merupakan
transformasi dan reformasi sosial guna mampu melakukan yang terbaik dalam
kehidupan personal maupun komunal dengan dinamika hidup secara optimal.Wallahu
A’lam Bishowab
JAKARTA
22/10/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar