Renungan Pagi !!!
*Pengetahuan Tentang Tuhan*
ﺃَﻡْ ﺧُﻠِﻘُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺷَﻲْﺀٍ ﺃَﻡْ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﻘُﻮﻥَ
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun
(yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? [ath-
Thûr/52:35]
(yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? [ath-
Thûr/52:35]
ﻗُﻞْ ﻣَﻦْ ﻳَﺮْﺯُﻗُﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺃَﻣَّﻦْ ﻳَﻤْﻠِﻚُ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ
ﻭَﺍﻟْﺄَﺑْﺼَﺎﺭَ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﺤَﻲَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺤَﻲِّ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺪَﺑِّﺮُ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮَ ۚ ﻓَﺴَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ۚ ﻓَﻘُﻞْ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ
ﻭَﺍﻟْﺄَﺑْﺼَﺎﺭَ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﺤَﻲَّ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳُﺨْﺮِﺝُ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺤَﻲِّ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﺪَﺑِّﺮُ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮَ ۚ ﻓَﺴَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ۚ ﻓَﻘُﻞْ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ
“Katakanlah, “Siapakah yang memberi rezeki
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan” Maka mereka (orang-
orang musyrik jahiliyah) menjawab, “Allâh”. Maka
katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)?” [Yunus/10: 31]
kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan” Maka mereka (orang-
orang musyrik jahiliyah) menjawab, “Allâh”. Maka
katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)?” [Yunus/10: 31]
ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﻮﺣَﻰٰ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺇِﻟَٰﻬُﻜُﻢْ ﺇِﻟَٰﻪٌ ﻭَﺍﺣِﺪٌ ۖ ﻓَﻬَﻞْ ﺃَﻧْﺘُﻢْ
ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ
ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮﻥَ
Katakanlah, “Sesungguhnya yang diwahyukan
kepadaku adalah,”Bahwasanya Ilahmu (yang
kamu ibadahi) adalah Ilah Yang Esa, maka
hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”. [al-
Anbiyâ’/21:108]
kepadaku adalah,”Bahwasanya Ilahmu (yang
kamu ibadahi) adalah Ilah Yang Esa, maka
hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”. [al-
Anbiyâ’/21:108]
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. [al-
Fâtihah/1:5
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. [al-
Fâtihah/1:5
]
*Kandungan Ayat Ayat Diatas*
1. Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang
sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari tiga
keadaan :
sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari tiga
keadaan :
a. Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin.
Tidak ada akal sehat yang bisa menerima bahwa
sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.
Tidak ada akal sehat yang bisa menerima bahwa
sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.
b. Mereka menciptakan diri mereka sendiri. Ini
lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana
mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada
menciptakan sesuatu yang ada.
lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana
mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada
menciptakan sesuatu yang ada.
c. Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang
telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta,
Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta,
Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Meyakini adanya Allâh dan keesaan kekuasaan-Nya belum
bisa disebut orang Islam atau orang beriman, sampai dia mengimani
keesaan uluhiyah Allâh,
juga mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allâh,
sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini.
juga mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allâh,
sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini.
3. Kita meyakini bahwa yang berhak diibadahi hanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Tidak boleh
memberikan ibadah kepada selain Allâh,
walaupun kepada makhluk yang dekat kepada-
Nya, seperti malaikat atau rasul Allâh Azza wa
Jalla . Apalagi kepada makhluk yang derajatnya di
bawah mereka, seperti: manusia, jin, binatang,
pohon, batu, senjata, planet, bintang, ataupun
lainnya.
memberikan ibadah kepada selain Allâh,
walaupun kepada makhluk yang dekat kepada-
Nya, seperti malaikat atau rasul Allâh Azza wa
Jalla . Apalagi kepada makhluk yang derajatnya di
bawah mereka, seperti: manusia, jin, binatang,
pohon, batu, senjata, planet, bintang, ataupun
lainnya.
4. Tauhid inilah makna yang terkandung di dalam
perkataan Lâ ilâha illa Allâh, karena maknanya
adalah tidak ada yang berhak diibadahi selain
Allâh.
perkataan Lâ ilâha illa Allâh, karena maknanya
adalah tidak ada yang berhak diibadahi selain
Allâh.
Keimanan terhadap keesaan uluhiyah Allâh
(hakNya untuk diibadahi) ini adalah inti dakwah
seluruh rasul. Dan inilah yang diingkari oleh
orang-orang musyrik dan kafir.
(hakNya untuk diibadahi) ini adalah inti dakwah
seluruh rasul. Dan inilah yang diingkari oleh
orang-orang musyrik dan kafir.
*Mengenal Allah swt Dengan Asmaul Husna*
Yaitu mengimani dan menetapkan seluruh nama-
nama Allâh dan sifat-sifat-Nya, yang tersebut di
dalam Kitab al-Qur’ân dan Sunnah yang shahih,
dengan tanpa menyerupakan dengan makhluk. Allâh Azza wa Jalla berfirman,
nama Allâh dan sifat-sifat-Nya, yang tersebut di
dalam Kitab al-Qur’ân dan Sunnah yang shahih,
dengan tanpa menyerupakan dengan makhluk. Allâh Azza wa Jalla berfirman,
ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟْﺄَﺳْﻤَﺎﺀُ ﺍﻟْﺤُﺴْﻨَﻰٰ ﻓَﺎﺩْﻋُﻮﻩُ ﺑِﻬَﺎ ۖ ﻭَﺫَﺭُﻭﺍ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻠْﺤِﺪُﻭﻥَ
ﻓِﻲ ﺃَﺳْﻤَﺎﺋِﻪِ ۚ ﺳَﻴُﺠْﺰَﻭْﻥَ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
ﻓِﻲ ﺃَﺳْﻤَﺎﺋِﻪِ ۚ ﺳَﻴُﺠْﺰَﻭْﻥَ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“Hanya milik Allâh asmâ-ul husnâ, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmâ-ul husnâ itu dan tinggalakanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan. [al-A’râf/7: 180]
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmâ-ul husnâ itu dan tinggalakanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan. [al-A’râf/7: 180]
ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ۖ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴﺮُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,
dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. [asy-Syûrâ/42:11]
dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. [asy-Syûrâ/42:11]
Orang orang beriman semestinya berusaha membaca nama nama
Allah yang indah (asmaul husna),mengetahui artinya,menghafanya,mengkaji
dan berakhlak dengannya.
Asmaul Husna adalah sumber bertauhid,akhlak bahkan sumber
hukum bagi orang orang beriman dalam mengarungi ujian dan cobaan hidup.
Contoh dalam ayat pertama surat al Fatihah yang artinya Dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang.
Setiap mengawali perbuatan bagi orang beriman sangat dianjurkan membaca basmalah dengan maksud agar Allah memberkahinya.
Arrahman Allah Maha Pengasih kepada semua makhluk didunia
ini baik mukmin maupun kafir dikasih rezki. Orang beriman mestinya juga
menteladaniNya dengan memberi kepada sesama apapun agamanya sesui
kemampuannya. Lain dengan Arrahiim Allah swt Maha Penyayang khusus
kepada orang beriman dunia akhirat. Oleh karena itu, orang beriman harus
saling menyayang lahir batin dengan saling menolong dalam kebaikan dan
taqwa serta saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran.
*Indikasi Mengenal Allah swt diantaranya:*
Pertama; Orang Yang Mengenal Allah Merasa Takut Kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu
saja.” ( QS. Fathir: 28 )
yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu
saja.” ( QS. Fathir: 28 )
Kedua; Orang Yang Mengenal Allah Mencurigai
Dirinya Sendiri
Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi’in- berkata,
“Aku telah bertemu dengan tiga puluhan orang
Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-
kalau dirinya tertimpa kemunafikan.” ( HR. Bukhari secara mu’allaq ).
Dirinya Sendiri
Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi’in- berkata,
“Aku telah bertemu dengan tiga puluhan orang
Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-
kalau dirinya tertimpa kemunafikan.” ( HR. Bukhari secara mu’allaq ).
Ketiga; Orang Yang Mengenal Allah Mengawasi
Gerak-Gerik Hatinya
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “.. Begitu pula hati
yang telah disibukkan dengan kecintaan kepada
selain Allah, keinginan terhadapnya, rindu dan
merasa tentram dengannya, maka tidak akan
mungkin baginya untuk disibukkan dengan kecintaan
kepada Allah, keinginan, rasa cinta dan kerinduan
untuk bertemu dengan-Nya kecuali dengan
mengosongkan hati tersebut dari ketergantungan
terhadap selain-Nya . Lisan juga tidak akan mungkin
digerakkan untuk mengingat-Nya dan anggota badan
pun tidak akan bisa tunduk berkhidmat kepada-Nya
kecuali apabila ia dibersihkan dari mengingat dan
berkhidmat kepada selain-Nya. Apabila hati telah
terpenuhi dengan kesibukan dengan makhluk atau
ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat maka tidak akan
tersisa lagi padanya ruang untuk menyibukkan diri
dengan Allah serta mengenal nama-nama, sifat-sifat
dan hukum-hukum-Nya…” ( al-Fawa’id , hal. 31-32)
Gerak-Gerik Hatinya
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “.. Begitu pula hati
yang telah disibukkan dengan kecintaan kepada
selain Allah, keinginan terhadapnya, rindu dan
merasa tentram dengannya, maka tidak akan
mungkin baginya untuk disibukkan dengan kecintaan
kepada Allah, keinginan, rasa cinta dan kerinduan
untuk bertemu dengan-Nya kecuali dengan
mengosongkan hati tersebut dari ketergantungan
terhadap selain-Nya . Lisan juga tidak akan mungkin
digerakkan untuk mengingat-Nya dan anggota badan
pun tidak akan bisa tunduk berkhidmat kepada-Nya
kecuali apabila ia dibersihkan dari mengingat dan
berkhidmat kepada selain-Nya. Apabila hati telah
terpenuhi dengan kesibukan dengan makhluk atau
ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat maka tidak akan
tersisa lagi padanya ruang untuk menyibukkan diri
dengan Allah serta mengenal nama-nama, sifat-sifat
dan hukum-hukum-Nya…” ( al-Fawa’id , hal. 31-32)
Keempat; Orang Yang Mengenal Allah Selalu
Mengingat Akherat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
maka akan Kami sempurnakan baginya balasan
amalnya di sana dan mereka tak sedikitpun dirugikan.
Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan
apa-apa di akherat kecuali neraka dan lenyaplah apa
yang mereka perbuat serta sia-sia apa yang telah
mereka kerjakan.” ( QS. Huud: 15-16 )
Mengingat Akherat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
maka akan Kami sempurnakan baginya balasan
amalnya di sana dan mereka tak sedikitpun dirugikan.
Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan
apa-apa di akherat kecuali neraka dan lenyaplah apa
yang mereka perbuat serta sia-sia apa yang telah
mereka kerjakan.” ( QS. Huud: 15-16 )
Kelima; Orang Yang Mengenal Allah Tidak Tertipu
Oleh Harta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya
perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang
sebenarnya adalah rasa cukup di dalam hati.” ( HR.
Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Seandainya anak Adam itu memiliki dua
lembah emas niscaya dia akan mencari yang ketiga.
Dan tidak akan mengenyangkan rongga/perut anak
Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima taubat
siapa pun yang mau bertaubat.” ( HR. Bukhari )
Oleh Harta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya
perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang
sebenarnya adalah rasa cukup di dalam hati.” ( HR.
Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Seandainya anak Adam itu memiliki dua
lembah emas niscaya dia akan mencari yang ketiga.
Dan tidak akan mengenyangkan rongga/perut anak
Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima taubat
siapa pun yang mau bertaubat.” ( HR. Bukhari )
Keenam; Orang Yang Mengenal Allah Akan
Merasakan Manisnya Iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada
tiga perkara, barangsiapa memilikinya maka dia akan
merasakan manisnya iman…” Di antaranya, “Allah dan
rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu
selain keduanya.” ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang
ridha kepada Rabbnya, ridha Islam sebagai agamanya,
dan Muhammad sebagai rasul.” ( HR. Muslim ).
Ketujuh; Orang Yang Mengenal Allah Tulus
Beribadah Kepada-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap amal itu dinilai berdasarkan
niatnya. Dan setiap orang hanya akan meraih balasan
sebatas apa yang dia niatkan . Maka barangsiapa
yang hijrahnya [tulus] karena Allah dan Rasul-Nya
niscaya hijrahnya itu akan sampai kepada Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena
[perkara] dunia yang ingin dia gapai atau perempuan
yang ingin dia nikahi, itu artinya hijrahnya akan dibalas
sebatas apa yang dia inginkan saja.” ( HR. Bukhari
dan Muslim ).
Merasakan Manisnya Iman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada
tiga perkara, barangsiapa memilikinya maka dia akan
merasakan manisnya iman…” Di antaranya, “Allah dan
rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala sesuatu
selain keduanya.” ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang
ridha kepada Rabbnya, ridha Islam sebagai agamanya,
dan Muhammad sebagai rasul.” ( HR. Muslim ).
Ketujuh; Orang Yang Mengenal Allah Tulus
Beribadah Kepada-Nya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap amal itu dinilai berdasarkan
niatnya. Dan setiap orang hanya akan meraih balasan
sebatas apa yang dia niatkan . Maka barangsiapa
yang hijrahnya [tulus] karena Allah dan Rasul-Nya
niscaya hijrahnya itu akan sampai kepada Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena
[perkara] dunia yang ingin dia gapai atau perempuan
yang ingin dia nikahi, itu artinya hijrahnya akan dibalas
sebatas apa yang dia inginkan saja.” ( HR. Bukhari
dan Muslim ).
*Konsep Ketuhanan Imam Ghozali*
Dari 20 dalil filsafat yang
ditegurnya, hanya 4 yang disebutnya secara
langsung sebagai kufurat dan subversif terhadap
iman Iislam yang sejati yaitu dalil 1, 13, 18, 20.
Isinya adalah sebagai berikut :
ditegurnya, hanya 4 yang disebutnya secara
langsung sebagai kufurat dan subversif terhadap
iman Iislam yang sejati yaitu dalil 1, 13, 18, 20.
Isinya adalah sebagai berikut :
1. Dalil falsafah yang menyatakan bahwa dunia
(alam) berfisat azali dan sama abadinya dengan
Tuhan, juga termasuk hasil emanasi, semuanya wajib
mengandung kufurat.
(alam) berfisat azali dan sama abadinya dengan
Tuhan, juga termasuk hasil emanasi, semuanya wajib
mengandung kufurat.
2. Dalil falsafah bahwa Tuhan tidak tahu hal-hal yang bersifat khusus (partikular), tetapi hanya mengetahui
dunia (alam) dari aspek umum (universal),
bertentangan dengan ajaran Al Quran : “Tiada yang luput bagi pengetahuan Ilahi” dan merupakan suatu
kufurat.
dunia (alam) dari aspek umum (universal),
bertentangan dengan ajaran Al Quran : “Tiada yang luput bagi pengetahuan Ilahi” dan merupakan suatu
kufurat.
3. Dalil bahwa tidak semua jiwa manusia sesudah
maut (kematiannya) masuk taraf hidup baru (Farabi,
Razi) menyimpang dari konsep keimanan Islam,
dengan kata lain masih dalam tataran kufurat. Bila
mereka membuktikan dengan akal bahwa jiwa tidak bisa hancur, bukti mereka batal, karena hal tersebut hanya dapat diketahui melalui informasi wahyu Tuhan.
maut (kematiannya) masuk taraf hidup baru (Farabi,
Razi) menyimpang dari konsep keimanan Islam,
dengan kata lain masih dalam tataran kufurat. Bila
mereka membuktikan dengan akal bahwa jiwa tidak bisa hancur, bukti mereka batal, karena hal tersebut hanya dapat diketahui melalui informasi wahyu Tuhan.
4. Penolakan kenikmatan badaniyah kelak dalam
akhirat, dan penggantiannya dengan kebahagiaan
rohani semata-mata, adalah argument yang melwan wahyu Al Qur’an. Yang dimaksud dengan penolakan tersebut juga merupakan dosa kufur.
akhirat, dan penggantiannya dengan kebahagiaan
rohani semata-mata, adalah argument yang melwan wahyu Al Qur’an. Yang dimaksud dengan penolakan tersebut juga merupakan dosa kufur.
*Pengertian Dan Tingkatan Ma'rifat Menurut Imam Al-Ghazali*
Ma'rifat berasal dari kata. "ara fa" yang artinya:
mengenal. Menurut "Imam Al-Ghazali", erti pengenalan kepada Allah, Tuhan semesta alam, iaitu
yang timbul kerana musyahadah (penyaksian).
Maka orang arif ialah orang yang telah mengenal Dzat, sifat, asma, dan af'al
Allah dengan perantaraan musyahadahnya (penyaksian/bukti yang nyata). Seorang yang alim ialah orang yang
mengenal Tuhannya tanpa melalui musyahadahnya, namun hanya dengan
kepercayaan biasa saja.
Orang yang tingkat Ma'rifatnya tinggi
tentu akan melihat bahwa Allah adalah wujud yang paling jelas, paling terang
dan teramat nyata.
mengenal. Menurut "Imam Al-Ghazali", erti pengenalan kepada Allah, Tuhan semesta alam, iaitu
yang timbul kerana musyahadah (penyaksian).
Maka orang arif ialah orang yang telah mengenal Dzat, sifat, asma, dan af'al
Allah dengan perantaraan musyahadahnya (penyaksian/bukti yang nyata). Seorang yang alim ialah orang yang
mengenal Tuhannya tanpa melalui musyahadahnya, namun hanya dengan
kepercayaan biasa saja.
Orang yang tingkat Ma'rifatnya tinggi
tentu akan melihat bahwa Allah adalah wujud yang paling jelas, paling terang
dan teramat nyata.
*Adapun pengertian menurut seorang ahli Ma'rifat bernama "Hallaj"* mengartikan dalam beberapa
pepatah sebagai berikut:
pepatah sebagai berikut:
1."Tak seorang-pun mengenal-Nya kecuali orang yang telah dibuat-Nya mengenal-Nya".
2."Tak seorang-pun bisa mengenal-Nya kecuali orang yang hati-nuraninya telah diilhami oleh-Nya sendiri".
3."Tak seorang-pun setia kepada-Nya kecuali orang yang telah didekatkan oleh-Nya pada-Nya".
4."Tak seorang-pun mempercayai-Nya kecuali orang yang kepadanya Dia telah memperlihatkan karunia-
Nya".
Nya".
5."Tak seorang pun berbakti pada-Nya kecuali orang
yang telah dipilih-Nya".
yang telah dipilih-Nya".
*Semoga kita tergolong orang orang beriman yang tetap istiqamah hanya beribadah kepadaNya semata dengan ikhlas... Aamiin.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar