303.Renungan Akhir Tahun
MUSLIM YANG BERTAQWA
Q.S Al-Hasyr (59) :18
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻟْﺘَﻨْﻈُﺮْ ﻧَﻔْﺲٌ ﻣَﺎ ﻗَﺪَّﻣَﺖْ
ﻟِﻐَﺪٍ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺧَﺒِﻴﺮٌ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ( ١٨
ﻟِﻐَﺪٍ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺧَﺒِﻴﺮٌ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ( ١٨
TERJEMAH
Q.S Al-Hasyr (59) : 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
TAFSIR
Q.S Al-Hasyr (59) :18
Dalam tiga kitab tafsir terkemuka,
yakni kitab Tafsîrat-Thabariy, Tafsîr Ibnu Katsîr dan Tafsîr al-Qurthubiy. Ayat ini – secara eksplisit —
menyebutkan perintah “bertaqwa” kepada Allah
( ittaqûLlâha ). Disebutkan dalam Tafsîr ibnu Katsîr
bahwa taqwa sendiri diaplikasikan dalam dua hal, menepati aturan Allah dan menjauhkan diri dari
laranganNya.Jadi, tidak bisa kita mengatakan “saya telah menegakkan shalat ”, setelah itu berbuat maksiat kembali. Karena makna taqwa sendiri saling bersinergi, tidak dapat dipisahkan.
Bandingkan dengan penjelasan al-Qurthubiy dalam kitab tafsirnya Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân , yang menyatakan bahwa perintah taqwa (pada rangkaian
ayat ini) bermakna:
yakni kitab Tafsîrat-Thabariy, Tafsîr Ibnu Katsîr dan Tafsîr al-Qurthubiy. Ayat ini – secara eksplisit —
menyebutkan perintah “bertaqwa” kepada Allah
( ittaqûLlâha ). Disebutkan dalam Tafsîr ibnu Katsîr
bahwa taqwa sendiri diaplikasikan dalam dua hal, menepati aturan Allah dan menjauhkan diri dari
laranganNya.Jadi, tidak bisa kita mengatakan “saya telah menegakkan shalat ”, setelah itu berbuat maksiat kembali. Karena makna taqwa sendiri saling bersinergi, tidak dapat dipisahkan.
Bandingkan dengan penjelasan al-Qurthubiy dalam kitab tafsirnya Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân , yang menyatakan bahwa perintah taqwa (pada rangkaian
ayat ini) bermakna:
“Bertaqwalah pada semua
perintah dan larangannya, dengan cara
melaksanakan farâidh -Nya (kewajiban-kewajiban)
yang dibebankan oleh Allah kepada diri kita —
sebagai orang yang beriman — dan menjauhi
ma’âshî -Nya(larangan-larangan) Allah, yang secara keseluruhan harus kita tinggalkan dalam seluruh aspek kehidupan kita.
perintah dan larangannya, dengan cara
melaksanakan farâidh -Nya (kewajiban-kewajiban)
yang dibebankan oleh Allah kepada diri kita —
sebagai orang yang beriman — dan menjauhi
ma’âshî -Nya(larangan-larangan) Allah, yang secara keseluruhan harus kita tinggalkan dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Dalam kitab Tafsîribnu Katsîr, ayat ini
disamakan dengan perkataan hâsibû anfusakum qablaan tuhâsabû. Hisablah (introspeksi) diri kalian
sebelum nanti kalian dihisab (di hari akhir).
disamakan dengan perkataan hâsibû anfusakum qablaan tuhâsabû. Hisablah (introspeksi) diri kalian
sebelum nanti kalian dihisab (di hari akhir).
Menurut Al- Maraghi, Ma qaddamat (apa yang telah dilakukannya)
Ghat (hari kiamat) artinya karena dekatnya sebab
segala yang akan datang (terjadi) adalah dekat
sebagaimana dikatakan “sesungguhnya besok hari
itu bagi orang yang menantinya adalah dekat”.
Nasu ‘i-lah (mereka melupakan hak Allah) artinya karena mereka meninggalkan perintah-perintah-Nya
dan tidak berhenti dari larangan-larangannya. Fa
ansahum anfusahum, Allah menjadikan mereka
melupakn nasib mereka, sehingga mereka tidak
mengerjakan untuk diri mereka itu kebaikan yang
akan bermanfaat baginya .
Ghat (hari kiamat) artinya karena dekatnya sebab
segala yang akan datang (terjadi) adalah dekat
sebagaimana dikatakan “sesungguhnya besok hari
itu bagi orang yang menantinya adalah dekat”.
Nasu ‘i-lah (mereka melupakan hak Allah) artinya karena mereka meninggalkan perintah-perintah-Nya
dan tidak berhenti dari larangan-larangannya. Fa
ansahum anfusahum, Allah menjadikan mereka
melupakn nasib mereka, sehingga mereka tidak
mengerjakan untuk diri mereka itu kebaikan yang
akan bermanfaat baginya .
KEUTAMAAN TAQWA
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻧَّﺎ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَﺃُﻧْﺜَﻰ
ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻛُﻢْ ﺷُﻌُﻮﺑًﺎ ﻭَﻗَﺒَﺎﺋِﻞَ ﻟِﺘَﻌَﺎﺭَﻓُﻮﺍ ﺇِﻥَّ
ﺃَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ﺧَﺒِﻴﺮٌ
ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻛُﻢْ ﺷُﻌُﻮﺑًﺎ ﻭَﻗَﺒَﺎﺋِﻞَ ﻟِﺘَﻌَﺎﺭَﻓُﻮﺍ ﺇِﻥَّ
ﺃَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ﺧَﺒِﻴﺮٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu . Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al Hujurat: 13)
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu . Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al Hujurat: 13)
Ath Thobari rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kalian –wahai manusia- adalah yang paling
tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan
menunaikan berbagai kewajiban dan
menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling
mulia dilihat dari rumahnya yang megah
atau berasal dari keturunan yang
mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21:386)
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kalian –wahai manusia- adalah yang paling
tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan
menunaikan berbagai kewajiban dan
menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling
mulia dilihat dari rumahnya yang megah
atau berasal dari keturunan yang
mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21:386)
AGAMA
"Yang disebut agama itu sebenarnya apa, Kiai ?"
Tanya seorang santri kepada KH Ahmad Dahlan.
Tanya seorang santri kepada KH Ahmad Dahlan.
KH Ahmad Dahlan justru mengambil biola dan memainkan tembang “Asmaradhana” hingga membuat para santrinya terbuai.
Lalu beliau bertanya, " _Apa yang kalian rasakan setelah mendengar musik tadi_ ?"
_"Aku rasakan keindahan, Kiai,"_ jawab Daniel.
"Seperti mimpi rasanya" sambung Sangidu.
" Semua persoalan seperti mendadak hilang. Tentram" tambah Jazuli.
"Damai sekali" tukas Hisman.
"Seperti mimpi rasanya" sambung Sangidu.
" Semua persoalan seperti mendadak hilang. Tentram" tambah Jazuli.
"Damai sekali" tukas Hisman.
" Nah, itulah agama" Jawab KH Ahmad Dahlan.
" *Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, rasa tenteram, damai karena hakikat agama itu sendiri seperti musik. Mengayomi dan menyelimuti*."
" *Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, rasa tenteram, damai karena hakikat agama itu sendiri seperti musik. Mengayomi dan menyelimuti*."
Setelah itu salah seorang santri (Hisman) mencoba biola tersebut, dan menghasilkan suara “menderit”. Bikin pusing pendengarnya.
" Wah, suaranya berantakan ya kiai..? " tanya Hisman sambil tersipu malu...
" Nah, begitu juga agama. *Jika Kita tak mempelajarinya
dengan baik, maka agama hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan
terganggu*" jawab beliau.
" Oooo begitu…. Jadi *untuk bisa beragama dengan Baik itu,
kita tidak boleh ikut-ikutan, tapi harus mengerti ilmunya juga*. Seperti
tadi, hanya karena melihat Kiai bermain biola, jangan langsung berpikir
bahwa kita juga pasti bisa main biola." tambah Jazuli..
"Kesimpulan yg bagus" jawab beliau.. "Ada kesimpulan lain?"
" *Dalam beragama, kita tidak bisa hanya mengandalkan
keinginan, hanya karena merasa bahwa keinginan itu baik*. Misalnya,
tadi saya merasa punya keinginan baik untuk bermain biola, tapi ternyata
keinginan saya malah mengganggu saya dan orang lain" ulas Hisman.
Kesimpulan yang jeli!
Terima kasih.
Puji beliau.
Terima kasih.
Puji beliau.
*Semoga dengan menjalani agama yang kita imani, kita mampu menghormati orang lain dan membawa kedamaian dalam hidup bersama*.
Aamiin......
Aamiin......
(Ditulis oleh Achmad Faiz)
SEMOGA BERGUNA. AAMIIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar