FAHAM AHMADIYAH ?
Rasulullah Saw. bersabda : Tidak akan terjadi kiamat hingga muncul dajjal pembohong, jumlahnya mendekati 30 orang, semua mereka mengaku sebagai Rasul-rasul Allah (Hadits Riwayat Turmuzi No.2218 Bab Fitan).
Nabi-Nabi Palsu
Jumlah Nabi-nabi palsu tersebut tidak tanggung-tanggung hampir 30 orang, dimulai pada masa hidup Rasulullah Saw., sampai wafat beliau tetap ada saja orang-orang berambisi jadi Nabi dan Rasul, anehnya ada saja pendukung dan pengikutnya, meskipun keterangan tentang diutusnya Nabi Muhammad sebagai penutup para Nabi dan Rasul sudah final dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Tidak heran bila terjadi semua itu, karena setiap ada orang yang berani mengatakan guru pasti ada muridnya, berkata pepatah Arab: “Likulli Saqith Lahu Laqith”. Setiap yang jatuh pasti ada yang mengutip. Menurut catatan sejarah, semasa hidup Rasulullah Saw. sudah ada yang berani mengaku jadi Nabi yaitu Musailamah al Kazzab dan keturunan Bani Hanifah di Yamamah, pada tahun ke 10 H. Beliau berkirim surat kepada Nabi Muhammad meminta agar bumi ini dibagi dua. Sebagian untuk Nabi Muhammad sebagian untuk Musailamah Al Kazzab (pembohong) itu, tidak cukup sampai di situ dia mengaku telah mendapat wahyu dari Allah Swt., dengan meniru-niru gaya susunan Alquran seperti “Alfil, Malfil, Wama adrakamal bil, Alfil lahu zanbun watsil, khurthum thowil, inna zalika min khalqi rabbinal qalil”.
(Artinya: gajah, apakah gajah itu? Tahukah kamu apakah gajah itu? Gajah itu ialah binatang yang memiliki ekor yang tebal dan belalai yang panjang, yang demikian itu termasuk ciptaan Tuhan yang langka). Dan masih banyak lagi penyimpangan yang dilakukan oleh Musailamah Al Kazzab. Akhirnya Nabi palsu ini tidak lama bertahan di muka bumi ini pada tahun 11 H tewas di bunuh oleh Khalid bin Walid pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddik. Lalu muncul pula Aswad al Insi dari Yaman mengaku jadi Nabi, dengan keahliannya sebagai penyair dan seorang dukun, akhirnya Nabi pembohong ini pun mati sehari sebelum wafatnya Rasulullah Saw. Berikutnya muncul pula, Mukhtar bin Abi Ubeid mengaku telah dapat wahyu dari Allah Swt., beliau dari keturunan Bani Saqif, lain halnya dengan Thalhah bin Khuwailid Al Asadi punya keahlian perang mengaku telah bertemu dengan Jibril dan mendapat wahyu dari Allah, akirnya Thalhah diperangi oleh Abu Bakar Sidiq, semua pasukannya terbunuh dan dia melarikan diri ke Syam, dan pada akhir hayatnya masuk Islam kembali bertobat kepada Allah Swt. Pasa masa yang sama muncul pula seorang wanita mengaku jadi Nabi yaitu Sajah binti Haris Suwaid. Beliau ahli bahasa Arab dan saingan berat Musailamah al Kazzab, ketika dia disuruh nikah dengan Musailamah al Kazzab nabi yang palsu itu menolaknya akhirnya dia bertobat dan masuk Islam.
Sejarah Ahmadiyah
Ahmadiyah merupakan sekte atau gerakan sempalan dalam Islam yang menggeliat di awal abad 20, tepatnya pada 1889, di mana lahir Jemaat Muslim Ahmadiyah. Akarnya adalah sebagian keyakinan bahwa akhir zaman telah tiba, dan pembawa gerakan ini Mirza Ghulam Ahmad merupakan orang yang terpilih sebagai Messiah atau dalam keyakinan Islam disebut sebagai Al-Mahdi yang akan menuntun umat manusia kepada Islam sebenarnya.
Ajaran yang mengambil Islam Sunni sebagai rujukan ini berkembang di Inggris, tentu saja berkat kebijakan kolonialis Inggris di tanah Hindustan, yang tidak begitu mencampuri urusan Agama dan keyakinan. Faktanya, pada masa itu, umat Islam di tanah Hindustan lebih memperhatikan bagaimana hubungan antara kaum Muslim dan Hindu, setelah kerajaan Mughal sebagai kerajaan Islam terakhir di India jatuh di bawah kaki Inggris.
Pada babakan berikutnya, jamaah Ahmadiyah terbagi dalam dua kepemimpinan. Yakni Jamaah Ahmadiyah di Qodyan, dan Jamaah Ahmadiyah di Lahore. Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar dari keduanya. Namun yang lebih prinsipil, jemaah Lahore tidak mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, melainkan sebagai pembaharu saja.
Sejarah Faham Ahmadiyah
Faham Ahmadiyah pertama kali muncul di Qadiyan, India (sekarang Pakistan). Faham ini dideklarasikan oleh pendirinya bernama Mirza Ghulam Ahmad 1836-1908 M yang lahir di tengah-tengah kaum Syi’ah Islamiyah di punjab kawasan Pakistan sekarang. Tahun 1890 Mirza Ghulam Ahmad (54 Th) mendakwahkan bahwa ia adalah seorang nabi sesudah nabi Muhammad Saw., atau nabi akhir zaman disamping mengaku Imam Mahdi al Ma’uhud atau titisan nabi Isa as, mujaddid dan juru selamat.
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan ditengah masyarakat penganut faham Syi’ah yang meyakini akan datangnya Imam Mahdi yang ‘adil yang akan membawa keadilan dan kedamaian untuk seluruh umat manusia. Kaum Syi’ah memang berpandangan bahwa kenabian dan kerasulan belum putus, mereka meyakini bahwa imam-imam mereka dianggap masih menerima wahyu dari Tuhan. Mirza Ghulam Ahmad bertindak lebih jauh dia bukan hanya mengaku sebagai Imam Mahdi al ma’uhud namun juga sebagai nabi yang benar-benar mendapat wahyu dari Tuhan.
Karena itu, Mirza Ghulam Ahmad bukan saja ditentang oleh kaum ahlusunnah wal jama’ah di seluruh dunia, tetapi juga oleh ulama-ulama Syi’ah yang berada di pakistan, Iran dan Yaman. Oleh karenanya Mirza Ghulam Ahmad akhirnya juga melawan dan menghantam pula kaum Syi’ah. Sebagaimana termaktub dalam buku-buku karyanya yang mengejek dan mengolok kaum syi’ah serta melecehkan cucu nabi Hasan dan Husen ra.
Ulama-ulama seluruh dunia pada saat itu telah mengeluarkan fatwa bahwa Mirza Ghulam Ahmad tidak lagi dalam lingkungan umat Islam karena dakwaannya sebagai nabi setelah nabi Muhammad Saw. yang terang-terang menentang sebuah ayat dalam al-Qur’an suci yang mengatakan bahwa nabi Muhammad khataminnabiyyin (penutup para nabi).
Berikut ini beberapa ulama di India yang menolak faham ahmadiyah :
- Maulana Muhammad Anwarullah Khan.
- Maulana Abul Hasan Gulam Mustahafa.
- Maulana Azizurrahman seorang mufti universitas Darul Ulum Dionband.
Akan tetapi kerajaan Inggris yang saat itu menguasai India menyokong gerakakan Ahmadiyah ini, karena diantara fatwanya ada yang sangat disukai oleh penjajah Inggris ketika itu, yaitu : jihad dalam Islam bukan dengan senjata, akan tetapi dengan lisan saja. Oleh karenanya fatwa ini sangat disukai oleh Inggris yang tengah menjajah India saat itu.
Di Indonesia sendiri faham ini mulai muncul sesudah perang dunia pertama, sehingga terdapat cabang-cabang gerakan Ahmadiayah di Jakarta, di Medan, di Padang dan lain-lain. Tapi faham ini di Indosneia kurang mendapat tanggapan dari masyarakat karena terus menerus ditentang oleh ulama-ulama Islam, khususnya ulama ahlussunnah wal jamaah.
Kontroversi Aqidah
Sisi kontroversial dari keyakinan yang dibawa oleh pembaharuan gerakan Ahmadiyah adalah status dari Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Dirinya mengakui mendapatkan nubuwat atau ilham kenabian. Padahal Islam menolak Nabi dan Rasul lain setelah Muhammad SAW.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan mencolok dari keyakinan Islam secara umum, yang berkaitan dengan masalah nubuwat mengenai kiamat, dan beberapa permasalahan dasar Aqidah, yang bagi umat Islam sudah final tidak bisa diutak-atik lagi.
Bersamaan dengan kontroversi itu. Adalah rentetan kekerasan atas nama Agama di seluruh penjuru dunia. Karena bagi umat Islam mainstream, apa yang dilakukan oleh Ahmadiyah merupakan penodaan terhadap kesucian Islam. Tidak heran umat Islam mengabaikan sumbangsih yang telah diberikan oleh pengikut Ahmadiyah, dan menyebutnya sebagai sumbangsih dari nonmuslim.
Ajaran Ahmadiyah Yang Dianggap Sesat
Syarat menjadi Islam (muslim) jika disarikan sederhana saja, termaktub dalam rukun Islam yang ada 5; salah satunya adalah membaca dua kalimat syahadat (yang artinya: tidak ada tuhan yang layak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah); dan juga pada rukun iman yang ada 6; diantaranya beriman kepada Allah, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya.
Pada Alqur’an dan hadis juga tersirat dan tersurat bahwa tidak ada lagi nabi/rasul setelah Muhammad SAW. Alqur’an juga disebut sebagai kitab yang sempurna sepanjang masa (sampai detik ini pun tidak ada hal duniawi yang pernah bertentangan dengan isi Alqur’an; termasuk dunia medis atau bahkan ruang angkasa yang tentunya dulu sangat jauh di awang-awang).
Secara singkat, ajaran Ahmadiyah yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di Punjab, India, pada tahun 1889. Yang menjadi pokok utama persoalan atas tuntutan pelarangan ajaran Ahmadiyah adalah karena mereka menganggap bahwa pemimpinnya (sang pendiri) adalah nabi/rasul. Dari penjelasan singkat pada tulisan saya di 2 paragraf di atas, hal ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Bahwa tidak ada nabi/rasul setelah Rasulullah Muhammad SAW. Dalam kepercayaan kaum Ahmadiyah, nabi yang wajib di-imani ada 26 (25 pertama sama persis seperti nabinya umat Islam, ditambah ‘nabi’ Mirza Ghulam Ahmad).
Ahmadiyah juga mempunya kitab suci sendiri, yang bernama Tadzkirah. Kitab ini merupakan kumpulan ‘wahyu’ yang diturunkan ‘Tuhan’ kepada sang ‘nabi’, Mirza Ghulam Ahmad. Kitab ini lebih tebal dari Alqur’an. Jika rukun iman mewajibkan umat Islam mengimani 4 buah kitab Allah: Taurat, Zabur, Injil dan Alqur’an; maka Ahmadiyah mengimani 5 buah, tentu ditambah dengan Tadzkirah. Selain itu, mereka juga mempunyai tanah suci sendiri, tempat menunaikan ibadah haji di India. Lagi-lagi tentunya bertentangan dengan Rukun Islam.
Bohong dan bertentangan dengan Islam itulah inti ajaran Ahmadiyah. Karenanabinya, Mirza Ghulam Ahmad, adalah seorang pembohong dan pembuat ajaran yang bertentangan dengan Islam.
Pengakuan Palsu Bertahap
Mirza Ghulam Ahmad menyampaikan beberapa pengakuan palsu secara bertahap.
1. Pertama, ia mengaku sebagai mujaddid (pembaru).
2. Kemudian ia mengaku sebagai nabi yang tidak membawa syari’at.
3. Kemudian ia mengaku sebagai nabi dan rasul membawa syari’at, menerima wahyu seperti Al-Qur’an dan menerapkannya kepada dirinya.
4. Setelah itu ia mengikuti cara-cara kebatinan dan zindiq (kufur) dalam ungkapan-ungkapannya. Ia mengikuti cara-cara Baha’i dalam mengaburkan ucapannya.
5. Kemudian ia mulai meniru mu’jizat penutup para nabi, Nabi Muhammad saw.
6. Lalu menjadikan masjidnya sebagai Masjid Al-Aqsha, dan desanya sebagai Makkah Al-Masih.
7. Ia jadikan Lahore sebagai Madinah, dan menara masjidnya diberi nama menara Al-Masih.
8. Ia membangun pemakaman yang diberi nama pemakaman al-jannah, semua yang dimakamkan di sana adalah ahli syurga. (Syaikh Muhammad Yusuf Al-Banuri, ahli Hadits di Karachi Pakistan, dalam kata pengantar buku Manzhur Ahmad Chinioti Pakistani, Keyakinan Al-Qadiani, LPPI, 2002, hal xxii).
Wafatnya Mirza Ghulam Ahmad ?
Hartono Ahmad jaiz pernah bertanya kepada Dr. Hasan bin Mahmud Audah, mantan orang kepercayaan Khalifah Ahmadiyah ke-4 Thahir Ahmad, yang sudah kembali ke Islam. “Apakah benar, nabinya orang Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di India 15 Februari 1835 dan mati pada 26 Mei 1906, itu matinya di kakus (WC)?”
Kemudian Dr. Hasan bin Mahmud Audah pun menjawab,“Ha…, ha…, haa… itu tidak benar. Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa ke WC. Dia meninggal di tempat tidur. Tetapi berminggu-minggu sebelum matinya dia berak dan kencing di situ. Jadi tempat tidurnya sangat kotor seperti WC. Karena sakitnya itu, sampai-sampai dalam sehari dia kencing seratus kali. Makanya, tanyakanlah kepada orang Ahmadiyah, maukah kamu mati seperti nabimu?”
Pandangan Ahlusunnah wal Jama’ah
a) pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan Rasul ditolak oleh jumhurul ulama, dan dikatakan sebuah kesesatan yang nyata!. Ahlussunnah wal jama’ah memberikan tafsiran surat As Saf : 6 sebagai berikut : bahwa yang dimaksud pada lafal “Ahmad” di ayat tersebut adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin qosoei bin Qilab Alquraisy bukan selainnya! Hal ini diperkuat dengan firman Allah Surat Al Ahzab :40.
ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول الله و خاتم النبيين
Artinya : “Nabi Muhammad itu bukan bapak seorang pun diantara anak laki-laki diantara kamu, tetapi beliau Rasulallah dan nabi penutup. Dan Tuhan Maha Tahu Atas segala sesuatu” (al Ahzab :40)
b) pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al Mahdi Al Mau’hud juga ditolak oleh Ahlussunnah wal jama’ah dan kelompok syi’ah, menurut kepercayan Ahlussunnah wal jama’ah bahwa nabi Isa As tidak dapat disalib oleh musuh dan yang disalip adalah orang yang diserupakan dengan nabi Isa As. Dan pengakuan tersebut juga bertentangan dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Sebagai berikut :
عن أبى هريرة رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسام : والذي نفسى بيده ليوشكن أن ينزل فيكم ابن مريم حكما عدلا فيكسر الصليب ويقتل الحنزير ويصنع الحرب ويفيض الدمع حتى لايقبله أحد. (الحديث رواه البخارى)
Artinya : Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, Rasululullah Saw. bersabda emi Tuhan yang diriku ditangan-Nya, akan turun Isa ibnu Maryam kepadamu menjadi hakim ‘adil, maka ia memecah salib, membunuh babi, menghentikan peperangan dan melimpahkan harta yang banyak sehingga tak ada lagi yang akan menerimanya. (HR. Bukhori-Sahih Bukhori II hal, 174)
Dari hadits diatas telah jelas bahwa Allah akan menurunkan Isa Ibnu Maryam bukan Mirza GA Ibnu Maryam. Dan juga dijelaskan bahwa Isa akan membunuh sekalian babi dan merusak salib, ia akan menegakkan keadilan dan mensejahterakan umat manusia dalam bentuk melimpahkan harta kekayaannya. Sepanjang sejarah Mirza GA sudahkah melakukan itu?
c) pengakuan Mirza Ghulam Ahmad bahwa ia dan keturunannya menerima wahyu jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang suci, karena Rasul Muhammad Saw telah menyatakan bahwa nabi dan kenabian sudah tidak ada lagi setelahnya. Karena wahyu hanya Allah turunkan kepada para nabi dan Rasul-Nya saja, maka dengan tidak adanya nabi lagi maka tidak ada wahyu yang disalahgunakan.
d) pernyataan Mirza Ghulam Ahmad bahwa ia sebagai penyempurna syari’at Islam adalah bertentangan dengan Firman Allah Surat Al Ma’idah : 3 yang artinya :
أليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتى ورضيت لكم الإسلام دينا
“Hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, telah aku cukupkan nikmatKu bagimu dan Aku telah meridloi Islam sebagai agamamu”.
e) soal pernyataan Mirza GA bahwa ia lebih mulia dari abu Bakar dan pernah bermimpi menjadi Tuhan jelas sebuah kebohongan yang tidak terbantahkan menurut Ahlusunnah wal jama’ah. Karena Ahlusunnah wal jama’ah meyakini bahwa yang mulia disisi Allah setelah Rasulullah Muhammad Saw. adalah para Rasul-rasul ke mudian para nabi-nabi yang lain sesudah itu para malaikat dan selanjutnya baru manusia. Sementara Mirza GA tidak ada pada deretan nabi dan rasul sehingga tidak terbukti pengakuannya tersebut.
Wallu ‘alam bishowab!
Ahmadiyah Sesat dan Terlarang
Polemik
ajaran Ahmadiyah di Indonesia menjadi jelas setelah pemerintah mengeluarkan
penjelasan bahwa ajaran Ahmadiyah dilarang karena sesat. Penjelasan tersebut
dikeluarkan oleh Menteri Agama (Menag) M. Maftuh Basyuni setelah menghadap
Presiden. Menag kembali mengeluarkan larangan setelah terjadi penyerangan
terhadap kantor pusat Ahmadiyah di Bogor.
Pelarangan tersebut menurut Menag tidak perlu dengan mengeluarkan larangan baru karena sudah diatur oleh surat edaran Depag tahun 1984. "Fatwanya bahwa ajarannya sesat...O iya, kita tetap melarang. Kita sudah ada fatwa, untuk apa dikeluarkan fatwa lagi," jelas Maftuh.
Tanggal 20 September 1984 Depag telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada kantor-kantor wilayah Departemen Agama, khususnya kepala bidang penerangan Agama Islam di seluruh Indonesia. Isinya, antara lain menyatakan aliran-aliran Ahmadiyah sesat karena aliran tersebut mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Surat edaran tersebut berisi antar lain, "Pengkajian terhadap aliran-aliran Ahmadiyah menghasilkan bahwa aliran Ahmadiyah Qadiyani dianggap menyimpang dari Islam karena mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, sehingga mereka percaya Nabi Muhammad bukan Nabi terakhir."
Bangkalan (ANTARA News) -
Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan, ajaran Ahmadiyah sesat karena
menyimpang dari Alquran dan tidak mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi
terakhir.Pelarangan tersebut menurut Menag tidak perlu dengan mengeluarkan larangan baru karena sudah diatur oleh surat edaran Depag tahun 1984. "Fatwanya bahwa ajarannya sesat...O iya, kita tetap melarang. Kita sudah ada fatwa, untuk apa dikeluarkan fatwa lagi," jelas Maftuh.
Tanggal 20 September 1984 Depag telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada kantor-kantor wilayah Departemen Agama, khususnya kepala bidang penerangan Agama Islam di seluruh Indonesia. Isinya, antara lain menyatakan aliran-aliran Ahmadiyah sesat karena aliran tersebut mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Surat edaran tersebut berisi antar lain, "Pengkajian terhadap aliran-aliran Ahmadiyah menghasilkan bahwa aliran Ahmadiyah Qadiyani dianggap menyimpang dari Islam karena mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, sehingga mereka percaya Nabi Muhammad bukan Nabi terakhir."
Pernyataan ini disampaikan Suryadharma Ali di Madura, Jawa Timur, Sabtu, saat peresmian gedung Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah, Desa Senasen, Kecamatan Konang, Kabupaten Bangkalan.
"Setelah dilakukan musyawarah akhirnya kami memutuskan bahwa ajaran Ahmadiyah itu memang sesat," katanya.
Suryadharma Ali menjelaskan, pemerintah kini sudah membuat keputusan bersama bahwa ajaran Ahmadiyah dilarang keras dan menyebarkan ajaran ini di Indonesia adalah terlarang.
Ia meminta polisi bertindak tegas jika menemukan ajaran Ahmadiyah yang berkembang di masyarakat.
Menag mengimbau masyarakat tidak menggunakan kekerasan jika menemukan penyebar ajaran Ahmadiyah, melainkan dengan melaporkannya ke polisi sehingga polisilah yang menangani mereka.
"Jangan berbuat kekerasan. Sebab agama Islam tidak menyukai kekerasan," kata Suryadharma Ali.
Keberadaan Ahmadiyah di Indonesia
Ahmadiyah pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1925. Akan tetapi ternyata terdapat 2 (dua) kelompok Ahmadiyah (hal serupa juga terjadi di belahan dunia lain). Dua kelompok ini memiliki perbedaan prinsip yang mendasar.
- Ahmadiyah Qadian. Di Indonesia dikenal dengan nama Jemaat Ahmadiyah Indonesia (organisasi ini berpusat di Bogor). Kelompok inilah yang mengakui bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang nabi. Tentu juga dengan segala hal yang tersebut pada bagian-bagian ajaran Ahmadiyah yang dianggap sesat.
- Ahmadiyah Lahore. Di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Ahmadiyah Indonesia (organisasi ini berpusat di Yogyakarta). Kelompok yang kedua ini tidak mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Seperti halnya saudara muslim yang lain, mereka mengakui bahwa Muhammad SAW adalah nabi terakhir. Hal yang tentunya sangat fundamental sebagai akidah Islam.
Polemik ajaran Ahmadiyah di Indonesia menjadi jelas setelah
pemerintah mengeluarkan penjelasan bahwa ajaran Ahmadiyah dilarang karena
sesat. Penjelasan tersebut dikeluarkan oleh Menteri Agama (Menag) M. Maftuh Basyuni
setelah menghadap Presiden. Menag kembali mengeluarkan larangan setelah terjadi
penyerangan terhadap kantor pusat Ahmadiyah di Bogor.
Pelarangan tersebut menurut Menag tidak perlu dengan mengeluarkan larangan baru karena sudah diatur oleh surat edaran Depag tahun 1984. "Fatwanya bahwa ajarannya sesat...O iya, kita tetap melarang. Kita sudah ada fatwa, untuk apa dikeluarkan fatwa lagi," jelas Maftuh.
Tanggal 20 September 1984 Depag telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada kantor-kantor wilayah Departemen Agama, khususnya kepala bidang penerangan Agama Islam di seluruh Indonesia. Isinya, antara lain menyatakan aliran-aliran Ahmadiyah sesat karena aliran tersebut mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Surat edaran tersebut berisi antar lain, "Pengkajian terhadap aliran-aliran Ahmadiyah menghasilkan bahwa aliran Ahmadiyah Qadiyani dianggap menyimpang dari Islam karena mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, sehingga mereka percaya Nabi Muhammad bukan Nabi terakhir."
Pelarangan tersebut menurut Menag tidak perlu dengan mengeluarkan larangan baru karena sudah diatur oleh surat edaran Depag tahun 1984. "Fatwanya bahwa ajarannya sesat...O iya, kita tetap melarang. Kita sudah ada fatwa, untuk apa dikeluarkan fatwa lagi," jelas Maftuh.
Tanggal 20 September 1984 Depag telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada kantor-kantor wilayah Departemen Agama, khususnya kepala bidang penerangan Agama Islam di seluruh Indonesia. Isinya, antara lain menyatakan aliran-aliran Ahmadiyah sesat karena aliran tersebut mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Surat edaran tersebut berisi antar lain, "Pengkajian terhadap aliran-aliran Ahmadiyah menghasilkan bahwa aliran Ahmadiyah Qadiyani dianggap menyimpang dari Islam karena mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, sehingga mereka percaya Nabi Muhammad bukan Nabi terakhir."
Bukan Khilafiyah
Nampaknya tarik ulur untuk membumi hanguskan
ajaran sesat ini begitu kuat, kuat dugaan bahwa kepentingan Israel dan pihak asing untuk
mempertahankan ajaran ini tidak dapat dinafikan. Padahal sangat jelas prinsip
ajaran Ahmadiyah adalah kafir dan bertentangan dengan ajaran Islam, dan perlu
digaris bawahi ini bukan khiafiah tetapi penyimpangan yang wajib diamputasi
seperti apa yang dikatakan oleh Pengurus MUI pusat. Di antara
penyimpangan-penyimpangan akidah yang dijadikan pegangan oleh Ahmadiyah adalah :1. Meyakini Mirza Ghulam Ahmad adalah almasih yang ditunggu kedatangannya menjelang hari kiamat.
2. Meyakini Nabi Muhammad bukan Nabi akhir zaman bahkan nabi tetap diutus bila diperlukan, dan Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi yang utama dari sekalian nabinabi.
3. Meyakini bahwa Allah Swt., berpuasa, sholat, tidur, jaga, menulis, bisa benar bisa salah, dan melakukan setubuh dengan perempuan.
4. Meyakini bahwa Jibril menurunkan wahyu kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan juga ilham, statusnya sama dengan Alquran.
5. Meyakini bahwa tiada yang dikatakan Alquran kecuali yang dibawa oleh Almasih yang ditunggu-tunggu kedatangannya tidak hadits kecuali yang disampaikan oleh Mirza, tidak ada Nabi melainkan di bawah kepemimpinan Mirza.
6. Meyakini bahwa kitab mereka diturunkan oleh Allah namanya Alkitabul Mubin, selain Alquran.
7. Meyakini bahwa mereka penganut agama baru mempunyai ajaran syariat tersendiri, dan teman-teman dari Mirza adalah setara dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad.
8. Meyakini bahwa desa Qadian, adalah seperti madinah Al Munawwarah, dan tanahnya sama seperti tanah Haram.
9. Membatalkan kewajiban jihad dan wajib taat kepada pemerintah Inggris, karena mereka dianggap sebagai “Ulul Amri” seperti di dalam Alquran.
10. Semua muslim menurut mereka adalah kafir hingga mereka mau masuk ke kelompok Ahmadiah Qadian, sebagaimana juga haram menikahi pasangan yang tidak segolongan dengan mereka.
Dikutib dari kitab Mausu’ah Muyassarah fil Adyan wal Mazahib Al Mu’asirah hal.390.
Dan masih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kelompok sesat ini, satu point saja diantara 10 point di atas sudah cukup untuk menggugurkan akidah mereka dari akidah Islam dan dikelompokkan kepada orang-orang murtad dan kafir kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, diserukan kepada para jamaah Ahmadiah bertobatlah kepada Allah, karena Allah Maha Penerima taubat. Wallah a’lam bishawab
Abi Naufal
(8-2-2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar