RAHASIA RUH
MANUSIA
Hubungan
Ruh dengan orang yang hidup ada tiga:
= > Pertama,
pertemuan ruh orang yang telah meninggal dengan ruh orang yang masih hidup di
alam mimpi
Para ulama menegaskan
bahwa hal ini bisa terjadi. Ruh
orang yang telah meninggal bisa berjumpa dengan ruh orang yang masih
hidup dalam mimpi.
Berikut beberapa
keterangan mereka,
1. Tafsir firman
Allah di surat Az-Zumar ayat 42.
Allah berfirman,
اللَّهُ يَتَوَفَّى
الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ
الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya; Maka Dia tahanlah ruh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan
Dia melepaskan ruh yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang
berfikir.” (QS. Az-Zumar : 42)
Ada dua pendapat ahli
tafsir tentang ayat ini. Salah satunya, bahwa ruh orang yang ditahan adalah ruh orang
yang sudah meninggal, sehingga dia tidak bisa kembali ke jasadnya di
dunia. Sedangkan ruh orang yang dilepas adalah ruh orang yang tidur. (Ar-Ruh,
Ibnul Qoyim, hlm. 31).
Diriwayatkan dari
Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menjelaskan
tafsir ayat tersebut,
إِنَّ أَرْوَاحَ
الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ
اللَّهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى الْأَجْسَادِ
أَمْسَكَ اللَّهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ أَرْوَاحَ
الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا
Sesungguhnya ruh
orang yang hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal
sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya,
Allah menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan ruh
orang yang masih hidup ke jasadnya. (Tafsir At-Thabari 21/298, Al-Qurthubi
15/260, An-Nasafi 4/56, Zadul Masir Ibnul Jauzi 4/20, dan beberapa tafsir
lainnya).
2. Kejadian nyata
yang dialami para sahabat
Kejadian ini pernah
dialami seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena kerendahan hatinya.
Sahabat Tsabit bin Qois radhiyallahu ‘anhu. Peristiwa ini terjadi ketika perang
Yamamah, menyerang nabi palsu Musailamah Al-Kadzab di zaman Abu Bakr. Dalam
peperangan itu, Tsabit termasuk sahabat yang mati syahid. Ketika itu, Tsabit
memakai baju besi yang bernilai harganya.
Sampai akhirnya
lewatlah seseorang dan menemukan jasad Tsabit. Orang ini mengambil baju besi
Tsabit dan membawanya pulang. Setelah peristiwa ini, ada salah seorang mukmin
bermimpi, dia didatangi Tsabin bin Qois. Tsabit berpesan kepada si Mukmin dalam
mimpi itu:
“Saya wasiatkan
kepada kamu, dan jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu
tidak mempedulikannya. Ketika saya mati, ada seseorang yang melewati jenazahku
dan mengambil baju besiku. Tinggalnya di paling pojok sana. Di kemahnya ada
kuda yang dia gunakan membantu kegiatannya. Dia meletakkan wadah di atas baju
besiku, dan diatasnya ada pelana. Datangi Khalid bin Walid, minta beliau untuk
menugaskan orang agar mengambil baju besiku. Dan jika kamu bertemu Khalifah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Abu Bakr), sampaikan bahwa saya
punya tanggungan utang sekian dan punya piutang macet sekian. Sementara budakku
fulan, statusnya merdeka. Sekali lagi jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi
kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya.”
Setelah bangun, orang
inipun menemui Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan menyampaikan kisah
mimpinya bertemu Tsabit. Sang panglima, Khalid bin Walid mengutus beberapa
orang untuk mengambil baju besi itu, dia memperhatikan kemah yang paling ujung,
ternyata ada seekor kuda yang disiapkan. Mereka melihat isi kemah, ternyata
tidak ada orangnya. Merekapun masuk, dan langsung menggeser pelana. Ternyata di
bawahnya ada wadah. Kemudian mereka mengangkat wadah itu, ketemulah baju besi
itu. Merekapun membawa baju besi itu menghadap Khalid bin Walid.
Setelah sampai
Madinah, orang itu penyampaikan mimpinya kepada Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu, dan beliau membolehkan untuk melaksanakan wasiat Tsabit.
Para sahabat mengatakan, “Kami tidak pernah mengetahui ada seorangpun yang
wasiatnya dilaksanakan, padahal baru disampaikan setelah orangnya meninggal,
selain wasiat Tsabit bin Qais. (HR. Al-Baihaqi dalam Dalail An-Nubuwah 2638 dan
Al-Bushiri dalam Al-Ittihaf 3010)
Kasus semacam ini
juga terjadi pada beberapa ulama. Kisah-kisah mereka banyak disebutkan Ibnul
Qoyim dalam bukunya Ar-Ruh (hlm. 30 – 48). Salah satunya adalah kisah sahabat
tsabit bin Qois di atas.
= > Kedua,
Allah memperlihatkan keadaan keluarga yang masih hidup kepada beberapa orang
yang telah meninggal.
Para ulama menegaskan
bahwa mayit bisa mendengar suara orang yang berada di dunia dalam kondisi
tertentu. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, diantaranya,
1. Hadis dari Anas
bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن العبد إذا
وضع في قبره، وتولى عنه أصحابه، إنه ليسمع قرع نعالهم..
“Sesungguhnya seorang
hamba ketika telah diletakkan di kuburan dan ditinggal pulang orang yang
mengantarkannya, dia bisa mendengar suara sandal mereka…” (HR.
Muslim 2874)
2. Hadis dari Abu
Thalhah, bahwa setelah belalu 3 hari pasca-perang Badr, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mendatangi tempat pertempuran bersama para sahabat dan
memasukkan mayit orang musyrik ke dalam satu lubang. Selanjutnya beliau
bersabda,
يا أبا جهل بن
هشام، يا أمية بن خلف، يا عتبة بن ربيعة، يا شيبة بن ربيعة، أليس قد وجدتم ما وعد
ربكم حقاً؟ فإني قد وجدت ما وعدني ربي حقاً
Wahai Abu Jahl bin
Hisyam, wahai Umayah bin Khalaf, wahai Uthbah bin Rabi’ah, wahai Syaibah bin
Rabi’ah, apakah kalian telah mendapatkan kenyataan dari apa yang dijanjikan Rab
kalian? Sungguh aku telah mendapatkan kenyataan dari apa yang dijanjikan Rabku.
Spontan Umar
bertanya,
“Ya, Rasulullah,
bagaimana mereka bisa mendengar? Bagaimana mereka bisa menjawab? Padahal mereka
sudah jadi bangkai.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab,
والذي نفسي
بيده! ما أنتم بأسمع لما أقول منهم، ولكنهم لا يقدرون أن يجيبوا
Demi Allah yang
jiwaku berada di tangan-Nya. Kalian tidak lebih mendengar dari apa yang aku
ucapkan dari pada mereka. Namun mereka tidak bisa menjawab.
(HR. Bukhari 3976)
Sumber: https://konsultasisyariah.com
JAKARTA 24/5/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar