KITA MILIK TUHAN
?
لِلَّهِ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ
تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya
: “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” [al-Baqarah :
284].
Muaqddimah
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata:
Ketika turun ayat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Lillahi maa fis samaawaati wa maa fil ardh…dst. sampai "wallahu
'alaa kulli syai'in qadiir." Maka yang demikian membuat para sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keberatan, lalu mereka mendatangi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berlutut dan berkata,
"Wahai Rasulullah, kami dibebani dengan amal berat yang kami tidak sanggup
melakukannya. (Sudah ada beban) shalat, puasa, jihad dan sedekah. Sesungguhnya
telah diturunkan kepadamu ayat ini (yakni ayat di atas) dan kami tidak sanggup
memikulnya," maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Apakah kamu ingin mengatakan seperti yang dikatakan dua Ahli Kitab
sebelum kamu, yaitu, "Kami mendengar, namun kami mendurhakai? Bahkan katakanlah, "Kami mendengar dan kami taat.
Ampunan-Mu wahai Tuhan kami, kami minta dan kepada-Mulah tempat kembali."
Mereka pun berkata, "Kami mendengar dan kami taat. Ampunan-Mu yang Tuhan
kami, kami minta dan kepada-Mulah tempat kembali." Ketika mereka telah
mengucapkannya, maka lisan mereka pun tunduk mengikuti. Setelah itu, Allah
menurunkan ayat, "Aamanar rasuulu bimaa unzila ilaihi mir rabbihii wal
mu'minuun…dst." sampai "Wa ilaikal mashiir". Saat mereka telah
melakukannya, Allah menasakhnya dan menurunkan ayat (yang artinya), "Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan." Allah
berfirman, "Ya.". selanjutnya, "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
membebani Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami" Allah berfirman, "Ya." Selanjutnya, "Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami
memikulnya." Allah berfirman, "Ya." Selanjutnya,
"Ma'afkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong
Kami. Maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir. "
Tafsir Ayat ?
Allah
Ta’ala mengabarkan bahwa seluruh yang ada di langit dan di bumi adalah
milikNya, Dia yang menciptakan, memiliki dan mengaturNya. Oleh karenanya
barangsiapa yang menampakkan atau menyembunyikan apa yang ada di dalam dirinya,
baik berupa kebaikan ataupun keburukan, maka semua itu akan di-hisab
oleh Allah Ta’ala. Kemudian setelah itu Allah akan mengampuni siapa saja
yang Dia kehendaki dari kalangan orang-orang yang beriman dan bertakwa, dan Dia
akan menyiksa siapa saja yang Dia kehendaki dari kalangan orang-orang yang
berbuat syirik dan maksiat. BagiNya kesempurnaan pengaturan, karena semua
adalah makhlukNya, milikNya dan hambaNya.[1]
Sungguh
setelah itu Allah Ta’ala memuliakan kaum muslimin di mana Dia memaafkan
apa saja yang terlintas di dalam hati selagi bisikan hati itu tidak diikuti
dengan ucapan atau amal perbuatan, sebagaimana hal ini ada di dalam hadist[2] Rasulullah shallallohu
‘alaihi wa sallam.[3]
Imam
Ibnu Katsir berkata :
Pada
ayat tersebut Allah Ta’ala mengabarkan adanya tambahan atas ilmuNya,
yaitu Dia meng-hisab hal itu. Oleh karena itu ketika ayat ini turun,
para shahabat –semoga Allah meridhai mereka semua- merasa berat dan merasa
khawatir darinya, yaitu dari hisab Allah Ta’ala atas perbuatan mereka,
baik yang besar maupun yang kecil. Perasaan itu muncul dari besarnya keimanan
dan keyakinan mereka.
Imam
Ahmad berkata, ‘Affan menceritakan kepada kami : Abdurrahman bin Ibrahim
menceritakan kepada kami, :Abu Abdirrahman –yaitu al’Ala’- menceritakan
kepadaku, dari bapaknya, dari Abu Hurairah, dia berkata : ketika turun kepada
Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam ayat :
“Kepunyaan
Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah
akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Maka
yang demikian itu terasa berat oleh para shahabat Rasulullah shallallohu
‘alaihi wa sallam. Kemudian mereka mendatangi beliau dan berkata,
“Wahai Rasulullah, kami telah dibebani dengan amalan yang kami mampu, seperti
shalat, puasa, jihad dan sedekah. Dan sungguh telah turun kepada engkau ayat
ini, namun kami tidak mampu mengembannya.” Maka Rasulullah shallallohu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Apakah kalian hendak mengatakan apa yang dikatakan oleh
dua ahlul kitab sebelum kalian : kami mendengar dan kami mendurhukainya? Akan
tetapi ucapkanlah : kami mendengar dan kami mentaatinya. Ampunilah kami ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali! Ketika para shahabat mengiyakan
dan lisan mereka menurutinya, maka Allah menurunkan ayat :
“Rasul
telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.”
(Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali.” [al-Baqarah : 285].[4]
Maka
di saat para shahabat sudah melakukan hal itu, Allah Ta’ala me-nasakh
(menghapus) dan menurunkan ayat :
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir.” [al-Baqarah : 286]
Sumber:1.http://www.tafsir.web.id
Jakarta 8/1/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar