ALAM KUBUR DALAM
ISLAM
يُثَبِّتُ
اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاء
Artinya : “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.” (QS.
Ibrahim : 27)
Al Baroo’ bin ‘Aazib
mengatakan,
نَزَلَتْ فِى
عَذَابِ الْقَبْرِ.
“Ayat ini turun
untuk menjelaskan adanya siksa kubur.” (HR. Muslim)
Bahkan Ibnul Qoyyim
–rahimahullah-, ulama yang sudah diketahui keilmuannya mengatakan bahwa hadits
yang menjelaskan mengenai siksa kubur adalah hadits yang sampai derajat
mutawatir. (Lihat At Tafsir Al Qoyyim, 359)
Lalu bagaimana dengan
do’a berlindung dari adzab kubur yang dibaca ketika tasyahud akhir.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا فَرَغَ
أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ
مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Jika salah
seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah
perlindungan pada Allah dari empat hal: [1] siksa neraka jahannam, [2] siksa
kubur, [3] penyimpangan ketika hidup dan mati, [4] kejelekan Al Masih Ad
Dajjal.” (HR. Muslim). Do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah,
اللَّهُمَّ إِنِّى
أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ وَشَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Allahumma inni
a’udzu bika min ‘adzabil qobri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal
mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal [Ya Allah, aku meminta perlindungan
kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan
mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim)
وَمَنْ أَعْرَضَ
عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَعْمَى
“Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta“.
(QS. Thahaa: 124)
Ibnul Qoyyim
–rahimahullah- mengatakan, “Bukan hanya satu orang salaf namun lebih dari
itu, mereka berdalil dengan ayat ini tentang adanya siksa kubur.” (At
Tafsir Al Qoyyim, hal. 358)
Begitu pula Ibnul Qoyyim
–rahimahullah- menyebutkan ayat-ayat lain yang menunjukkan adanya siksa kubur.
Mati hanyalah perpindahan alam
Al-Qurtubi dalam at-Tadzkirah mengenai hadis kematian dari syeikhnya
mengatakan: “Kematian bukanlah ketiadaan yang murni, namun kematian
merupakan perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan lain.”
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
حياتي خير لكم
ومماتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم , تعرض أعمالكم عليّ فإن وجدت خيرا حمدت الله و
إن وجدت شرا استغفرت الله لكم.
“Hidupku lebih
baik buat kalian dan matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan
mendengarkan percakapan. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku
menemukan kebaikan maka aku memuji Allah. Namun jika menemukan keburukan aku
memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian.” (Hadits ini diriwayatkan oelh
Al Hafidh Isma’il al Qaadli pada Juz’u al Shalaati ‘ala al Nabiyi Shallalahu
alaihi wasallam. Al Haitsami menyebutkannya dalam Majma’u al Zawaaid dan
mengkategorikannya sebagai hadits shahih)
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إن أعمالكم تعرض
على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا:
اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
“Sesungguhnya
perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang
telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan
kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah,
janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka
seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam
musnadnya).
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
(ما من رجل يزور
قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
“Tidak seorangpun
yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya)
kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan
kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
(ما من أحد
يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
“Tidak seorang pun
melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia,
lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya
dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu
Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
Kabar tentang ruh
manusia beriman
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda “Allah berfirman: “Tulislah kitab
hamba-Ku ini di dalam ‘Illiyyin lalu kembalikanlah dia ke bumi karena Kami
telah menciptakan mereka dari bumi (tanah). Kepadanya Aku kembalikan mereka dan
dari dalamnya Aku mengeluarkannya sekali lagi.”
Ruhnya kemudian
dikembalikan ke bumi, lalu datanglah dua orang malaikat yang kemudian
mendudukkannya, Mereka lantas bertanya kepadanya, “Siapakah Tuhan Anda
?” Ia menjawab, “Tuhanku adalah Allah .”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Apakah agama Anda?” Ia menjawab, “Agamaku adalah Islam.”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada Anda?”
Jawabnya, “Beliau adalah (Muhammad) Rasulullah.” Malaikat itu bertanya, “Dari mana Anda tahu ?” Ia menjawab, “Aku telah membaca Kitab Allah. Aku mengimani dan membenarkannya.”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Apakah agama Anda?” Ia menjawab, “Agamaku adalah Islam.”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada Anda?”
Jawabnya, “Beliau adalah (Muhammad) Rasulullah.” Malaikat itu bertanya, “Dari mana Anda tahu ?” Ia menjawab, “Aku telah membaca Kitab Allah. Aku mengimani dan membenarkannya.”
Lalu terdengarlah
sebuah panggilan dari langit, “Jika memang hamba-Ku ini benar, maka
hamparkanlah untuknya (permadani) dari surga, berilah ia pakaian dari surga,
dan bukakanlah untuknya pintu yang menuju surga.” Kemudian ruh orang yang
beriman dikembalikan ke jasadnya beserta bau wamgi-wangiannya, lalu diluaskan
kuburannya sejauh mata memandang.
Selanjutnya datanglah
seorang laki-laki tampan yang berpakaian bagus dan berbau harum. Ia berkata, “Berbahagialah
dengan segala yang membahagiakan Anda. Ini adalah hari kebahagiaan Anda yang
telah Allah janjikan.” Orang beriman tersebut bertanya, “Siapakah
engkau? Wajahmu tampan sekali.” Ia menjawab, “Aku adalah amal saleh
Anda.”
Dengan demikian,
kehidupan barzakh adalah pengalaman yang disadari. Artinya, kehidupan barzakh
merupakan sejenis proses pemurnian yang manamanusia yang memasuki alam barzakh
ini dibersihkan dari kotoran-kotoran (dosa). Kehidupan barzakh merupakan tahap
awal untuk melihat dan memetik hasil-hasil amal yang ditanam selama hidup di
dunia. Hanya saja ada perbedaan kesadaran antara orang yang soleh dengan orang
yang salah (lihat Q.S. al-Rum : 55-56).
Jadi, di alam barzakh,
manusia akan mendapatkan pertanyaan, kesenangan atau kesulitan sesuai dengan
derajat keimanannya. Alam barzakh merupakan tempat penyucian bagi
orang-orang yang beriman untuk meringankan perhitungan mereka di akhirat (tasfiyah).
Ada tiga jenis kondisi manusia di alam barzakh, yaitu :
- Mendapatkan nikmat dan kebahagiaan. Inilah kondisi orang-orang yang soleh, “Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tapi sesungguhnya mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mendapat rezeki.”(QS. Ali Imran: 169).
- Mendapatkan siksaan dan kesengsaraan. Inilah kondisi orang-orang kafir, durhaka, berdosa, zalim, para tiran, dan pendukung-pendukungnya, “Kepada mereka ditayangkan neraka pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia berkata): “Masukkan keluarga Firaun dalam siksa yang paling berat.” (QS. Al-Mukmin: 46)
- Dibiarkan saja tanpa kenikmatan dan tanpa siksaan. Mereka seperti tertidur saja, dan tersentak ketika hari kiamat tiba. Inilah kondisi orang-orang yang dosanya tidak sebesar kelompok kedua. “Dan pada saat datangya hari kiamat, orang-orang berdosa bersumpah bahwa mereka tidak tinggal dalam kubur kecuali sebentar. Dan orang-orang yang diberi ilmu dan inian berkata (kepada para pendosa): “Kamu telah tingga! (di dalam kubur) atas ketetapan Allah hingsa hari kebangkitan. Dan ini adalah hari kebangkitan, tapi kamu tidak tahu.” (QS. Al-Rum: 55-56)
Adzab Kubur Menurut Nabi saw dan Sahabatnya
لَوْلَا أَنْ
لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ
الْقَبْرِ ما أسمعني
“Seandainya kalian
tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar
memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim
7393, Ahmad 12026, dari sahabat Anas bin Malik radhilallahu’anhu)”
عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا
لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ،
وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ –
صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ
وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا
تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا
رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dari Aisyah
Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari kalangan
Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku bahwa orang
yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak
mempercayainya. Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam datang menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang
Yahudi tadi kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang
yang sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara
adzab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari adzab
kubur setiap selesai shalat” (HR. Bukhari 6005)
إِذَا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ
فِى قَبْرِهِ أُتِىَ ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ
( يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
)
“Jika seorang
mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian didatangi (oleh dua
malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan menjawab dengan
mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna muhammadan rasuulullah’. Itulah yang
dimaksud al qauluts tsabit dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya): ‘Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan al qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)”
(HR. Bukhari 1369, Muslim 7398)
عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ
أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُورِهِمَا ،
فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم
– « يُعَذَّبَانِ
، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا
لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ
»
“Dari Ibnu ‘Abbas,
ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sebagian
pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia
yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya sedang diadzab.
Tidaklah keduanya diadzab karena dosa besar (menurut mereka bedua)’, lalu Nabi
bersabda: ‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya
diadzab karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain karena
selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhari 6055, Muslim 703)
Utsman
bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
سمعت رسول الله
صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر
منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه
: ما
رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه
“Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal
perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya
lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’
Utsman
Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih
mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata:
“Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah,
4/192)
Juga sebagaimana
telah lewat, ‘Aisyah, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit, Sa’id Al Khudriy,
Jabir bin Abdillah radhiallahum jamii’an, mereka semua mengimani adanya
adzab kubur. Imam Abul Hasan Ali bin Isma’il Al Asy’ari –rahimahullah–
berkata:
وأنكروا شفاعة
رسول الله صلى الله عليه وسلم للمذنبين ودفعوا الروايات في ذلك عن السلف المتقدمين
وجحدوا عذاب القبر وأن الكفار في قبورهم يعذبون وقد أجمع على ذلك الصحابة والتابعون
رضي الله عنهم أجمعين
“Para ahlul bid’ah
(yaitu mu’tazilah dan qadariyah), mengingkari syafa’at Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam terhadap orang-orang yang memiliki dosa. Mereka menolak
riwayat-riwayat dari generasi salaf terdahulu. Mereka juga menolak kebenaran
akan adanya adzab kubur dan bahwa orang kafir diadzab di dalam kubur mereka.
Padahal para sahabat dan tabi’in radhiallahu’anhum ajma’iin telah
bersepakat tentang hal ini.” (Al Ibanah, 4)
jakarta 3/5/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar