IBLIS Dkk Musuh Ummat Yang Beriman
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)
Makna Setan dan Iblis
BERPALINGLAH |
Baik syetan atau
iblis termasuk jenis makhluk halus, bangsa rohani yang tidak dapat dilihat
kecuali atas izin Allah seperti para rasul, oleh sebab itu dia dapat memasuki
diri manusia dari seluruh perjalanan darahnya, kecuali hati nurani manusia
tempat bersimpuhnya iman yang tidak dapat dimasuki. "Sesungguhnya syetan
itu berjalan dalam diri manusia menurut perjalanan darahnya". (HR. Bukhari
dan Muslim)
Iblis dan syetan
itu sebenarnya satu jenis, hanya dibedakan sebutannya, yaitu bila sedang
menggoda manusia dinamakan syetan dan kalau dalam keadaan biasa dinamakan
iblis. Atau dapat dikatakan: iblis adalah makhluk yang menggoda Adam dan Hawa,
sedangkan syetan adalah makhluk yang menggoda anak cucu keturunan Adam, karenanya
iblis lebih tinggi pangkatnya dari syetan.
Iblis Pembangkang Perintah Allah swt
Iblis adalah makhluk dari golongan bangsa jin (QS 18: 50).
Sebagaimana kita ketahui, dia tidak mau melaksanakan perintah Tuhannya untuk
sujud kepada nabi Adam (QS 7: 11). Ia enggan ikut bersama malaikat untuk sujud
(QS 15: 31). Sehingga Allah SWT bertanya kepadanya, “Hai iblis, apakah yang
menghalangimu untuk sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku
ini?” Kata Iblis: “Aku lebih baik darinya, sebab Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS 38: 75-76).
Itulah iblis, makhluk pertama membangkang perintah Allah
SWT. Kelancangan yang tak layak diperlihatkan di hadapan Sang Pencipta. Dan,
apapun alasannya itu menjadikan ia terusir dari surga (QS 38: 77). Jadilah ia
hina (QS 7: 13), terkutuk (QS 15: 34), sesat (QS 15: 39), dan bahkan termasuk
golongan kafir (QS 2: 34).
Usai pembangkangan, iblis berdoa supaya tetap hidup hingga hari
kiamat (QS 7: 14). Harapannya, agar dapat menyesatkan seluruh manusia (QS 38:
82). Tentu saja, semua tipu daya dijalankan. Segala rupa misi diterapkan,
asalkan tercapai targetnya, yaitu menjadikan manusia sesat.
Iblis adalah makhluk dari bangsa
Jin (QS.18. Al-Kahfi : 50) yang diciptakan dari api (QS.55. Ar-Rahman : 15).
Pada mulanya Iblis adalah makhluq yang tekun ibadah kepada Allah SWT, namun
menjadi makhluq terkutuk tatkala menolak mematuhi perintah Allah SWT untuk
sujud kepada Adam AS dengan dalih bahwa dia diciptakan dari api, sedang Adam AS
diciptakan dari tanah (QS.7. Al-A’raf : 12). Iblis dikutuk dan diusir dari
surga (QS.15. Al-Hijr 34-35), serta ditetapkan sebagai penghuni neraka jahannam
(QS.38. Shaad : 85).Setelah dikutuk, Iblis mengajukan permohonan penangguhan kepada Allah SWT hingga Hari Qiyamat. Permohonannya dikabulkan, lalu Iblis pun bersumpah akan menyesatkan anak cucu Adam AS (QS.15. Al-Hijr : 36-40). Lalu Iblis menggoda Adam dan Hawa, ‘alaihimas salam, hingga keduanya masuk perangkapnya. Allah SWT pun mengeluarkan Adam dan Hawa, ‘alaihimas salam, dari surga, tapi kemudian Allah SWT menerima taubat keduanya (QS.2. Al-Baqarah : 36-37).
Pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah SWT sehingga tidak mau sujud kepada Adam AS, lahir dari sifat Takabbur dan Hasud. Iblis takabbur karena merasa diri lebih mulia daripada Adam AS (QS.2. Al-Baqarah : 34). Itu tercermin dari dalih yang digunakannya saat menolak sujud kepada Adam AS, yaitu bahwa Iblis diciptakan dari api, sedang Adam AS diciptakan dari tanah. Ada pun Iblis hasud karena iri dan dengki terhadap kemuliaan Adam AS yang dianugerahkan Allah SWT (QS.7. Al-A’raf : 12).
Sumpah Iblis di hadapan Allah SWT Untuk menyesatkan anak cucu Adam AS adalah bentuk dendam kesumat (QS.15. Al-Hijr : 49). Dendam karena kecewa dan sakit hati terhadap manusia yang dianggap menjadi penyebab Iblis diusir dari surga dan dikutuk oleh Allah SWT, serta akan disiksa kelak dalam neraka jahannam. Kesumat karena dendam tersebut akan berlangsung turun menurun sampai Hari Qiyamat.
Visi Iblis
Visi Iblis adalah pelampiasan dendam terhadap manusia, sedang Misi Iblis adalah menyesatkan manusia. Dalam rangka mensukseskan Visi Misi tersebut, maka Iblis sejak awal telah menetapkan Target dan Strategi serta Tak-Tik untuk melumpuhkan manusia. Dalam Visi Misi Iblis yang menjadi Target adalah “Buat manusia durhaka kepada Allah SWT”, dengan Strategi “Halangi manusia dari jalan lurus”. Ada pun Tak-Tik nya adalah “Manfaatkan kelemahan manusia”, karena Iblis tahu benar bahwa manusia itu lemah (QS.4. An-Nisaa’ : 28) dan penuh keluh kesah (QS.70. Al-Ma’aarij : 19) serta selalu tergesa-gesa (QS.17. Al-Isra’ : 11).
Kelemahan manusia yang paling mencolok adalah “Takut miskin”, dan “Ingin aman dari kemiskinan” serta memiliki “Hawa nafsu”. Oleh karenanya Tak-Tik Iblis dalam memanfaatkan kelemahan manusia antara lain : Pertama, eksplorasi besar-besaran rasa takut manusia terhadap lapar dan kemiskinan serta masa depan (QS.2. Al-Baqarah : 268). Kedua, dorong rasa ingin aman dari lapar dan kemiskinan dengan menjadikan materi sebagai pengaman (QS.4. An-Nisaa’ : 119). Ketiga, kembangkan hawa nafsu manusia untuk meraih aman selamanya dengan menjadikan hawa nafsunya sebagai sesuatu yang terlihat bagus dalam pandangannya, selanjutnya jadikan materi sebagai tujuan (QS.6. Al-An’aam : 43). Dengan tak-tik inilah, Iblis ingin menjadikan manusia sebagai makhluq materialisme yang serakah.
Iblis mengeksplorasi nafsu serakah manusia agar manusia menjadi serakah harta dan kekayaan, serakah jabatan dan kedudukan, serakah kewenangan dan kekuasaan, serta serakah penghormatan dan pujian, bahkan serakah hidup hingga cinta dunia dan takut mati. Dari sini Iblis mendorong manusia untuk menguasai ekonomi dan keuangan dunia serta mengendalikan politik untuk melindungi keserakahannya. Selanjutnya, Iblis selalu menuntun manusia untuk memperbudak manusia lainnya dengan menguasai sumber daya manusia serta menghisapnya sebanyak-banyaknya dan selama-lamanya hanya untuk memenuhi nafsu serakahnya. Orang bijak pernah berkata : “Dunia dan isinya cukup untuk memenuhi kebutuhan SEMUA manusia, tapi takkan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan SEORANG manusia.”
Iblis akan terus menerus mengeksplorasi nafsu serakah manusia, sehingga manusia merasa diri sebagai “Tuhan”, dimana kehendaknya harus berlaku, ucapannya menjadi putusan hukum yang harus dipatuhi, tidak boleh dikritik apalagi diprotes, dan dia tidak mau tunduk kepada siapa pun, termasuk kepada Tuhan yang sebenarnya yaitu Allah SWT.
Iblis adalah Jenderal
atau Panglima Besar dari semua kejahatan dan perilaku buruk yang dikerjakan
manusia, Ia sudah hadir didunia ini sejak zaman nabi Adam dan akan tetap hidup
sampai hari kiamat. Ia mengerahkan pasukannya yang terdiri atas balatentara
syetan dari golongan Jin dan manusia untuk menyebar bencana dan kemaksiatan
dimuka bumi. Iblis memiliki dendam turun temurun
terhadap anak cucu Adam sebagaimana disebutkan dalam surat
Al Israk ayat
62- Dia (iblis) berkata:
“Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai
hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali
sebahagian kecil”.63- Tuhan
berfirman: “Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka
sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan
yang cukup. 64- Dan
hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan
kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki
dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah
mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan
belaka. ( Israak 62-64)
Misi-misi Iblis
1. Menyeru manusia
agar menjadi kafir (QS 59: 16).
2.
Menghalang-halangi manusia dari jalan Allah SWT yang lurus (QS 7: 16).
3. Membisikkan
pikiran manusia agar melanggar ketetapan Allah SWT (QS 7: 20).
4. Bersumpah atas
nama Allah SWT agar manusia berbuat ingkar (tafsir Ibnu Katsir QS 7: 21).
5. Menjadikan bahwa
ingkar kepada Allah SWT itu dipandang baik (QS 15: 39).
6. Menghasut,
memberi janji/iming-iming, dan menipu (QS 17: 64).
7. Mampu
membuktikan sangkaannya menjadi pembenaran (QS 34: 20).
8. Memutarbalikkan
data dan fakta (–Allah SWT tidak menyuruh manusia apa-apa yang dikatakan
iblis–) (QS 7: 20).
9. Menakut-nakuti
manusia dengan kemiskinan dan (–sehingga–) menyuruh perbuatan jahat (–curang,
licik, segaka cara dilakukan seperti: ribawi, suap, korupsi, nepotisme, dan
kecurangan lainnya–) (QS 2: 268).
10. Membangkitkan
angan-angan kosong dan tipuan belaka (QS 4: 120).
11. Menggiring,
membujuk, menipu, dan menjebak (QS 7: 22).
Luar biasa! Benar-benar luar biasa! Tak terbayang memang,
Allah SWT memberikan kebebasan untuk menantang iblis untuk memperbanyak menjadi
pengikutnya. Memang, benar-benar luar biasa! Memberikan leluasa kapada musuh
paling nyata bagi kita (QS 7: 22). Dan, tidak ada yang mampu melepaskan
jeratannya iblis kecuali hamba-hamba Allah SWT yang mukhlis (QS 15: 40, 38:
83).
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan (iblis) maka
berlindunglah kepada Allah: A’udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim.” (QS 7:
200).
Pengertian Setan
Setan atau Syaithan (شَيْطَانٌ) dalam bahasa Arab
diambil dari kata (شَطَنَ)
yang berarti jauh. Ada
pula yang mengatakan bahwa itu dari kata (شَاطَ) yang berarti terbakar
atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu
Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari
rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala (Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Setan merupakan kata benda (nomina) umum untuk setiap
entitas yang congkak, pembangkang dan menyesatkan. Baik dari golongan manusia
atau dari golongan jin atau dari golongan mana pun. Dalam al-Qur'an setan tidak
disebutkan sebagai entitas khusus, melainkan pada manusia jahat, penyebar
fitnah, perusak juga disebut sebagai setan.
Karena itu, yang dimaksud dengan "syathin al-ins"
adalah manusia yang tersesat dan menyimpang karena membangkang segala titah
Ilahi dan juga berada pada tataran menyesatkan dan menyimpangkan orang lain.
"Sya-i-tha-n" derivatnya dari kata
"sya-tha-na" yang bermakna menjauh. Lantaran menjauh dan menjaga
jarak dari segala perbuatan baik dan menjauh dari rahmat Tuhan, maka ia
dipanggil dengan nama ini.
Setan adalah kata benda jenis yang bersifat umum. Sementara
Iblis adalah kata benda khusus dan 'alam. Dengan kata lain, panggilan setan
dilekatkan pada segala entitas atau makhluk pengganggu, menyesatkan, penentang,
congkak, baik dari golongan manusia atau non-manusia. Iblis adalah nama setan
yang telah menipu Nabi Adam dan senantiasa bersama para serdadunya berusaha
mengganggu dan menggoda manusia.
Shihah al-Lughah menyebutkan: Setiap makhluk yang sangat
susah menerima kebenaran dan hakikat, baik dari golongan manusia atau jin atau
dari kalangan hewan maka ia adalah setan.
Dari hal-hal yang digunakan untuk redaksi setan dalam
al-Qur'an, juga dapat disimpulkan bahwa setan adalah entitas dan makhluk
pengganggu dan merugikan. Sebuah entitas yang terlempar dari jalan lurus dan
berada pada tataran untuk menganggu orang lain. Sebagaimana yang disebutkan
dalam al-Qur'an: "Innama yurid al-syaitan an yuqi' bainakum al-adawa wa
al-baghdha" (Qs. Al-Maidah [5]:91)
Dalam al-Qur'an, setan tidak disebut sebagai makhluk khusus,
melainkan bahkan kepada manusia-manusia jahat dan perusak juga disebut sebagai
setan. "Wa kadzalika ja'lna likulli nabi aduwwa syathin al-ins wa
al-jin."
Iblis juga disebut sebagai setan lantaran kejahatan dan
kerusakan yang terdapat pada dirinya.[6]
Redaksi setan juga disandarkan bahkan kepada
mikroba-mikroba. "Jangan engkau inapkan sampah-sampah di rumah kalian.
Karena sampah-sampah tersebut merupakan tempat tinggal setan." Karena
sampah-sampah merupakan tempat berkumpulnya segala hewan dan serangga
pengganggu maka ia disebut sebagai setan (dalam hadis tersebut).
Di samping itu, Allah Swt dalam al-Qur'an pada banyak ayat
menyebut orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, gemar marah, bersikap angkuh,
berlaku munafik, dan sebagainya juga sebagai setan.
Karena itu, setan memiliki makna yang beragam dimana salah
satu contoh yang paling nyata dari makna itu adalah Iblis dan serdadunya.
Contoh lain dari makna setan ini adalah manusia-manusia perusak dan
menyesatkan. Dan juga pada sebagian perkara bermakna mikroba-mikroba
pengganggu.
Dengan kata lain, setan dalam makna aslinya nampaknya
memiliki makna ajektif; artinya "jahat". Dalam al-Qur'an disebutkan
dengan makna ini. Kecuali yang terkadang berkenaan dengan Iblis dan terkadang
bermakna umum pada setiap makhluk jahat dimana kejahatan telah inheren dan
menghujam kokoh pada dirinya. Karena
itu, boleh jadi setan itu berasal dari golongan jin atau manusia. Dan dari
kalangan setan-setan jin yang memiliki kedudukan tertinggi dalam mempraktikkan
perbuatan jahat, menyesatkan, menyimpang, paling angkuh adalah Iblis.
Syetan adalah balatentara Iblis yang ditugaskan untuk
menghasung dan menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Syetan ini ada dua
macam yaitu syetan dari golongan Jin yang tidak bisa dilihat oleh penglihatan
mata dan syetan dari golongan manusia yang bisa dilihat dengan kasat mata.
112- Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu
musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia). Jika
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (Al An Aam 112)
Dibawah perintah Panglima tertingginya Iblis yang tetap
hidup sampai hari kiamat nanti , syetan
dan balatentaranya terus berjuang setiap saat untuk menyesatkan manusia dari
jalan Allah yang lurus. Syetan memperlihatkan indah semua perbuatan manusia
yang buruk dan memperlihatkan buruk semua perbuatan yang baik. Orang yang telah
disesatkan syetan merasa bahwa ia berada pada jalan yang benar , ia tidak
menyadari bahwa ia telah ditipu dan disesatkan syetan dari jalan yang benar.
Asal usul Jin
Jin adalah mahluk Ruh yang dijadikan Allah dari api . Iblis
adalah salah satu dari golongan Jin ini, sebagaimana dijelaskan Allah dalam
surat Kahfi ayat 50
50- Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”,
maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang
yang lalim. (Kahfi 50)
Dalam kehidupan sehari hari kita bercampur gaul dengan
mahluk Jin ini tanpa kita sadari, karena kita tidak bisa melihat mereka dengan
kasat mata. Jin juga berbangsa dan bergolongan
seperti manusia, diantara mereka ada yang baik , soleh dan ada pula yang
jahat dan kufur pada Allah sebagaimana dijelaskan dalam surat Jin ayat 11
11- Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang
saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami
menempuh jalan yang berbeda-beda. (Jin 11)
Biasanya Jin membentuk koloni dan menetap ditempat yang
tidak dihuni manusia seperti Rimba belantara, lautan, Gurun pasir, pulau
kosong, rumah atu bangunan kosong, sungai, pantai yang sunyi, Gua dan lubang
ditanah, Pohon besar dan lain sebagainya. Diantara Jin ini ada juga yang
tinggal bersama manusia di kota, perumahan , pasar dan lain sebagainya.
Kadang kala terjadi juga keributan dan perseteruan antara
golongan Jin dan manusia karena sesuatu dan lain hal. Ada sekelompok Jin yang
tidak senang karena tempat tinggal mereka yang berupa pohon besar atau bangunan
tua dibongkar oleh manusia. Kelompok Jin
yang habitatnya terganggu akan menyerang dan merasuk kedalam tubuh manusia
membuat keributan berupa kesurupan masal disekolah, pabrik atau tempat umum
lainnya.
Diantara manusia ada juga yang berkongsi dan minta
pertolongan pada Jin untuk tujuan
tertentu, misalnya untuk mendapat kekayaan, menyerang atau menyakiti orang yang
tidak disenangi, melakukan sihir, santet, tenung dan lain sebagainya.
6- Dan bahwasanya
ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa
dan kesalahan. (Jin 6)
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un
yajunnuhu yang bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang
tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena
keadaannya yang tersembunyi.
Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari tempat manapun. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap’. Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kalajengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari tempat manapun. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap’. Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kalajengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Ibnu Abbas
berpendapat : Jin adalah keeturunan Jann, mereka bukan setan,
mereka bisa mati dan mereka ada yang beriman dan ada yang kafir. Sedangkan
setan adalah anak Iblis mereka tidak akan mati kecuali bersama-sama Iblis.
Dalam tafisr surat An-Nas, Qatadah berkata : Sesungguhnya dari jin dan
manusia terdapat setan-setan. Ini mirip dengan pendapat Hasan Basri di atas.
Dalam surah a-An'am (112) dikatakan ""Dan demikian lah Aku jadikan untuk
setiap nabi musuh dari setan-setan manusia dan jin".
Dalam buku "Hayatul Hayawan al-Kubra" karangan Dumairi : semua jin adalah
keturunan Iblis. Namun dikatakan juga bahwa Jin merupakan satu rumpun,
sedangkan Iblis adalah satu dari mereka. Jin juga mempunyai keturunan
seperti dijelaskan dalam al-Qur'an surah al-Kahf (55) "Apakah kalian akau
menjadikan mereka (jin) dan keturunanya sebagai kekasih selain Aku (Allah)
padahal mereka adalah musuh kalian". Mereka yang kafir dari kaum jin disebut
setan.
Dalam kitab "Akaamu-l-Marjan fi Ahkamil Jan" karangan Syibli (hal. 6)
disebutkan bahwa jin mencakup malaikat dan mahluk lainnya yang kasat mata.
Sedangkan setan adalah jin yang durhaka dan kafir, mereka adalah anak-anak
Iblis.
Jauhari berkata :Semua yang durhaka dan membangkang dari manusia, jin dan
hewan disebut setan. Orang Arab menyebut ular sebagai setan.
Yang terpenting bagi umat manusia adalah meyakini bahwa setan adalah musuh
mereka dan selalu berusaha untuk menyesatkannya dan menjauhkannya dari jalan
Allah. Kita dilarang menyembah atau menuruti kata setan. Dalam surah Yasin
(60)dikatakan "Bukankah Aku(Allah) telah membuat perjanjian kepadamu hai
bani Adam agar kalian tidak menyembah setan, mereka adalah musuh yang paling
jelas". Demkian juga dalam surah Fathir (6) "Sesungguhnya setan adalah musuh
kalian maka jadikanlah mereka musuh".. Dan banyak dalil-dalil yang
mengingatkan kita agar hati-hati terhadap tipu daya dan rayuan setan ini.
Banyak orang yang meyakini bahwa jin bisa melakukan perbuatan luar biasa
yang tidak bisa dilakukan manusia. Hal tersebut menarik hati sekelompok orang
untuk bekerja sama dan minta bantuan Jin untuk melaksanakan maksud dan
tujuannya. Dizaman dahulu Nabi Sulaiman memanfaatkan Jin untuk mengerjakan
pekerjaan berat seperti membangun gedung, menyelam mengambil mutiara dan
perhiasan dari dalam laut. Namun sebenarnya orang yang bertakwa memiliki kekuatan yang jauh lebih dahsyat
dari Jin ini sebagaimana dikisahkan
dalam surat An Naml 38-40mereka bisa mati dan mereka ada yang beriman dan ada yang kafir. Sedangkan
setan adalah anak Iblis mereka tidak akan mati kecuali bersama-sama Iblis.
Dalam tafisr surat An-Nas, Qatadah berkata : Sesungguhnya dari jin dan
manusia terdapat setan-setan. Ini mirip dengan pendapat Hasan Basri di atas.
Dalam surah a-An'am (112) dikatakan ""Dan demikian lah Aku jadikan untuk
setiap nabi musuh dari setan-setan manusia dan jin".
Dalam buku "Hayatul Hayawan al-Kubra" karangan Dumairi : semua jin adalah
keturunan Iblis. Namun dikatakan juga bahwa Jin merupakan satu rumpun,
sedangkan Iblis adalah satu dari mereka. Jin juga mempunyai keturunan
seperti dijelaskan dalam al-Qur'an surah al-Kahf (55) "Apakah kalian akau
menjadikan mereka (jin) dan keturunanya sebagai kekasih selain Aku (Allah)
padahal mereka adalah musuh kalian". Mereka yang kafir dari kaum jin disebut
setan.
Dalam kitab "Akaamu-l-Marjan fi Ahkamil Jan" karangan Syibli (hal. 6)
disebutkan bahwa jin mencakup malaikat dan mahluk lainnya yang kasat mata.
Sedangkan setan adalah jin yang durhaka dan kafir, mereka adalah anak-anak
Iblis.
Jauhari berkata :Semua yang durhaka dan membangkang dari manusia, jin dan
hewan disebut setan. Orang Arab menyebut ular sebagai setan.
Yang terpenting bagi umat manusia adalah meyakini bahwa setan adalah musuh
mereka dan selalu berusaha untuk menyesatkannya dan menjauhkannya dari jalan
Allah. Kita dilarang menyembah atau menuruti kata setan. Dalam surah Yasin
(60)dikatakan "Bukankah Aku(Allah) telah membuat perjanjian kepadamu hai
bani Adam agar kalian tidak menyembah setan, mereka adalah musuh yang paling
jelas". Demkian juga dalam surah Fathir (6) "Sesungguhnya setan adalah musuh
kalian maka jadikanlah mereka musuh".. Dan banyak dalil-dalil yang
mengingatkan kita agar hati-hati terhadap tipu daya dan rayuan setan ini.
38- Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.39- Berkata `Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.40- Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. ( An Naml 38-40)
Dalam kehidupan sehari hari kita bercampur gaul dengan mahluk Jin ini tanpa kita sadari, karena kita tidak bisa melihat mereka dengan kasat mata. Jin juga berbangsa dan bergolongan seperti manusia, diantara mereka ada yang baik , soleh dan ada pula yang jahat dan kufur pada Allah sebagaimana dijelaskan dalam surat Jin ayat 11
11- Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Jin 11)
Diantara Jin juga ada yang mempelajari Qur’an dan menyampaikan dakwah bagi kalangan mereka, sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ahqaf 29.
29- Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al Ahqaf 29)
Jakarta 31/1/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar