SEPUTAR NASEHAT LUKMAN AL-HAKIM
KEPADA ANAKNYA
KEPADA ANAKNYA
1.Jangan mempersekutukan Allah !
ﻭَﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟُﻘْﻤَﺎﻥُ ﻟِﺎﺑْﻨِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﻌِﻈُﻪُ ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﻟَﺎ ﺗُﺸْﺮِﻙْ
ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻟَﻈُﻠْﻢٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ
ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙَ ﻟَﻈُﻠْﻢٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar”. ” (QS. Lukman: 13).
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar”. ” (QS. Lukman: 13).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Lukman menasehati
anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu dengan
nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan
tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa
pun.”
anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu dengan
nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan
tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa
pun.”
2.Bersyukur kepada Allah dan ibu bapak.
ﻭَﻭَﺻَّﻴْﻨَﺎ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥَ ﺑِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻪِ ﺣَﻤَﻠَﺘْﻪُ ﺃُﻣُّﻪُ ﻭَﻫْﻨًﺎ ﻋَﻠَﻰ
ﻭَﻫْﻦٍ ﻭَﻓِﺼَﺎﻟُﻪُ ﻓِﻲ ﻋَﺎﻣَﻴْﻦِ ﺃَﻥِ ﺍﺷْﻜُﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻚَ
ﺇِﻟَﻲَّ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).
ﻭَﻫْﻦٍ ﻭَﻓِﺼَﺎﻟُﻪُ ﻓِﻲ ﻋَﺎﻣَﻴْﻦِ ﺃَﻥِ ﺍﺷْﻜُﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻚَ
ﺇِﻟَﻲَّ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Lukman: 14).
3.Tetap berbuat baik kepada ortu jika bersalah
ﻭَﺇِﻥْ ﺟَﺎﻫَﺪَﺍﻙَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥْ ﺗُﺸْﺮِﻙَ ﺑِﻲ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﺑِﻪِ
ﻋِﻠْﻢٌ ﻓَﻠَﺎ ﺗُﻄِﻌْﻬُﻤَﺎ ﻭَﺻَﺎﺣِﺒْﻬُﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻣَﻌْﺮُﻭﻓًﺎ
ﻭَﺍﺗَّﺒِﻊْ ﺳَﺒِﻴﻞَ ﻣَﻦْ ﺃَﻧَﺎﺏَ ﺇِﻟَﻲَّ ﺛُﻢَّ ﺇِﻟَﻲَّ ﻣَﺮْﺟِﻌُﻜُﻢْ
ﻓَﺄُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
ﻋِﻠْﻢٌ ﻓَﻠَﺎ ﺗُﻄِﻌْﻬُﻤَﺎ ﻭَﺻَﺎﺣِﺒْﻬُﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻣَﻌْﺮُﻭﻓًﺎ
ﻭَﺍﺗَّﺒِﻊْ ﺳَﺒِﻴﻞَ ﻣَﻦْ ﺃَﻧَﺎﺏَ ﺇِﻟَﻲَّ ﺛُﻢَّ ﺇِﻟَﻲَّ ﻣَﺮْﺟِﻌُﻜُﻢْ
ﻓَﺄُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan ” (QS. Lukman: 15).
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan ” (QS. Lukman: 15).
4.Sekecil apapun yang dilakukan pasti dibalas.
ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﺇِﻥْ ﺗَﻚُ ﻣِﺜْﻘَﺎﻝَ ﺣَﺒَّﺔٍ ﻣِﻦْ ﺧَﺮْﺩَﻝٍ ﻓَﺘَﻜُﻦْ
ﻓِﻲ ﺻَﺨْﺮَﺓٍ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻳَﺄْﺕِ
ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻄِﻴﻒٌ ﺧَﺒِﻴﺮٌ
ﻓِﻲ ﺻَﺨْﺮَﺓٍ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻳَﺄْﺕِ
ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻄِﻴﻒٌ ﺧَﺒِﻴﺮٌ
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika
ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui”
(QS. Luqman: 16).
ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui”
(QS. Luqman: 16).
5.Dirikan shalat,amal makruf dan nahi munkar.
ﻳَﺎ ﺑُﻨَﻲَّ ﺃَﻗِﻢِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺃْﻣُﺮْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﺍﻧْﻪَ ﻋَﻦِ
ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﺻْﺒِﺮْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻚَ ﺇِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺰْﻡِ
ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ
ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﺻْﺒِﺮْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻚَ ﺇِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺰْﻡِ
ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah) ” (QS. Lukman: 17).
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah) ” (QS. Lukman: 17).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah wasiat
yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang
Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa
mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau
seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan
balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan
yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan
yang diperoleh pun jelek”
( Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
11: 55)
yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang
Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa
mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau
seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan
balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan
yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan
yang diperoleh pun jelek”
( Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
11: 55)
6.Jangan sombong !
ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺼَﻌِّﺮْ ﺧَﺪَّﻙَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻤْﺶِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻣَﺮَﺣًﺎ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺨْﺘَﺎﻝٍ ﻓَﺨُﻮﺭٍ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺨْﺘَﺎﻝٍ ﻓَﺨُﻮﺭٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri ”
(QS. Lukman: 18).
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri ”
(QS. Lukman: 18).
7.Berakhlak
ﻭَﺍﻗْﺼِﺪْ ﻓِﻲ ﻣَﺸْﻴِﻚَ ﻭَﺍﻏْﻀُﺾْ ﻣِﻦْ ﺻَﻮْﺗِﻚَ ﺇِﻥَّ ﺃَﻧْﻜَﺮَ
ﺍﻟْﺄَﺻْﻮَﺍﺕِ ﻟَﺼَﻮْﺕُ ﺍﻟْﺤَﻤِﻴﺮِ
ﺍﻟْﺄَﺻْﻮَﺍﺕِ ﻟَﺼَﻮْﺕُ ﺍﻟْﺤَﻤِﻴﺮِ
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. ”
(QS. Lukman: 19).
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. ”
(QS. Lukman: 19).
50 NASEHAT...
Luqman Al-Hakim mengajar anaknya
ilmu yang datang dari sisi Allah Yang
Maha Mengetahui. Beliau pernah
berpesan dan menasihati anaknya:
ilmu yang datang dari sisi Allah Yang
Maha Mengetahui. Beliau pernah
berpesan dan menasihati anaknya:
1. “Wahai anak kesayanganku! Allah
SWT memerhatikan dirimu dalam
kepekatan malam, semasa engkau
bersolat atau tidur lena di belakang tabir
di dalam istana. Dirikan solat dan jangan
engkau berasa ragu untuk melakukan
perkara makruh dan melempar jauh
segala kejahatan dan kekejian.”
2. “Wahai anakku! Selalulah berharap
kepada Allah SWT tentang sesuatu yang
menyebabkan untuk tidak mendurhakai
Allah SWT. Takutlah kepada Allah SWT
dengan sebenar-benar takut (takwa),
tentulah engkau akan terlepas dari sifat
berputus asa dari rahmat Allah SWT.”
3. “Wahai anak! janganlah engkau
mempersekutukan Allah SWT (dengan
sesuatu yang lain), sesungguhnya
perbuatan syirik itu adalah satu
kezaliman yang besar.”
4. “Wahai anakku, Bersyukurlah kepada
Tuhanmu kerana kurniaan-Nya. Orang
yang mulia tidak mengingkari
Penciptanya kecuali orang yang kufur.”
5. “Wahai anakku! Bukanlah satu
kebaikan namanya bilamana engkau
selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak
pernah mengamalkannya. Hal itu tidak
ubah seperti orang yang mencari kayu
api, maka setelah banyak ia tidak
mampu memikulnya, padahal ia masih
mahu menambahkannya.”
6. “Wahai anakku! Ketahuilah,
sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan
yang dalam, banyak manusia yang
karam ke dalamnya. Jika engkau ingin
selamat, agar jangan karam, layarilah
lautan itu dengan sampan yang bernama
TAKWA, isinya ialah IMAN dan Layarnya
adalah TAWAKKAL kepada Allah SWT.”
7. “Wahai anakku! Orang-orang yang
sentiasa menyediakan dirinya untuk
menerima nasihat, maka dirinya akan
mendapat penjagaan dari Allah SWT.
Orang yang insaf dan sedar setelah
menerima nasihat orang lain, maka dia
akan sentiasa menerima kemulian dari
Allah SWT juga.”
8. “Wahai anakku! Jadikanlah dirimu
dalam segala tingkahlaku sebagai orang
yang tidak ingin menerima pujian atau
mengharap sanjungan orang lain kerana
itu adalah sifat riya’ yang akan
mendatangkan cela pada dirimu.”
9. “Wahai anakku! Jangan engkau
berjalan sombong serta takbur, Allah
SWT tidak meredai orang yang sombong
dan takbur.”
10. “Wahai anakku! Selalulah baik tutur
kata dan halus budi bahasamu serta
manis wajahmu, dengan demikian
engkau akan disukai orang melebihi
sukanya seseorang terhadap orang lain
yang pernah memberikan barang yang
berharga.”
11. “Wahai anakku! Bilamana engkau
mahu mencari kawan sejati, maka ujilah
dia terlebih dahulu dengan berpura-pura
membuat dia marah. Bilamana dalam
kemarahan itu dia masih berusaha
menginsafkan kamu, maka bolehlah
engkau mengambil dia sebagai kawan.
Bila tidak demikian, maka berhati-
hatilah.”
12. “Wahai anakku! Apabila engkau
berteman, tempatkanlah dirimu padanya
sebagai orang yang tidak mengharapkan
sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah
dia yang mengharapkan sesuatu
darimu.”
13. “Wahai anakku! Sesesiapa yang
penyayang tentu akan disayangi, sesiapa
yang pendiam akan selamat daripada
berkata yang mengandungi racun dan
sesiapa yang tidak dapat menahan
lidahnya dari berkata kotor tentu akan
menyesal.”
14. “Wahai anakku! Bergaul rapatlah
dengan orang yang alim lagi berilmu.
Perhatikanlah kata nasihatnya kerana
sesungguhnya sejuklah hati ini
mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati
ini dengan cahaya hikmah dari mutiara
kata-katanya bagaikan tanah yang subur
lalu disirami air hujan.”
15. “Wahai anakku! Janganlah engkau
mudah ketawa kalau bukan kerana
sesuatu yang menggelikan hati,
janganlah engkau berjalan tanpa tujuan
yang pasti, janganlah engkau bertanya
sesuatu yang tidak ada guna bagimu,
dan janganlah mensia-siakan hartamu.”
16. “Wahai anakku! Sekiranya kamu di
dalam solat, jagalah hatimu, sekiranya
kamu makan, jagalah kerongkongmu,
sekiranya kamu berada di rumah orang
lain, jagalah kedua matamu dan
sekiranya kamu berada di kalangan
manusia, jagalah lidahmu.”
17. “Wahai anakku! Usahakanlah agar
mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata
yang busuk dan kotor serta kasar,
kerana engkau akan lebih selamat bila
berdiam diri. Kalau berbicara,
berusahalah agar bicaramu
mendatangkan manfaat bagi orang lain.”
18. “Wahai anakku! Berdiam diri itu
adalah hikmah (perbuatan yang bijak)
sedangkan amat sedikit orang yang
melakukannya.”
19. “Wahai anakku! Janganlah engkau
menghantarkan orang yang tidak cerdik
sebagai utusan. Maka bila tidak ada
orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah
saja yang layak menjadi utusan.”
20. “Wahai anakku! Janganlah engkau
bertemankan dengan orang yang bersifat
talam dua muka, kelak akan
membinasakan dirimu.”
21. “Wahai anakku! Sesungguhnya orang
bertalam dua muka bukan seorang yang
jujur di sisi Allah SWT.”
22. “Wahai anakku! Jauhilah bersifat
dusta, sebab berbohong itu mudah
dilakukan, bagaikan memakan daging
burung, padahal sedikit sahaja berdusta
itu telah memberikan akibat yang
berbahaya.”
23. “Wahai anakku! Sesiapa yang
berbohong hilanglah air mukanya dan
sesiapa yang buruk akhlaknya banyaklah
dukacitanya.”
24. “Wahai anakku! Bersabarlah di atas
apa yang menimpa dirimu kerana yang
demikian itu menuntut kepastian kukuh
daripadamu dalam setiap kejadian dan
urusan.”
25. “Wahai anakku! Apabila engkau
mempunyai dua pilihan di antara takziah
orang mati atau hadir majlis
perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi
orang mati, sebab ianya akan
mengingatkanmu kepada kampung
akhirat sedangkan menghadiri pesta
perkahwinan hanya mengingatkan dirimu
kepada kesenangan duniawi sahaja.”
26. “Wahai anakku! Janganlah engkau
makan sampai kenyang yang berlebihan,
kerana sesungguhnya makan yang terlalu
kenyang itu adalah lebih baiknya bila
makanan itu diberikan kepada anjing
sahaja.”
27. “Wahai anakku! Janganlah engkau
terus menelan sahaja kerana manisnya
barang dan janganlah terus
memuntahkan saja pahitnya sesuatu
barang itu, kerana manis belum tentu
menimbulkan kesegaran dan pahit itu
belum tentu menimbulkan
kesengsaraan.”
28. “Wahai anakku! Aku pernah makan
makanan yang baik dan memeluk yang
terbaik tetapi aku tidak pernah melihat
sesuatu yang lebih lazat daripada
kesihatan.”
29. “Wahai anakku! Seandainya perut
dipenuhi makanan, akan tidurlah akal
fikiran, tergendala segala hikmah dan
lumpuhlah anggota badan untuk
beribadat.”
30. “Wahai anakku! Apabila perutmu
telah penuh sesak dengan makanan,
maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi
lemah hikmahmu dan berhentilah
(malas) seluruh anggota tubuhmu
daripada beribadat kepada Allah SWT
dan hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan
kehalusan pengertian, yang dengan
sebab keduanyalah dapat diperoleh
lazatnya munajat dan berkesannya zikir
pada jiwa.”
31. “Wahai anakku! Makanlah
makananmu bersama sama dengan
orang orang yang takwa dan
musyawarahlah urusanmu dengan para
alim ulamak dengan cara meminta
nasihat dari mereka.”
32. “Wahai anakku! Jangan engkau
berlaku derhaka terhadap ibu dan
ayahmu dengan apa jua sekalipun,
melainkan apabila mereka menyuruhmu
derhaka kepada Yang Maha Berkuasa.”
33. “Wahai anakku! Allah mewasiatkan
dirimu; berbuat baiklah dengan ibu dan
ayahmu. Justeru, jangan engkau
mengherdik mereka dengan perkataan
mahupun perbuatan dibenci.”
34. “Wahai anakku! Seandainya
ibubapamu marah kepadamu kerana
kesilapan yang kamu lakukan, maka
marahnya ibubapamu adalah bagaikan
baja bagi tanam-tanaman.”
35. “Wahai anakku! Orang yang merasa
dirinya hina dan rendah diri dalam
beribadat dan taat kepada Allah SWT,
maka dia tawadduk kepada Allah SWT,
dia akan lebih dekat kepada Allah SWT
dan selalu berusaha menghindarkan
maksiat kepada Allah SWT.”
36. “Wahai anakku! Seorang pendusta
akan lekas hilang air mukanya kerana
tidak dipercayai orang dan seorang yang
telah rosak akhlaknya akan sentiasa
banyak mengelamunkan hal-hal yang
tidak benar.”
37. “Wahai anakku! Andainya ada
sebutir biji sawi terpendam di dalam
batu, pasti ketahuan jua oleh Tuhanmu
Yang Maha Melihat, Allah Amat
Mengetahui segala sesuatu, zahir
mahupun batin atau apa yang engkau
sembunyikan di dalam dadamu.”
38. “Wahai anakku! Ketahuilah,
memindahkan batu besar dari tempatnya
semula itu lebih mudah daripada
memberi pengertian kepada orang yang
tidak mahu mengerti.”
39. “Wahai anakku! Engkau telah
merasakan betapa beratnya mengangkat
batu besar dan besi yang amat berat,
tetapi akan lebih lagi daripada semua itu
adalah bilamana engkau mempunyai
jiran yang jahat.”
40. “Wahai anakku! Aku pernah
memindahkan batu-bata dan memikul
besi, tetapi aku tidak pernah melihat
sesuatu yang lebih berat daripada
hutang.”
41. “Wahai anakku! Jauhkan dirimu dari
berhutang, kerana sesungguhnya
berhutang itu boleh menjadikan dirimu
hina di waktu siang dan gelisah di waktu
malam.”
42. “Wahai anakku! Apakah tidak engkau
perhatikan, apa yang Allah bentangkan
bagimu apa-apa yang ada di langit dan
di bumi daripada kebaikan yang amat
banyak?”
43. “Wahai anakku! Apa yang engkau
menikmati di kehidupan ini lantaran
kurniaan-Nya yang penuh keamanan,
keimanan dan kebaikan yang melimpah
ruah, di taman dunia yang subur mekar
dengan bunga-bungaan serta tumbuhan
yang berseri-seri.”
44. “Wahai anakku! Ambillah harta dunia
sekadar keperluanmu sahaja dan
nafkahkanlah yang selebihnya untuk
bekalan akhiratmu.”
45. “Wahai anakku! Janganlah engkau
condong kepada urusan dunia dan
hatimu selalu disusahkan oleh dunia
saja kerana engkau diciptakan Allah
SWT bukanlah untuk dunia sahaja.
Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih
hina daripada orang yang terpedaya
dengan dunianya.”
46. “Wahai anakku! Jangan engkau
buang dunia ini ke bakul sampah kerana
nanti engkau akan menjadi pengemis
yang membuat beban orang lain.
Sebaliknya janganlah engkau peluk
dunia ini serta meneguk habis airnya
kerana sesungguhnya yang engkau
makan dan pakai itu adalah tanah
belaka.”
47. “Wahai anakku! Tidak ada kebaikan
bagimu untuk mempelajari apa yang
belum kamu tahu sedangkan kamu
belum beramal dengan apa yang kamu
tahu.”
48. “Wahai anakku! Ingatlah dua perkara
iaitu Allah SWT dan mati, lupakan dua
perkara lain iaitu kebaikanmu terhadap
hak dirimu dan kebaikanmu terhadap
orang lain.”
49. “Wahai anakku! Kehinaan dalam
melakukan ketaatan kepada Allah
SWTlebih mendekatkan diri daripada
mulia dengan maksiat (perkara
menyebabkan dosa) kepada-Nya.
Janganlah anakku undurkan melakukan
taubat, sebab kematian datangnya tiba-
tiba, sedang malaikat maut tidak
memberitahukannya terlebih dulu.”
50. “Wahai anakku! Sesungguhnya lama
bersendirian itu dapat memahami untuk
berfikir dan lama berfikir itu adalah
petunjuk jalan ke syurga.”
SWT memerhatikan dirimu dalam
kepekatan malam, semasa engkau
bersolat atau tidur lena di belakang tabir
di dalam istana. Dirikan solat dan jangan
engkau berasa ragu untuk melakukan
perkara makruh dan melempar jauh
segala kejahatan dan kekejian.”
2. “Wahai anakku! Selalulah berharap
kepada Allah SWT tentang sesuatu yang
menyebabkan untuk tidak mendurhakai
Allah SWT. Takutlah kepada Allah SWT
dengan sebenar-benar takut (takwa),
tentulah engkau akan terlepas dari sifat
berputus asa dari rahmat Allah SWT.”
3. “Wahai anak! janganlah engkau
mempersekutukan Allah SWT (dengan
sesuatu yang lain), sesungguhnya
perbuatan syirik itu adalah satu
kezaliman yang besar.”
4. “Wahai anakku, Bersyukurlah kepada
Tuhanmu kerana kurniaan-Nya. Orang
yang mulia tidak mengingkari
Penciptanya kecuali orang yang kufur.”
5. “Wahai anakku! Bukanlah satu
kebaikan namanya bilamana engkau
selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak
pernah mengamalkannya. Hal itu tidak
ubah seperti orang yang mencari kayu
api, maka setelah banyak ia tidak
mampu memikulnya, padahal ia masih
mahu menambahkannya.”
6. “Wahai anakku! Ketahuilah,
sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan
yang dalam, banyak manusia yang
karam ke dalamnya. Jika engkau ingin
selamat, agar jangan karam, layarilah
lautan itu dengan sampan yang bernama
TAKWA, isinya ialah IMAN dan Layarnya
adalah TAWAKKAL kepada Allah SWT.”
7. “Wahai anakku! Orang-orang yang
sentiasa menyediakan dirinya untuk
menerima nasihat, maka dirinya akan
mendapat penjagaan dari Allah SWT.
Orang yang insaf dan sedar setelah
menerima nasihat orang lain, maka dia
akan sentiasa menerima kemulian dari
Allah SWT juga.”
8. “Wahai anakku! Jadikanlah dirimu
dalam segala tingkahlaku sebagai orang
yang tidak ingin menerima pujian atau
mengharap sanjungan orang lain kerana
itu adalah sifat riya’ yang akan
mendatangkan cela pada dirimu.”
9. “Wahai anakku! Jangan engkau
berjalan sombong serta takbur, Allah
SWT tidak meredai orang yang sombong
dan takbur.”
10. “Wahai anakku! Selalulah baik tutur
kata dan halus budi bahasamu serta
manis wajahmu, dengan demikian
engkau akan disukai orang melebihi
sukanya seseorang terhadap orang lain
yang pernah memberikan barang yang
berharga.”
11. “Wahai anakku! Bilamana engkau
mahu mencari kawan sejati, maka ujilah
dia terlebih dahulu dengan berpura-pura
membuat dia marah. Bilamana dalam
kemarahan itu dia masih berusaha
menginsafkan kamu, maka bolehlah
engkau mengambil dia sebagai kawan.
Bila tidak demikian, maka berhati-
hatilah.”
12. “Wahai anakku! Apabila engkau
berteman, tempatkanlah dirimu padanya
sebagai orang yang tidak mengharapkan
sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah
dia yang mengharapkan sesuatu
darimu.”
13. “Wahai anakku! Sesesiapa yang
penyayang tentu akan disayangi, sesiapa
yang pendiam akan selamat daripada
berkata yang mengandungi racun dan
sesiapa yang tidak dapat menahan
lidahnya dari berkata kotor tentu akan
menyesal.”
14. “Wahai anakku! Bergaul rapatlah
dengan orang yang alim lagi berilmu.
Perhatikanlah kata nasihatnya kerana
sesungguhnya sejuklah hati ini
mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati
ini dengan cahaya hikmah dari mutiara
kata-katanya bagaikan tanah yang subur
lalu disirami air hujan.”
15. “Wahai anakku! Janganlah engkau
mudah ketawa kalau bukan kerana
sesuatu yang menggelikan hati,
janganlah engkau berjalan tanpa tujuan
yang pasti, janganlah engkau bertanya
sesuatu yang tidak ada guna bagimu,
dan janganlah mensia-siakan hartamu.”
16. “Wahai anakku! Sekiranya kamu di
dalam solat, jagalah hatimu, sekiranya
kamu makan, jagalah kerongkongmu,
sekiranya kamu berada di rumah orang
lain, jagalah kedua matamu dan
sekiranya kamu berada di kalangan
manusia, jagalah lidahmu.”
17. “Wahai anakku! Usahakanlah agar
mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata
yang busuk dan kotor serta kasar,
kerana engkau akan lebih selamat bila
berdiam diri. Kalau berbicara,
berusahalah agar bicaramu
mendatangkan manfaat bagi orang lain.”
18. “Wahai anakku! Berdiam diri itu
adalah hikmah (perbuatan yang bijak)
sedangkan amat sedikit orang yang
melakukannya.”
19. “Wahai anakku! Janganlah engkau
menghantarkan orang yang tidak cerdik
sebagai utusan. Maka bila tidak ada
orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah
saja yang layak menjadi utusan.”
20. “Wahai anakku! Janganlah engkau
bertemankan dengan orang yang bersifat
talam dua muka, kelak akan
membinasakan dirimu.”
21. “Wahai anakku! Sesungguhnya orang
bertalam dua muka bukan seorang yang
jujur di sisi Allah SWT.”
22. “Wahai anakku! Jauhilah bersifat
dusta, sebab berbohong itu mudah
dilakukan, bagaikan memakan daging
burung, padahal sedikit sahaja berdusta
itu telah memberikan akibat yang
berbahaya.”
23. “Wahai anakku! Sesiapa yang
berbohong hilanglah air mukanya dan
sesiapa yang buruk akhlaknya banyaklah
dukacitanya.”
24. “Wahai anakku! Bersabarlah di atas
apa yang menimpa dirimu kerana yang
demikian itu menuntut kepastian kukuh
daripadamu dalam setiap kejadian dan
urusan.”
25. “Wahai anakku! Apabila engkau
mempunyai dua pilihan di antara takziah
orang mati atau hadir majlis
perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi
orang mati, sebab ianya akan
mengingatkanmu kepada kampung
akhirat sedangkan menghadiri pesta
perkahwinan hanya mengingatkan dirimu
kepada kesenangan duniawi sahaja.”
26. “Wahai anakku! Janganlah engkau
makan sampai kenyang yang berlebihan,
kerana sesungguhnya makan yang terlalu
kenyang itu adalah lebih baiknya bila
makanan itu diberikan kepada anjing
sahaja.”
27. “Wahai anakku! Janganlah engkau
terus menelan sahaja kerana manisnya
barang dan janganlah terus
memuntahkan saja pahitnya sesuatu
barang itu, kerana manis belum tentu
menimbulkan kesegaran dan pahit itu
belum tentu menimbulkan
kesengsaraan.”
28. “Wahai anakku! Aku pernah makan
makanan yang baik dan memeluk yang
terbaik tetapi aku tidak pernah melihat
sesuatu yang lebih lazat daripada
kesihatan.”
29. “Wahai anakku! Seandainya perut
dipenuhi makanan, akan tidurlah akal
fikiran, tergendala segala hikmah dan
lumpuhlah anggota badan untuk
beribadat.”
30. “Wahai anakku! Apabila perutmu
telah penuh sesak dengan makanan,
maka akan tidurlah fikiranmu, menjadi
lemah hikmahmu dan berhentilah
(malas) seluruh anggota tubuhmu
daripada beribadat kepada Allah SWT
dan hilanglah kebersihan hati (jiwa) dan
kehalusan pengertian, yang dengan
sebab keduanyalah dapat diperoleh
lazatnya munajat dan berkesannya zikir
pada jiwa.”
31. “Wahai anakku! Makanlah
makananmu bersama sama dengan
orang orang yang takwa dan
musyawarahlah urusanmu dengan para
alim ulamak dengan cara meminta
nasihat dari mereka.”
32. “Wahai anakku! Jangan engkau
berlaku derhaka terhadap ibu dan
ayahmu dengan apa jua sekalipun,
melainkan apabila mereka menyuruhmu
derhaka kepada Yang Maha Berkuasa.”
33. “Wahai anakku! Allah mewasiatkan
dirimu; berbuat baiklah dengan ibu dan
ayahmu. Justeru, jangan engkau
mengherdik mereka dengan perkataan
mahupun perbuatan dibenci.”
34. “Wahai anakku! Seandainya
ibubapamu marah kepadamu kerana
kesilapan yang kamu lakukan, maka
marahnya ibubapamu adalah bagaikan
baja bagi tanam-tanaman.”
35. “Wahai anakku! Orang yang merasa
dirinya hina dan rendah diri dalam
beribadat dan taat kepada Allah SWT,
maka dia tawadduk kepada Allah SWT,
dia akan lebih dekat kepada Allah SWT
dan selalu berusaha menghindarkan
maksiat kepada Allah SWT.”
36. “Wahai anakku! Seorang pendusta
akan lekas hilang air mukanya kerana
tidak dipercayai orang dan seorang yang
telah rosak akhlaknya akan sentiasa
banyak mengelamunkan hal-hal yang
tidak benar.”
37. “Wahai anakku! Andainya ada
sebutir biji sawi terpendam di dalam
batu, pasti ketahuan jua oleh Tuhanmu
Yang Maha Melihat, Allah Amat
Mengetahui segala sesuatu, zahir
mahupun batin atau apa yang engkau
sembunyikan di dalam dadamu.”
38. “Wahai anakku! Ketahuilah,
memindahkan batu besar dari tempatnya
semula itu lebih mudah daripada
memberi pengertian kepada orang yang
tidak mahu mengerti.”
39. “Wahai anakku! Engkau telah
merasakan betapa beratnya mengangkat
batu besar dan besi yang amat berat,
tetapi akan lebih lagi daripada semua itu
adalah bilamana engkau mempunyai
jiran yang jahat.”
40. “Wahai anakku! Aku pernah
memindahkan batu-bata dan memikul
besi, tetapi aku tidak pernah melihat
sesuatu yang lebih berat daripada
hutang.”
41. “Wahai anakku! Jauhkan dirimu dari
berhutang, kerana sesungguhnya
berhutang itu boleh menjadikan dirimu
hina di waktu siang dan gelisah di waktu
malam.”
42. “Wahai anakku! Apakah tidak engkau
perhatikan, apa yang Allah bentangkan
bagimu apa-apa yang ada di langit dan
di bumi daripada kebaikan yang amat
banyak?”
43. “Wahai anakku! Apa yang engkau
menikmati di kehidupan ini lantaran
kurniaan-Nya yang penuh keamanan,
keimanan dan kebaikan yang melimpah
ruah, di taman dunia yang subur mekar
dengan bunga-bungaan serta tumbuhan
yang berseri-seri.”
44. “Wahai anakku! Ambillah harta dunia
sekadar keperluanmu sahaja dan
nafkahkanlah yang selebihnya untuk
bekalan akhiratmu.”
45. “Wahai anakku! Janganlah engkau
condong kepada urusan dunia dan
hatimu selalu disusahkan oleh dunia
saja kerana engkau diciptakan Allah
SWT bukanlah untuk dunia sahaja.
Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih
hina daripada orang yang terpedaya
dengan dunianya.”
46. “Wahai anakku! Jangan engkau
buang dunia ini ke bakul sampah kerana
nanti engkau akan menjadi pengemis
yang membuat beban orang lain.
Sebaliknya janganlah engkau peluk
dunia ini serta meneguk habis airnya
kerana sesungguhnya yang engkau
makan dan pakai itu adalah tanah
belaka.”
47. “Wahai anakku! Tidak ada kebaikan
bagimu untuk mempelajari apa yang
belum kamu tahu sedangkan kamu
belum beramal dengan apa yang kamu
tahu.”
48. “Wahai anakku! Ingatlah dua perkara
iaitu Allah SWT dan mati, lupakan dua
perkara lain iaitu kebaikanmu terhadap
hak dirimu dan kebaikanmu terhadap
orang lain.”
49. “Wahai anakku! Kehinaan dalam
melakukan ketaatan kepada Allah
SWTlebih mendekatkan diri daripada
mulia dengan maksiat (perkara
menyebabkan dosa) kepada-Nya.
Janganlah anakku undurkan melakukan
taubat, sebab kematian datangnya tiba-
tiba, sedang malaikat maut tidak
memberitahukannya terlebih dulu.”
50. “Wahai anakku! Sesungguhnya lama
bersendirian itu dapat memahami untuk
berfikir dan lama berfikir itu adalah
petunjuk jalan ke syurga.”
Sumber: https://pramudyaputrautama. wordpress.
*Semoga berguna.Aamiin.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar