*Kebutuhan Manusia Perspektif Qur'an dan Sunnah*
Human Needs of the Perspective of the Qur'an and Sunnah
Author. Umar Fauzi
Abstraction
Humans
were created by Allah Almighty so that they would know and only worship
Him sincerely and according to the instructions of the Messenger of
Allah.
God confirms:
ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍﻹﻧْﺲَ ﺇِﻻ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥِ (56
And I did not create jinn and humans but that they worship Me.
(Adz-Dzariyat: 56)
According to Ibn Juraij, the meaning meant is that they know Me.
Ar-Rabi 'ibn Anas has said in connection with the meaning of His word:
but so that they worship me.
(Adz-Dzariyat: 56) Namely except for worship.
(Tafsir ibn Kathir)
The Prophet Muhammadiyah said:
ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ
ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳْﻦَ ، ﺗَﻤَﺴَّﻜُﻮْﺍ
ﺑِﻬَﺎ ﻭَﻋَﻀُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﺟِﺬِ ، ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ
ﺍْﻷُﻣُﻮْﺭِ ﺍْﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻛُﻞَّ ﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﺿَﻼَﻟَﺔٌ ﺿَﻼَﻟَﺔٌ
...
then it is mandatory for you to hold fast to my Sunnah and the Sunnah
of the Rashidun Khulafaur who receive instructions. Hold it tight and
bite it with your molars. And stay away from you new things, because in
fact every new case is a bid'ah. And every bid'ah is heretical. "[Ahmad]
Humans
with their strengths and weaknesses certainly have the desire and
ideals of a happy life, fulfilled their physical and spiritual needs.
But to achieve this is not easy and successful without serious struggle and sacrifice and great capital.
A wide variety of people seek solutions and answers in achieving the needs of provision and purpose of life.
Islam
is present on this earth is nothing but to give guidance and guidance
towards a life that is blessed by Him by sending the Messenger of Allah
as the bearer of grace and perfecting human morality.
With
this writing, it is hoped that a successful and successful life can be
achieved and will receive blessings from him by returning to the Qur'an
and Sunnah.
Keywords: needs, human, al-qur'an, as-sunnah.
Pendahuluan
Allah swt telah berfirman dalam surat az-Dzariyat ayat 56:
ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍﻹﻧْﺲَ ﺇِﻻ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥ
Artinya: ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu” .
(Qs, Adz Dzaariyat: 56)
Firman
tersebut diatas menegaskan bahwa Allah swt menciptakan jin dan manusia
agar betul-betul mengenal diriNya dan hanya beribadah kepadaNya semata
dengan ikhlas dan sesuai petunjuk Nabi Muhammad saw.
Al-’Imad
Ibnu Katsir mengatakan, “Makna beribadah kepada-Nya yaitu menaati-Nya
dengan cara melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang
dilarang. Itulah hakikat ajaran agama Islam. Sebab makna Islam adalah
menyerahkan diri kepada Allah ta’ala yang mengandung puncak ketundukan,
perendahan diri, dan kepatuhan.”
Al-Qurthubi
dalam tafsirnya mengatakan, “Makna asal dari ibadah adalah perendahan
diri dan ketundukan. Berbagai tugas/beban syari’at yang diberikan kepada
manusia (mukallaf) dinamai dengan ibadah; dikarenakan mereka harus
melaksanakannya dengan penuh ketundukan kepada Allah ta’ala.
Syaikhul
Islam mengatakan, “Ibadah adalah melakukan ketaatan kepada Allah yaitu
dengan melaksanakan perintah Allah yang disampaikan melalui lisan para
rasul.” Beliau juga menjelaskan, “Ibadah adalah istilah yang meliputi
segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, berupa ucapan
maupun perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi.”
Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu mengatakan mengenai ayat ini,
“Maknanya adalah tujuan-Ku (menciptakan mereka) adalah agar mereka
Ku-perintahkan beribadah kepada-Ku.” Sedangkan Mujahid mengatakan,
“Tujuan-Ku (menciptakan mereka) adalah untuk Aku perintah dan Aku
larang.”
Ali ibnu Abu
Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan
mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa.
Demikianlah
menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna
yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka mengenal-Ku.
Tanpa mengenal lebih dahulu tentang dirinya manusia sulit untuk mengenal Tuhan yang maha Esa.
Allah swt berfirman dalam al-Quran surat adz-dzariyay ayat :21
ﻭَﻓِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ ۚ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗُﺒْﺼِﺮُﻭﻥَ
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
(Dan
juga pada diri kalian sendiri) terdapat pula tanda-tanda yang
menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Nya, yaitu mulai dari permulaan
penciptaan kalian hingga akhirnya, dan di dalam susunan penciptaan
kalian terkandung pula keajaiban-keajaiban. (Maka apakah kalian tidak
memperhatikan?) akan hal tersebut yang karena itu lalu kalian dapat
menyimpulkan akan Penciptanya dan kekuasaan-Nya yang Maha Besar.
(tafsir jalalayn)
Dengan
mengenal diri sendiri lahir dan bathinnya, kelebihan dan kekurangannya
maka timbul kesadaran betapa kecilnya manusia dibanding dengan kebesaran
dan kekuasaan Tuhan sehingga mengakui dan tunduk pada perintah dan
larangan dariNya.
Manusia
menjadi rugi manakala tidak beriman kepada Tuhan yang menciptakan
semesta alam beserta isinya termasuk dirinya dan tidak banyak beramal
shalih,sungguhpun mereka luas pengetahuan Agama dan sains teknologinya.
Setiap
manusia akan menjadi rugi dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup
dariNya meskipun kaya harta,tinggi jabatan,luas ilmunya atau lainnya
kecuali benar iman dan banyak amal shalihnya dengan ikhlas karena Allah
swt semata.
Disamping
beriman dan beramal shalih tentu masih ada ilmu yang dibutuhkan manusia
agar dapat mencapai kehidupan yang bahagia lahir dsn bathin serta
selamat dunia-akhirat.
Allah swt berfirman:
ﻭَﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ
( 1 ) ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥَ ﻟَﻔِﻲ ﺧُﺴْﺮٍ ( 2 ) ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ
ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ ﻭَﺗَﻮَﺍﺻَﻮْﺍ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺗَﻮَﺍﺻَﻮْﺍ
ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ ( 3 )
”Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling
menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya
menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).
Pada akhir tafsir surat Al ‘Ashr ini, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
ﻓَﺒِﺎﻟِﺄَﻣْﺮَﻳْﻦِ
ﺍْﻷَﻭَّﻟِﻴْﻦَ، ﻳُﻜَﻤِّﻞُ ﺍْﻹِﻧْﺴَﺎﻥُ ﻧَﻔْﺴَﻪُ، ﻭَﺑِﺎﻟْﺄَﻣْﺮَﻳْﻦِ
ﺍْﻷَﺧِﻴْﺮِﻳْﻦَ ﻳُﻜَﻤِّﻞُ ﻏَﻴْﺮَﻩُ، ﻭَﺑِﺘَﻜْﻤِﻴْﻞِ ﺍْﻷُﻣُﻮْﺭِ
ﺍْﻷَﺭْﺑَﻌَﺔِ، ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﺍْﻹِﻧْﺴَﺎﻥُ ﻗَﺪْ ﺳَﻠِﻢَ ﺗﻌﻞ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨُﺴَﺎﺭِ،
ﻭَﻓَﺎﺯَ ﺑِﺎﻟْﺮِﺑْﺢِ [ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ ]
”Maka
dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat
menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir
(berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan
dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat
dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar” [Taisiir Karimir
Rohmaan hal. 934].
Untuk
dapat mencapai hasanah dunia dan akhirat dibutuhkan empat perkara yang
bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman ulama yang
sangat besar takutnya kepada Allah swt seperti imam Abu Hanifah,imam
Malik, imam Syafi'i dan imam Ahmad bin Hanbal disamping ulama lainnya.
Empat perkara yang dibutuhkan manusia khususnya ummat muslim yang mengingin hidup bahagia dunia dan akhirat ?
Pembahasan
Agar
manusia dapat meraih keberuntungan dan kebahagian hidup menurut Islam
wajib berjihad di jalah Allah swt dengan memahami hakekat rahmat dan
cara mencapainya; Mengambil rezki yang halal dengan cara yang
dibenarkan; Mencari hidayah dan menerimanya; Berlindung dan berdoa.
1. Hakekat Rahmat dan Cara Mencapainya.
Setiap
muslim pasti mendambahkan kasih-sayang dari Allah swt agar diberi
kemudahan beribadah menuntut ilmu dan mengamalkannya dengan ikhlas dan
istiqamah.
A. Makna Rahmat
Rahmat atau kasih-sayang Allah sangat dibutuhkan oleh manusia, khususnya orang beriman yang bertaqwa.
ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﺔ : ﺍﻟﺮِّﻗَّﺔُ ﻭﺍﻟﺘَّﻌَﻄُّﻒُ
Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab ,
Ibnul Mandzur).
Rahmat terdiri dari tiga huruf râ’ , h â’ , dan mîm . Menurut Ibnu Faris dalam Maqâyîs al-Lughah
setiap
kata Arab yang berakar dari tiga huruf râ’ , h â’ , dan mîm memiliki
arti dasar ‘kelembutan, kehalusan dan kasih sayang’. Sedangkan menurut
al-Ashfihani dalam Mufradât Alfâdzh al-Qur’an , kata rahmat berarti
‘kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang disayangi’. Terkadang
rahmat hanya khusus berate ‘kelembutan’. Kadang juga hanya berarti
‘berbuat baik’.
Dengan
makna rahmat tersebut diatas dapat difahami bahwa semua kasih-sayang dan
anugerah yang diberikan kepada manusia atau makhluk kainnya disebut
rahmat sebagaimana firman dibawah ini:
ﻣَﺎ
ﻳَﻔْﺘَﺢِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻣِﻦْ ﺭَﺣْﻤَﺔٍ ﻓَﻠَﺎ ﻣُﻤْﺴِﻚَ ﻟَﻬَﺎ ۖ ﻭَﻣَﺎ
ﻳُﻤْﺴِﻚْ ﻓَﻠَﺎ ﻣُﺮْﺳِﻞَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻩِ ۚ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰُ
ﺍﻟْﺤَﻜِﻴﻢُ
“Apa saja yang
Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada
seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah
maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS.Fathir:2)
(Apa
saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat) seperti
rezeki dan hujan (maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan
apa saja yang ditahan oleh Allah) dari hal-hal tersebut (maka tidak
seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu) sesudah Allah
menahannya. (Dan Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang atas perkara-Nya
(lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan-Nya.
(tafsir jalalayn)
Kata rahmat dalam beberapa ayat al-Qur'an mempunyai beberapa makna beragam, diantaranya:
1. Islam, yakni dalam ayat:
ﻳَﺨۡﺘَﺺُّ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺘِﻪِ ۦ ﻣَﻦ ﻳَﺸَﺎٓﺀُۗ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﺫُﻭ ﭐﻟۡﻔَﻀۡﻞِ ﭐﻟۡﻌَﻈِﻴﻢِ
Allah
menentukan rahmat-Nya [kenabian] kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah mempunyai karunia yang besar . (Q.S.Ali-Imran: 74).
2. Iman , seperti dalam firmanNya:
ﻗَﺎﻝَ
ﻳَـٰﻘَﻮۡﻡِ ﺃَﺭَﺀَﻳۡﺘُﻢۡ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺖُ ﻋَﻠَﻰٰ ﺑَﻴِّﻨَﺔٍ۬ ﻣِّﻦ ﺭَّﺑِّﻰ
ﻭَﺀَﺍﺗَٮٰﻨِﻰ ﺭَﺣۡﻤَﺔً۬ ﻣِّﻦۡ ﻋِﻨﺪِﻩِۦ ﻓَﻌُﻤِّﻴَﺖۡ ﻋَﻠَﻴۡﻜُﻢۡ
ﺃَﻧُﻠۡﺰِﻣُﻜُﻤُﻮﻫَﺎ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢۡ ﻟَﻬَﺎ ﻛَـٰﺮِﻫُﻮﻥَ
Berkata
Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti
yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi
rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu
menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?"
(Q.S. Hud: 28) .
3. Surga, yakni dalam ayat yang berbunyi:
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﭐﺑۡﻴَﻀَّﺖۡ ﻭُﺟُﻮﻫُﻬُﻢۡ ﻓَﻔِﻰ ﺭَﺣۡﻤَﺔِ ﭐﻟﻠَّﻪِ ﻫُﻢۡ ﻓِﻴﮩَﺎ ﺧَـٰﻠِﺪُﻭﻥَ
Adapun
orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat
Allah [surga]; mereka kekal di dalamnya . (Q.S. Ali-Imran: 107).
4. Hujan . sesuai dengan bunyi ayat berikut:
ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺮۡﺳِﻞُ ﭐﻟﺮِّﻳَـٰﺢَ ﺑُﺸۡﺮَۢﺍ ﺑَﻴۡﻦَ ﻳَﺪَﻯۡ ﺭَﺣۡﻤَﺘِﻪِ ۦۤۗ ﺃَﺀِﻟَـٰﻪٌ۬ ﻣَّﻊَ ﭐﻟﻠَّﻪِۚ ﺗَﻌَـٰﻠَﻰ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸۡﺮِڪُﻮﻥَ
dan
siapa [pula] kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum
[kedatangan] rahmat-Nya? [4] Apakah di samping Allah ada tuhan [yang
lain]? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan
[dengan-Nya] .
(Q.S. An-Naml: 63).
5. Rezeki . Ini makna pada firman Allah Ta'ala:
ﻗُﻞ
ﻟَّﻮۡ ﺃَﻧﺘُﻢۡ ﺗَﻤۡﻠِﻜُﻮﻥَ ﺧَﺰَﺍٓٮِٕﻦَ ﺭَﺣۡﻤَﺔِ ﺭَﺑِّﻰٓ ﺇِﺫً۬ﺍ
ﻟَّﺄَﻣۡﺴَﻜۡﺘُﻢۡ ﺧَﺸۡﻴَﺔَ ﭐﻟۡﺈِﻧﻔَﺎﻕِۚ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﭐﻟۡﺈِﻧﺴَـٰﻦُ ﻗَﺘُﻮﺭً۬ﺍ
Katakanlah:
"Kalau seandainya kamu menguasai khazanah rahmat Tuhanku, niscaya
khazanah itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". Dan adalah
manusia itu sangat kikir.
(Q.S. Al-Isra': 100).
6. Kesehatan. Berdasarkan firman Allah Ta'ala:
ﻗُﻞۡ
ﺃَﻓَﺮَﺀَﻳۡﺘُﻢ ﻣَّﺎ ﺗَﺪۡﻋُﻮﻥَ ﻣِﻦ ﺩُﻭﻥِ ﭐﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥۡ ﺃَﺭَﺍﺩَﻧِﻰَ ﭐﻟﻠَّﻪُ
ﺑِﻀُﺮٍّ ﻫَﻞۡ ﻫُﻦَّ ﻛَـٰﺸِﻔَـٰﺖُ ﺿُﺮِّﻩِۦۤ ﺃَﻭۡ ﺃَﺭَﺍﺩَﻧِﻰ ﺑِﺮَﺣۡﻤَﺔٍ
ﻫَﻞۡ ﻫُﻦَّ ﻣُﻤۡﺴِﻜَـٰﺖُ ﺭَﺣۡﻤَﺘِﻪِ ۦۚ ﻗُﻞۡ ﺣَﺴۡﺒِﻰَ ﭐﻟﻠَّﻪُۖ ﻋَﻠَﻴۡﻪِ
ﻳَﺘَﻮَڪَّﻞُ ﭐﻟۡﻤُﺘَﻮَﻛِّﻠُﻮﻥَ
Katakanlah:
"Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah,
jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah
berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika
Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan
rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah
bertawakkal orang-orang yang berserah diri.
(Q.S. Az-Zumar: 38).
B. Faedah Rahmat
Rahmat
Allah swt sangat luas dan akan diberikan kepada manusia baik yang
beriman kepadaNya atau yang ingkar khususnya disamping makhluk lainnya.
Manusia tidak boleh berputus asa dari rahmatNya sebagaiman firman dibawah ini:
ﻗُﻞْ
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺳْﺮَﻓُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻟَﺎ ﺗَﻘْﻨَﻄُﻮﺍ
ﻣِﻦْ ﺭَﺣْﻤَﺔِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏَ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﺇِﻧَّﻪُ
ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻐَﻔُﻮﺭُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢُ ( 53 ) ﻭَﺃَﻧِﻴﺒُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ
ﻭَﺃَﺳْﻠِﻤُﻮﺍ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞِ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺗِﻴَﻜُﻢُ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏُ ﺛُﻢَّ ﻟَﺎ
ﺗُﻨْﺼَﺮُﻭﻥَ ( 54 )
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah swt. Sesungguhnya Allah
Subhanahu Wata’alamengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu
kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi) .”
(QS. Az Zumar: 53-54).
Dalam tafsir Ibn Katsir, beliau meninterpretasikan ayat tersebut :
ﻫﺬﻩ
ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﺩﻋﻮﺓ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﻌﺼﺎﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻔﺮﺓ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﺍﻹﻧﺎﺑﺔ ،
ﻭﺇﺧﺒﺎﺭ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻐﻔﺮ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﻟﻤﻦ ﺗﺎﺏ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﺭﺟﻊ ﻋﻨﻬﺎ ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻬﻤﺎ
ﻛﺎﻧﺖ ﻭﺇﻥ ﻛﺜﺮﺕ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﻣﺜﻞ ﺯﺑﺪ ﺍﻟﺒﺤﺮ . ﻭﻻ ﻳﺼﺢ ﺣﻤﻞ ﻫﺬﻩ [ ﺍﻵﻳﺔ ] ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ
ﺗﻮﺑﺔ ; ﻷﻥ ﺍﻟﺸﺮﻙ ﻻ ﻳﻐﻔﺮ ﻟﻤﻦ ﻟﻢ ﻳﺘﺐ ﻣﻨﻪ .
”
Ayat yang mulia ini merupakan dakwah (ajakan) kepada semua orang yang
bermaksiat baik dari kalangan kafir maupun selainnya untuk bertaubat
kepada allah swt, dan merupakan khobar (pemberitaan) sesungguhnya Allah
Subhanahu Wata’ala mengampuni seluruh dosa bagi siapa saja yang bertobat
dan kembali padanya dari dosa tersebut, sekalipun dosa itu sudah seluas
lautan. Dan tidak sah mengartikan ayat ini pada selain taubat; karena
syirik (menyekutukan) Allah Subhanahu Wata’ala ti dak akan diampuni bagi
orang yang tidak bertaubat dari kesyirikan tersebut.”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda dalam hadistnya:
ﺍﻟﻔﺎﺟﺮ ﺍﻟﺮﺍﺟﻲ ﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ ﺃﻗﺮﺏ ﺍﻟﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺑﺪ ﺍﻟﻤﻘﻨﻂ
“Pendosa yang selalu mengaharap rahmat Allah Subhanahu Wata’ala itu lebih dekat kepada Allah
dibanding hamba yang putus asa akan rahmat Allah.”
Dengan bertaubat nashuha, Allah swt akan memberi rahmatNya kepada hamba yang dikehendakiNya sehingga dosa-dosanya diampuni.
C.Orang-Orang yang Mendapat Rahmat.
Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang mengkhabarkan tentang hamba-hamba Allah swt yang mendapat rahmat dariNya, diantaranya:
1. Beriman, berhijrah dan berjihad.
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di
jalan Allah , mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, Allah maha
pengampun, Maha Penyayang
( Q. Al-Baqarah: 218)
2. Patuh kepada Allah dan rasulNya.
Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat
(QS. Ali 'Imran: 132)
3. Mati syahid.
Dan
sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah atau mati, sungguh,
pastilah ampunan Allah dan rahmatNya lebih baik (bagimu) daripada apa
(harta hampasan) yang mereka kumpulkan.
( Q.S. Ali 'Imran:157)
4. Patuh dan bertawakal kepada Allah swt.
Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rshmat."
(QS. Al-An'am: 155).
5. Berbuat kebaikan.
"Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-A'raf: 56)
6. Bertaqwa kepada
Allah swt.
Dan
herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui
seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan
kepadamu dan agar kamu bertaqwa, sehingga kamu mendapat rahmat
( Q.S Al A'raaf:63)
7. Mendengar dan memperhatikan al-Qur'an.
Dan apabila dibacakan Al-Qur`an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
Rahmat." (QS. al-A'raf: 204).
8. Berinfak dengan ikhlas.
Sesungguhnya
infak itu ada suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada
Allah), kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rshmat (surga)-Nya,
sesungguhnya Allah maha pengampun, maha penyayang
(Q.S At-Taubah :99)
9. Penghuni surga.
Tuhan mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhaan dan surga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya.
(Q.S At-Taubah :21)
D.Keagungan Rahmat Allah swt.
Calon
penghuni surga adalah mereka yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt
serta karena rahmatNyalah yang menentukan seseorang masuk surga dan
tidaknya.
Jika kembali
kepada cakupan makna rahmat maka tepat sekali seorang hamba bisa masuk
kerena rahmat dariNya bukan murni ibadah dan amal shalih.
Sungguhpun demikian, ibadah dan amal shalih seseorang itu juga rahmat dariNya.
ﻟَﺎ ﻳُﺪْﺧِﻞُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ، ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺠِﻴﺮُﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ، ﻭَﻟَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺮَﺣْﻤَﺔٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
“
Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan
menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan
rahmat dari Allah ” (HR. Muslim no. 2817).
Sementara dalam beberapa ayat diterangkan bahwa amalan adalah sebab seorang masuk surga. Seperti ayat berikut,
ﻭَﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺃُﻭﺭِﺛْﺘُﻤُﻮﻫَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“ Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, disebabkan amal sholeh kalian dahulu di dunia”
(QS. Az-Zukhruf : 72).
ﻭﺣﻮﺭ ﻋِﻴﻦٌ * ﻛَﺄَﻣْﺜَﺎﻝِ ﺍﻟﻠُّﺆْﻟُﺆِ ﺍﻟْﻤَﻜْﻨُﻮﻥِ * ﺟَﺰَﺍﺀً ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“
Bidadari-bidadari surga berkulit putih bersih dan bermata indah.
Bidadari -bidadari itu putih bersih bagaikan mutiara-mutiara yang
bejejer rapi. Semua itu sebagai balasan bagi orang-orang mukmin atas
amal sholih yang mereka kerjakan di dunia ”
(QS. Al-Waaqi’ah: 22-24).
Dengan
hadits dan ayat tersebut diatas, jelas rahmat Allah swt yang menentukan
seseorang berhak masuk surga disamping amal ibadahnya yang ikhlas dan
sesuai petunjuk rasulullah saw.
E.Perintah Menebar Kasih-Sayang.
ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤُﻮﻥَ ﻳَﺮْﺣَﻤُﻬُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦُ ﺍﺭْﺣَﻤُﻮﺍ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻳَﺮْﺣَﻤْﻜُﻢْ ﻣَﻦْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ »
“Orang-orang
yang berbuat kasih sayang akan disayang oleh ‘Ar-Rahman’ (Yang maha
Penyayang), maka sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi ini niscaya
engkau akan disayang oleh (Allah) yang ada diatas langit.” (HR. Ahmad
dan Abu Dawud)
Dari
ayat-ayat al-Qur'an dan hadits serta keterangan tersebut diatas,
seseorang sangat membutuhkan rahmat Allah swt dalam menempuh kehidupan
dunia yang penuh rintangan dan cobaan hidup sehingga selamat dari
perbuatan maksiat dan dosa disamping tercapai keinginannya,sukses dan
berkah hidupnya.
Sungguh
termasuk orang-orang beruntung dan bahagia yang beriman dan mendapat
rahmat dari Allah swt dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup sehingga
selamat dari api siksa neraka.
2. Mengambil Rezki yang Halal.
Manusia dalam mencari rezki bermacam-macam raranya sesuai dengan profesinya masing-masing.
Pekerjaan
mereka ada yang menyengkan atau sebaliknya. Bagi seorang muslim dalam
bekerja terikat dengan aturan agamanya, hanya yang halal dibolehkan dan
yang haram wajib dihindari agar hidup mendapat rahmat dan berkah
dariNya.
Allah swt berfirman:
ﻭَﻗُﻞِ
ﺍﻋْﻤَﻠُﻮﺍ ﻓَﺴَﻴَﺮَﻯ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻤَﻠَﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ۖ
ﻭَﺳَﺘُﺮَﺩُّﻭﻥَ ﺇِﻟَﻰٰ ﻋَﺎﻟِﻢِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﺎﺩَﺓِ ﻓَﻴُﻨَﺒِّﺌُﻜُﻢْ
ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Dan
Katakanlah: “Bekerja lah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.(at-Taubah:105)
Imam
Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq,
dari Sufyan, dari orang yang telah mendengarnya dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"
ﺇِﻥَّ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﺗُﻌْﺮَﺽُ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻗَﺎﺭِﺑِﻜُﻢْ ﻭَﻋَﺸَﺎﺋِﺮِﻛُﻢْ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﺕِ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﺍﺳْﺘَﺒْﺸَﺮُﻭﺍ ﺑِﻪِ، ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ
ﻏَﻴْﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ، ﻟَﺎ ﺗُﻤِﺘْﻬُﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻬْﺪِﻳَﻬُﻢْ
ﻛَﻤَﺎ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ "
Sesungguhnya
amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian yang
telah mati. Jika hal itu baik maka mereka bergembira karenanya; dan
jika hal itu sebaliknya, maka mereka berdoa, "Ya Allah, janganlah Engkau
matikan mereka sebelum Engkau beri mereka hidayah, sebagaimana Engkau
telah memberi kami hidayah.”
ﻣَﺎ
ﺃَﻛَﻞَ ﺃَﺣَﺪٌ ﻃَﻌَﺎﻣﺎً ﻗَﻂْ ﺧَﻴْﺮﺍً ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞِ
ﻳَﺪِﻩِ ﻭَﺇِﻥَّ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠﻪِ ﺩَﺍﻭُﺩَ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺄْﻛُﻞُ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞِ ﻳَﺪِﻩِ .
“Tidaklah
seseorang memakan makanan yang lebih baik dari memakan hasil jerih
payahnya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil jerih
payahnya sendiri”.
[HR Bukhari no. 1966 dari Al Miqdam bin Ma’diyakrib Radhiyallahu ‘anhu].
Hidup membutuhkan makan dan lainnya yang terpenting adalah rezki yang halal dan berkah dari Allah swt disamping beribadah.
A.Makna Rezki
Di
dalam Lisan al ‘Arab, Ibnu al Manzhur rahimahullah menjelaskan, ar
rizqu, adalah sebuah kata yang sudah dimengerti maknanya, dan terdiri
dari dua macam. Pertama, yang bersifat zhahirah (nampak terlihat),
semisal bahan makanan pokok. Kedua, yang bersifat bathinah bagi hati dan
jiwa, berbentuk pengetahuan dan ilmu-ilmu.
[ Lisanu al ‘Arab, 10/1115]
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam hadits yang panjang :
ﺇِﻥَّ
ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﻳُﺠْﻤَﻊُ ﺧَﻠْﻘُﻪُ ﻓِﻲ ﺑَﻄْﻦِ ﺃُﻣِّﻪِ ……ﺛُﻢَّ ﻳُﺮْﺳَﻞُ
ﺍﻟْﻤَﻠَﻚُ ﻓَﻴَﻨْﻔُﺦُ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺮُّﻭﺡَ ﻭَﻳُﺆْﻣَﺮُ ﺑِﺄَﺭْﺑَﻊِ ﻛَﻠِﻤَﺎﺕٍ
ﺑِﻜَﺘْﺐِ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﺃَﺟَﻠِﻪِ ﻭَﻋَﻤَﻠِﻪِ ﻭَﺷَﻘِﻲٌّ ﺃَﻭْ ﺳَﻌِﻴﺪٌ
“Sesungguhnya
salah seorang dari kalian dihimpun penciptaannya di perut ibunya …
lantas diutuslah malaikat dan meniupkan ruh padanya. Dan ia diperintah
untuk menuliskan empat ketetapan, (yaitu) menulis rizki, ajal, amalan
dan apakah ia (nanti) celaka atau bahagia …”.
[HR Muslim, kitab al Qadr, bab Kaifa al Khalqu al Adami fi Bathni Ummi wa Kitabati Rizqihi, 4/ 2037-2038]
Kendatipun
rizki telah ditetapkan semenjak manusia berada di perut ibunya, tetapi
Allah Subhanhu wa Ta’ala tidak menjelaskan secara detail. Tidak ada
seorang manusia pun yang mengetahui pendapatan rizki yang akan ia
peroleh pada setiap harinya, ataupun selama hidupnya. Ini semua
mengandung hikmah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺪْﺭِﻱ ﻧَﻔْﺲٌ ﻣَﺎﺫَﺍ ﺗَﻜْﺴِﺐُ ﻏَﺪًﺍ
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diperolehnya besok”. [Luqman/31 : 34]
B. Perintah Mencari Rezki.
Meskipun
rezki sudah ditentukan sejak zaman azali manusia tetap dianjurkan untuk
berusaha mengambilnya dengan cara yang dibenarkan supaya berkah
rezkinya.
Bisa pekerjaan sama tapi banyak atau berkah tergantung usaha dan taqwa seseorang.
Renungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ﻓَﺈِﺫَﺍ
ﻗُﻀِﻴَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻓَﺎﻧْﺘَﺸِﺮُﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﺍﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻞِ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
“Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”.
[al Jumu’ah/62 : 10].
Al Qurthubi rahimahullah mengatakan:
“Berpencarlah
kalian di bumi untuk berdagang, dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kalian, serta untuk mencari sebagian dari rizki Allah Subhanahu wa
Ta’ala ”.
[3]. Al Jami’ li Ahkami al Qur`an (18/105).
Allah Subhanahu wa Ta’alal berfirman :
ﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﺫَﻟُﻮﻟًﺎ ﻓَﺎﻣْﺸُﻮﺍ ﻓِﻲ ﻣَﻨَﺎﻛِﺒِﻬَﺎ ﻭَﻛُﻠُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺭِﺯْﻗِﻪِ
“Dia-lah
yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizkiNya”. [al Mulk/67 : 15].
Tentang
ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan : “Menyebarlah kemanapun kalian
inginkan di penjuru-penjurunya, dan berkelilinglah di sudut-sudut,
tepian dan wilayah-wilayahnya untuk menjalankan usaha dan perniagaan”.
[4]Tafsir al Qur`ani al ‘Azhim (4/105), dengan ringkasan.
D.Rezki Halal atau Haram.
Rezki
yang diperoleh dengan cara halal atau haram pasti mempunyai dampak
lshir dan bathin bagi manusia, khususnya yang patuh beragama.
Jika halal maka hidupnya berkah dan bila haram hidupnya tidak baik dan terancam nanti di hari kiamat hari pembalasan.
Al
Qur`an dan Sunnah telah mendorong manusia agar mencari rizki yang halal
lagi thayyib. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺃَﻳُّﻬَﺎ
ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺃَﺟْﻤِﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﻠَﺐِ ﻓَﺈِﻥَّ ﻧَﻔْﺴًﺎ
ﻟَﻦْ ﺗَﻤُﻮﺕَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺴْﺘَﻮْﻓِﻲَ ﺭِﺯْﻗَﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺑْﻄَﺄَ ﻋَﻨْﻬَﺎ
ﻓَﺎﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺃَﺟْﻤِﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﻠَﺐِ
“Wahai
manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam
mencari (rizki). Sesungguhnya seseorang tidak akan meninggal sampai ia
sudah meraih seluruh (bagian) rizkinya, meskipun tertunda darinya.
Bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari
(rizki)”.
[5]HR Ibnu Majah, kitab at Tijarat, bab al Iqtishad fi Thalabi al Ma’isyah (2/724)
Rezki
yang diperoleh dengan cara halal maka seseorang hidup akan mendapat
keberkahan dariNya tentu dengan rajin ibadah dan beramal shalih ikhlas
karena Allah semata.
Agar rezki bertambah berkah maka seorang muslim butuh petunjuk agama yang diyakini atas kebenarannya.
Tiga langkah rezki bisa menjadi berkah yaitu:
Pertama : Syukur.
Kenikmatan
yang didapatkan seseorang pada setiap datang, tidak terhitung
jumlahnya, termasuk di antaranya harta benda. Kenikmatan ini menuntut
seseorang untuk memanifestasikan syukur kepada al Khaliq yang telah
melimpahkan rizki. Rasa syukur dan terima kasih serta pujian kepada
Allah Azza wa Jalla atas nikmat itu, merupakan salah satu jalan untuk
mendapatkan berkah dan tambahan pada harta yang dimiliki.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ﻟَﺌِﻦْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻟَﺄَﺯِﻳﺪَﻧَّﻜُﻢْ
“Jika engkau bersyukur, niscaya Kami benar-benar akan menambahimu”. [Ibrahim : 7].
Al
Qurthubi menjelaskan, artinya, jika engkau mensyukuri nikmatKu, niscaya
Aku tambahkan kepada kalian dari kemurahanKu. Ayat ini merupakan dalil
yang tegas bahwa bersyukur menjadi factor yang akan menambah kenikmatan
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
[Al Jami’u li Ahkami al Qur`an (9/353).]
Ibnul
Qayyim berkata, “Allah menjadikan sikap bersyukur sebagai salah satu
sebab bertambahnya rizki, pemeliharaan dan penjagaan atas nikmatNya
(pada orang yang bersyukur). (Demikian ini merupakan) tangga bagi orang
bersyukur menuju Dzat yang disyukuri. Bahkan hal itu menempatkannya
menjadi yang disyukuri”.
[Madarijus Salikin (2/252) ]
Kedua : Shadaqoh.
Tidak
sedikit ayat dan hadits yang menjelaskan shadaqoh dan infak merupakan
salah satu penunjang yang dapat mendatangkan rizki dan meraih berkah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ﻳَﻤْﺤَﻖُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﻭَﻳُﺮْﺑِﻲ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺎﺕِ
“Allah menghapuskan riba dan mengembangkan shadaqoh”.
[al Baqarah : 276].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Asma` bintu Abi Bakar Radhiyallahu ‘anha :
ﺃَﻧْﻔِﻘِﻲ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺤْﺼِﻲ ﻓَﻴُﺤْﺼِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻚِ
“Berinfaklah, janganlah engkau menahan diri, akibatnya Allah akan memutus (berkah) darimu”.
[HR al Bukhari (3/299-300, 3/301, 5/217), Muslim (2/713), Abu Dawud (2/134), at Tirmidzi (6/94), an Nasaa-i (5/74).]
Al
Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,”Larangan dari menahan diri
untuk bersedekah lantaran takut habis (apa yang dimiliki), sikap ini
merupakan faktor paling yang mempengaruhi terhentinya keberkahan. Karena
Allah membalas pahala infak tanpa ada batas hitungannya.”
[Fat-hul Bari (3/301).]
Ketiga : Silaturahmi.
Usaha
lain yang bisa mendukung bertambahnya rizki dan bisa mendatangkan
keberkahan pada harta yang dimiliki, yaitu menyambung jalinan
silaturahmi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺳَﺮَّﻩُ ﺃَﻥْ ﻳُﺒْﺴَﻂَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﻨْﺴَﺄَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺛَﺮِﻩِ ﻓَﻠْﻴَﺼِﻞْ ﺭَﺣِﻤَﻪُ
“Barangsiapa ingin dilapangkan dalam rizkinya dan ditunda ajalnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi”.
[ HR al Bukhari (4/301), (10/415).]
Al
Hafizh rahiamhullah berkata : “Para ulama mengatakan, yang dimaksud
dilapangkan rizkinya adalah, adanya keberkahan padanya. Sebab menyambung
tali silaturahmi adalah sedekah, dan sedekah mengembangkan harta,
sehingga semakin bertambah dan bersih”.
[Fathul Bari (4/303).]
Sebaliknya jika rezki diambil dengan cara yang tidak benar maka terancam kehidupan seseorang dari putusnya keberkahan dari
Allah swt.
ﻭَﻛُﻠُﻮﺍ ﻣِﻤَّﺎ ﺭَﺯَﻗَﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺣَﻠَﺎﻟًﺎ ﻃَﻴِّﺒًﺎ ۚ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺑِﻪِ ﻣُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allâh telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allâh yang kamu beriman
kepada-Nya.[al-Mâidah/5:88]
Dari Abi Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻣَﻦْ ﺃﻛَﻞَ ﻃَﻴِّﺒًﺎ ، ﻭﻋَﻤِﻞَ ﻓِﻲ ﺳُﻨَّﺔٍ ، ﻭَﺃَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨﺎﺱُ ﺑَﻮَﺍﺋِﻘَﻪُ ، ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ
Barangsiapa
mengkonsumsi sesuatu yang baik, melaksanakan sunnah dan masyarakat
sekitarnya tidak terganggu dengan keburukannya, maka dia masuk surga’.
[HR. Tirmidzi]
Ayat al-Qur'an dan al-Hadits menganjurkan makanan yang halal dan bergizi agar hidup berkah dan surga tempat kembalinya.
anhuma, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻻَ ﻳَﻘْﺒَﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺻَﻼﺓً ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻃَﻬُﻮﺭٍ ، ﻭَﻻَ ﺻَﺪَﻗَﺔً ﻣِﻦْ ﻏُﻠُﻮﻝٍ
Allâh
tidak akan menerima shalat seseorang tanpa berwudlu (bersuci), dan
tidak akan menerima sedekah dengan harta ghulul (curian/korupsi) [HR.
Muslim]
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻳَﺎ ﻛَﻌْﺐُ ﺑْﻦَ ﻋُﺠْﺮَﺓَ ﺇِﻧَّﻪُ ﻻَ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻟَﺤْﻢٌ ﻧَﺒَﺖَ ﻣِﻦْ ﺳُﺤْﺖٍ
Wahai
Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang
tumbuh dari makanan haram. [HR. Ibn Hibban dalam Shahîhnya]
Dengan
hadits tersebut jelas bahwa Allah swt tidak menerima shalat tanpa wudhu
dan sedekah dengan harta haram serta memasukkan neraka bagi daging yang
tumbuh dari harta haram.
3.Mencari Hidayah dan Menerimanya.
Allah
swt menurunkan al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat
Jibril as dengan bahasa Arab yang tertulis dalam mushab diawali dengan
surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas yang dianggap beribadah
membacanya.
Al-Qur'an
al-Karim sebagai petunjuk pada umumnya dan khususnya buat hamba-hambaNya
beriman yang bertaqwa sebagai way of life baik sebagai pribadi, berumah
tangga, bermasyarakat bahkan bernegara.
Islam hadir dengan cara damai dan membawa rahmatan, menebar kasih-sayang untuk semesta alam, itulah Islam kaffah.
Sebagai
seorang muslim yang bertaqwa tentu menerima semua nilai-nilai al-Qur'an
dan mematuhi perintah dan larangannya dengan ikhlas dan istiqama.
Bicara tentang hidayah al-Qur'an mudah tapi tidak mudah menerima petunjuknya kecuali orang-orang beriman yang bertaqwa.
Umur
manusia sangat terbatas dan rahasia, untuk itu seorang muslim tentu
berharap mendapat hidayah sebelum menghembuskan nafas terakhirnya dalam
kaadaan muslim yang bertaubat.
Allah swt memerintahkan kepada orang-orang beriman agar istiqamah memintak hidayahNya.
ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺎ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻣَﻦ ﻳَﺸَﺎﺀُ ۚ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﺎﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻳﻦَ ٨: ٥٦
“Sesungguhnya
engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada
orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang
Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk”.
[Al Qashash/28 : 56]
Petunjuk
muthlak milik Allah swt yang bisa merubah hati seseorang dari kekufuran
menjadi beriman kepadaNya termasuk nabipun nggak sanggup merubahnya.
Nabi Muhammad saw hanya menyampaikan hidayah al-Qur'an dan lainnya
sedangkan diterima dan tidaknya oleh seseorang tergantung kehendak Allah
swt.
Allah swt berfirman:
{ ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢَ }
“ Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.
Syaikh
‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Doa (dalam ayat ini) termasuk doa yang
paling menyeluruh dan bermanfaat bagi manusia, oleh karena itu, wajib
bagi setiap muslim untuk berdoa kepada-Nya dengan doa ini di setiap
rakaat dalam shalatnya, karena kebutuhannya yang sangat besar terhadap
hal tersebut” .
[Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 39).]
Dalam banyak hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan kepada kita doa memohon hidayah kepada Allah
Ta’ala . Misalnya doa yang dibaca dalam qunut shalat witir:
(( ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﻓِﻴﻤَﻦْ ﻫَﺪَﻳْﺖ ))
“ Ya Allah, berikanlah hidayah kepadaku di dalam golongan orang-orang yang Engkau berikan hidayah ” .
[HR Abu Dawud (no. 1425), at-Tirmidzi (no. 464) dan an-Nasa-i (3/248),]
Juga doa beliau Shallallahu’alaihi Wasallam :
(( ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻭَﺍﻟﺘُّﻘَﻰ، ﻭَﺍﻟْﻌِﻔَّﺔَ ﻭَﺍﻟْﻐِﻨَﻰ ))
“
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri
(dari segala keburukan) dan kekayaan hati (selalu merasa cukup dengan
pemberian-Mu) ” .[HR Muslim (no. 2721).]
A. Makna Hidayah.
Pengertian hidayah banyak ragamnya dan hidayah keimanan hanya milik Allah swt yang diberikan kepada orang yang dikehendaki.
Berbicara
tentang hidayah berarti membahas perkara yang paling penting dan
kebutuhan yang paling besar dalam kehidupan manusia. Betapa tidak,
hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di
dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah
Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang
besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.
Allah Ta’ala berfirman:
{ ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺍﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِﻱ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮُﻭﻥَ}
“
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat
petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang
disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan
akhirat) ”
(QS al-A’raaf:178).
Dalam ayat lain, Dia Ta’ala juga berfirman:
{ ﻣَﻦ ﻳَﻬْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺍﻟْﻤُﻬْﺘَﺪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻠَﻦْ ﺗَﺠِﺪَ ﻟَﻪُ ﻭَﻟِﻴًّﺎ ﻣُﺮْﺷِﺪًﺍ}
“
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat
petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang
disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun yang
dapat memberi petunjuk kepadanya ”
(QS al-Kahf:17).
Dalam sebuah hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman,
ﻳَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩِﻯ ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﺿَﺎﻝٌّ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﻫَﺪَﻳْﺘُﻪُ ﻓَﺎﺳْﺘَﻬْﺪُﻭﻧِﻰ ﺃَﻫْﺪِﻛُﻢْ
“
Wahai sekalian hamba-Ku, kalian semua berada dalam kesesatan kecuali
yang Kuberi petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya akan
Kuberi petunjuk .” (HR. Muslim no. 6737)
Hidayah secara bahasa berarti ar-rasyaad (bimbingan) dan ad-dalaalah (dalil/petunjuk) .
[Lihat kitab “al-Qaamuushul muhiith” (hal. 1733).
Kata
Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah
menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah : hadaa, yahdii, hadyan,
hudan, hidyatan, hidaayatan. Khusus yang terakhir, kata hidaayatan kalau
wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa
Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah :
“Dholalah” yang berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi),
Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan
kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah.
Keterangan Ulama tentang Hidayah
Ibnul
Qayyim menjelaskan bahwa hidayah dimulai dengan keterangan dan
penjelasan, setelah itu taufik dan ilham. Hal ini setelah adanya
keterangan dan penjelasan. Tidak ada jalan untuk mencapai tahap
keterangan dan penjelasan kecuali melalui para rasul. Apabila tahap
keterangan dan penjelasan telah tercapai, hidayah taufik bisa terwujud.
(Fathul Bari 1/211)
B. Macamnya Hidayah.
Para
Ulama besar Islam telah menjelaskan dengan rinci dan mendalam perihal
Hidayah/Hudan, khususnya yang diambil dari Al-Qur’an seperti yang
ditulis oleh Al-Balkhi dalam bukunya “Al-Asybah wa An-Nazho-ir”, Yahya
Ibnu Salam dalam bukunya “At-Tashoriif”, As-Suyuthi dalam bukunya
“Al-Itqon” dan Ibnul Qoyyim Al-Jawzi dalam bukunya “Nuzhatu Al-A’yun
An-Nawazhir”.
Hidayah/Hudan Dalam Al-Qur’an
tercantum sekitar 171 ayat dan terdapat pula dalam 52 Hadits. Sedangkan
pengertian Hidayah / Hudan dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat sekitar
27 makna. Di antaranya bermakna : penjelasan, agama Islam, Iman
(keyakinan), seruan, pengetahuan, perintah, lurus/cerdas, rasul /kitab,
Al-Qur’an, Taurat, taufiq/ketepatan, menegakkan argumentasi, Tauhid/
mengesakan Allah, Sunnah/Jalan, perbaikan, ilham/insting, kemampuan
menilai, pengajaran, karunia, mendorong, mati dalam Islam, pahala,
mengingatkan, benar dan kokoh/konsisten.
Dari 27 pengertian tersebut di atas, sesungguhnya Hidayah secara umum, terbagi menjadi empat bagian utama , yaitu:
a. Hidayah I’tiqodiyah (Petunjuk Terkait Keyakinan Hidup)
Allah berfirman, yang artinya:
“Jika
kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk (keyakinan hidup),
maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang
disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong” . (Q.S.
An-Nahl : 37)
b. Hidayah Thoriqiyah (Petunjuk Terkait Jalan Hidup, yakni Islam yang didasari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw)
seperti firman Allah, yang artinya:
“Bagi
tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka
lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan
(syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu
benar-benar berada pada jalan yang lurus (Islam)”. (Q.S. Al-Hajj: 67)
c. Hidayah ‘Amaliyah (Petunjuk Terkait Aktivitas Hidup)
seperti firman Allah, yang artinya:
Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S.
Al-Ankabut: 69)
d. Hidayah Fithriyah (Fitrah).
Hidayah
Fithriyah ini terkait dengan kecenderungan alami yang Allah tanamkan
dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan Pencipta, mentauhidkan-Nya dan
melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri mereka. Realisasinya
tergantung atas pilihan dan keinginan mereka sendiri. Sumbernya adalah
Qalb (hati nurani) dan akal fikiran yang masih bersih (fithriyah)
sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim. Allah menjelaskan dalam
firmannya:
Kemudian tatkala dia melihat bulan
terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam
dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat” . (Q.S. Al-An’am: 77)
Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa hidayah yang diberikan Allah l untuk manusia ada empat tingkatan.
1.
Hidayah yang diberikan oleh Allah l kepada seluruh makhluk mukallaf
(jin dan manusia), seperti akal, kecerdasan, dan pengetahuan tentang
hal-hal yang bersifat dharuri (sebuah kemestian). Ini sebagaimana firman
Allah swt:
Musa berkata, “Rabb kami ialah (Rabb)
yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 50)
2. Hidayah yang dibawa dan diemban para nabi untuk dijelaskan kepada manusia dan jin, sebagaimana firman Allah swt:
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami.” (al-Anbiya: 73)
3.
Hidayah berupa taufik untuk tunduk dan mengikuti kebenaran. Hidayah ini
dikhususkan bagi hamba yang beriman dan menerima syariat Allah swt.
Sebagaimana firman Allah swt:
“Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.”
(at-Taghabun: 11)
4. Hidayah untuk masuk ke dalam surga pada hari kiamat nanti. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah swt:
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini.” (al-A’raf: 43)
Ibnul
Qayyim juga berkata, “Jika seorang hamba beriman kepada Al-Qur’an dan
menjadikannya sebagai pedoman hidayah secara umum, ia menerima
perintah-perintah di dalamnya dan membenarkan berita-beritanya. Hal ini
akan menjadi sebab baginya meraih hidayah lain dengan lebih terperinci
lagi, karena hidayah itu tidak ada ujungnya meskipun seorang hamba telah
mencapai tingkat hidayah setinggi-tingginya.
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Maryam: 76) (Tanwir al-Hawalik 1/177)
Imam Ibnu Rajab al-Hambali membagi hidayah menjadi dua:
.
Hidayah yang bersifat mujmal (garis besar/global), yaitu hidayah kepada
agama Islam dan iman, yang ini dianugerahkan-Nya kepada setiap muslim.
.
Hidayah yang bersifat rinci dan detail, yaitu hidayah untuk mengetahui
perincian cabang-cabang imam dan islam, serta pertolongan-Nya untuk
mengamalkan semua itu. Hidayah ini sangat dibutuhkan oleh setiap mukmin
di siang dan malam” .
[Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam ” (hal. 225).]
C. Cara Mendapat Hidayah.
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺁﺕِ ﻧَﻔْﺴِﻲْ ﺗَﻘْﻮَﺍﻫَﺎ ﻭَﺯَﻛِّﻬَﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﻣَﻦْ ﺯَﻛَّﺎﻫَﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﻭَﻟِﻴُّﻬَﺎ ﻭَﻣَﻮْﻟَﺎﻫَﺎ
“Ya
Allah, berikanlah jiwaku ketakwaannya dan sucikanlah ia, Engkaulah yang
sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, karena Engkaulah Penolong dan Yang
Memilikinya.”
(HR. Muslim, no. 7081)
Banyak cara untuk mendapatkan hidayah bisa dengan membaca al-Qur'an dan lainnya atau melalui perenungan dan pencarian.
Bagaimana al-Qur'an dan as-Sunnah memberi petunjuk untuk mendapatkannya.
Pertama: Beristighfar dan beetaubat.
ﻓَﻘُﻠْﺖُ
ﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺇِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻏَﻔَّﺎﺭﺍً . ﻳُﺮْﺳِﻞِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀ
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢ ﻣِّﺪْﺭَﺍﺭﺍً . ﻭَﻳُﻤْﺪِﺩْﻛُﻢْ ﺑِﺄَﻣْﻮَﺍﻝٍ ﻭَﺑَﻨِﻴﻦَ ﻭَﻳَﺠْﻌَﻞ
ﻟَّﻜُﻢْ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﻭَﻳَﺠْﻌَﻞ ﻟَّﻜُﻢْ ﺃَﻧْﻬَﺎﺭﺍً ”
Artinya:
“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb
kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada
kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta
serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai
untukmu”
(QS. Nuh: 10-12)
Dikisahkan
dalam Tafsir al-Qurthubi , bahwa suatu hari ada orang yang mengadu
kepada al-Hasan al-Bashri tentang lamanya paceklik, maka beliaupun
berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian datang lagi orang yang
mengadu tentang kemiskinan, beliaupun memberi solusi, “Beristighfarlah
kepada Allah”. Terakhir ada yang meminta agar didoakan punya anak,
al-Hasan menimpali, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Adapun dalil dari Sunnah Rasul
shallallahu’alaihiwasallam
yang menunjukkan bahwa memperbanyak istighfar merupakan salah satu
kunci rizki, suatu hadits yang berbunyi:
“
ﻣَﻦْ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻦْ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭِ؛ ﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ
ﻫَﻢٍّ ﻓَﺮَﺟًﺎ، ﻭَﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺿِﻴﻖٍ ﻣَﺨْﺮَﺟًﺎ، ﻭَﺭَﺯَﻗَﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ
ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐُ ”
“Barang
siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi
setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki
dari arah yang tidak disangka-sangka”
( HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanad nya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).
Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ bertanya, “Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?”.
Maka
al-Hasan al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari
diriku sendiri. Namun sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh:
“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb
kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada
kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta
serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai
untukmu”.
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ
ﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺑِّﻲ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖَ ﺧَﻠَﻘْﺘَﻨِﻲ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻋَﺒْﺪُﻙَ
ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻬْﺪِﻙَ ﻭَﻭَﻋْﺪِﻙَ ﻣَﺎ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺖُ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ
ﺷَﺮِّ ﻣَﺎ ﺻَﻨَﻌْﺖُ ﺃَﺑُﻮﺀُ ﻟَﻚَ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻚَ ﻋَﻠَﻲَّ ﻭَﺃَﺑُﻮﺀُ ﻟَﻚَ
ﺑِﺬَﻧْﺒِﻲ ﻓَﺎﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧْﺖ
(Ya
Allah, Engkaulah Rabbku itdak ada yang berhak disembang melainkan
diriMu. Engkau telah menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu dan aku akan
setia di atas perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku mengakui nikmat-Mu
untukku dan aku mengkaui dosaku. Maka ampunilah diriku, sesungguhnya
tidak ada yang mengampuni dosa melainkan diri-Mu. Aku memohon
perlindungan dari-Mu dari keburukan perbuatanku). Andaikan seorang hamba
mengucapkannya di sore hari kemudian ia mati maka akan masuk surga atau
akan termasuk penghuni surga. Dan jika ia mengucapkannya di pagi hari
lalu meninggal maka ia akan mendapatkan ganjaran serupa”[HR al-Bukhari]
ﻳَﺎ
ﻋِﺒَﺎﺩِﻱْ ! ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﺗُﺨْﻄِﺌُﻮْﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻭَ ﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻭَﺃَﻧﺎَ
ﺃَﻏْﻔِﺮُ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮْﺏَ ﺟَﻤِﻴْﻌًﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭْﻧِﻲْ ﺃَﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ
( ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ )
“
Wahai para hamba-Ku! Sesungguhnya kalian berbuat salah di malam dan
siang hari. Dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya. Maka mintalah ampun
kepada-Ku, Aku akan mengampinimu._
(HR. Muslim dalam Shahihnya)
ﻭَﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻧِّﻲْ َﻷَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪ َﻭَ ﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻦْ ﺳَﺒْﻌِﻴْﻦَ ﻣَﺮَّﺓً ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ )
“ Demi Allah, sesungguhnya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”
(HR Bukhari )
Ibnu Umar ra juga pernah berkata: Kami biasa menghitung bacaan Rasulullah ﷺ dalam sekali pertemuan, beliau membaca seratus kali:
ﺭَﺏِّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲْ ﻭَﺗُﺐْ ﻋَﻠَﻲَّ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺘَّﻮَّﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢُ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ )
“ Wahai Tuhanku! Ampunilah aku. Dan terimalah taubat untukku. Sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang”.
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Kata dia: Hadits Hasan Shahih ) .
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻌْﻤَﻞْ ﺳُﻮْﺀًﺍ ﺃَﻭْ ﻳَﻈْﻠِﻢْ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﺛُﻢَّ ﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻳَﺠِﺪِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻏَﻔُﻮْﺭًﺍ ﺭَﺣِﻴْﻤًﺎ ( ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ : 110 )
“
Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian
dia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. An Nisaa’,4:110 )
Kedua: Membaca al-Qur'an al-Karim.
{
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘْﻠُﻮﻥَ ﻛِﺘَﺎﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺃَﻗَﺎﻣُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺃَﻧْﻔَﻘُﻮﺍ
ﻣِﻤَّﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَﺎﻫُﻢْ ﺳِﺮًّﺍ ﻭَﻋَﻠَﺎﻧِﻴَﺔً ﻳَﺮْﺟُﻮﻥَ ﺗِﺠَﺎﺭَﺓً ﻟَﻦْ
ﺗَﺒُﻮﺭَ ( 29 ) ﻟِﻴُﻮَﻓِّﻴَﻬُﻢْ ﺃُﺟُﻮﺭَﻫُﻢْ ﻭَﻳَﺰِﻳﺪَﻫُﻢْ ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻠِﻪِ
ﺇِﻧَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺷَﻜُﻮﺭٌ ( 30 )}
“
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri. ”
(QS. Fathir: 29-30).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
ﻗﺎﻝ ﻗﺘﺎﺩﺓ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : ﻛﺎﻥ ﻣُﻄَﺮﻑ، ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ، ﺇﺫﺍ ﻗﺮﺃ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻳﻘﻮﻝ : ﻫﺬﻩ ﺁﻳﺔ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀ .
“Qatadah
(wafat: 118 H) rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in,
wafat 95H) jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat
orang-orang yang suka membaca Al Quran” (Lihat kitab
Tafsir Al Quran Al Azhim).
Asy Syaukani (w: 1281H)
rahimahullah berkata,
ﺃﻱ : ﻳﺴﺘﻤﺮّﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﺗﻼﻭﺗﻪ ، ﻭﻳﺪﺍﻭﻣﻮﻧﻬﺎ .
“Maksudnya adalah terus menerus membacanya dan menjadi kebiasaannya”(Lihat kitab Tafsir Fath Al Qadir ).
ﻋﻦْ
ﺗَﻤِﻴﻢٍ ﺍﻟﺪَّﺍﺭِﻯِّ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - « ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺑِﻤِﺎﺋَﺔِ ﺁﻳَﺔٍ ﻓِﻰ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ
ﻗُﻨُﻮﺕُ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ »
“Tamim Ad Dary
radhiyalahu
‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “
Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala
shalat sepanjang malam. ” (HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab
Shahih Al Jami’ , no. 6468).
ﻋَﻦْ
ﺃَﺑﻲ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔَ ﺍﻟْﺒَﺎﻫِﻠِﻰُّ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎﻝَ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ
ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳَﻘُﻮﻝُ « ﺍﻗْﺮَﺀُﻭﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ
ﻳَﺄْﺗِﻰ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺷَﻔِﻴﻌًﺎ ﻷَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ …
“Abu
Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Bacalah Al Quran
karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafa’at kepada orang yang membacanya”
(HR. Muslim).
ﻋَﻦِ
ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ : ﺿَﻤِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻤَﻦَ ﺍﺗَّﺒَﻊَ
ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳَﻀِﻞَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ، ﻭَﻻَ ﻳَﺸْﻘَﻰ ﻓِﻲ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ،
ﺛُﻢَّ ﺗَﻼَ } ﻓَﻤَﻦَ ﺍﺗَّﺒَﻊَ ﻫُﺪَﺍﻱَ ﻓَﻼَ ﻳَﻀِﻞُّ ﻭَﻻَ ﻳَﺸْﻘَﻰ }.
“Abdullah
bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Allah telah menjamin bagi siapa
yang mengikuti Al Quran, tidak akan sesat di dunia dan tidak akan merugi
di akhirat”, kemudian beliau membaca ayat:
{ ﻓَﻤَﻦَ ﺍﺗَّﺒَﻊَ ﻫُﺪَﺍﻱَ ﻓَﻼَ ﻳَﻀِﻞُّ ﻭَﻻَ ﻳَﺸْﻘَﻰ }
“Lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”.
(QS. Thaha: 123)
Allah Ta’ala berfirman:
{
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﻟِﻠَّﺘِﻲ ﻫِﻲَ ﺃَﻗْﻮَﻡُ ﻭَﻳُﺒَﺸِّﺮُ
ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ ﺃَﻥَّ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﺟْﺮًﺍ
ﻛَﺒِﻴﺮًﺍ }
"Sesungguhnya
al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar ”
(QS al-Israa’: 9).
Imam
Ibnu Katsir berkata: “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji kitab-Nya
yang mulia yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Ta’ala , yaitu
al-Qur-an, bahwa kitab ini memberikan petunjuk kepada jalan yang paling
lurus dan jelas” .
[Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/39).]
Maksudnya:
yang paling lurus dalam tuntunan berkeyakinan, beramal dan bertingkah
laku, maka orang yang selalu membaca dan mengikuti petunjuk al-Qur-an,
dialah yang paling sempurna kebaikannya dan paling lurus petunjuknya
dalam semua keadaannya .
[Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 454).]
Ketiga: Rasulullah saw sebagai Uswatun Hasanah.
Allah Ta’ala menamakan wahyu yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai al-huda (petunjuk) dan dinul haq (agama yang benar) dalam firman-Nya:
{ ﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺭْﺳَﻞَ ﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﺑِﺎﻟْﻬُﺪَﻯ ﻭَﺩِﻳﻦِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺷَﻬِﻴﺪًﺍ }
“
Dialah (Allah Ta’ala) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama, dan
cukuplah Allah sebagai saksi” (QS al-Fath: 28).
Para ulama Ahli Tafsir menafsirkan
al-huda (petunjuk) dalam ayat ini dengan ilmu yang bermanfaat dan
dinul haq (agama yang benar) dengan amal shaleh .
[Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (4/209) dan “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 335).]
Ini
menunjukkan bahwa sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah
sebaik-baik petunjuk yang akan selalu membimbing manusia untuk menetapi
jalan yang lurus dalam ilmu dan amal.
Dalam hadits yang shahih, Rasulullah
Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: “ Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah kitab
Allah (al-Qur-an), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam, dan seburuk-buruk perkara adalah
perkara-perkara yang diada-adakan (baru dalam agama)” .
[HR Muslim (no. 867).]
Inilah makna firman Allah Ta’ala :
{
ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ
ﻳَﺮْﺟُﻮ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍﻵﺧِﺮَ ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ }
“
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan
kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah ” (QS
al-Ahzaab:21).
Keempat: Berdoa.
Dikarenakan
inti dan hakikat hidayah adalah taufik dari Allah Ta’ala , sebagaimana
pada penjelasan sebelumnya, maka berdoa dan memohon hidayah kepada Allah
Ta’ala
merupakan sebab yang paling utama untuk mendapatkan hidayah-Nya. Dalam
hadits Qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman: “ Wahai
hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri
petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan
petunjuk kepada kalian ” .
[HSR Muslim (no. 2577).]
Oleh
karena itu, Allah Ta’ala yang maha sempurna rahmat dan kebaikannya,
memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berdoa memohon hidayah
taufik kepada-Nya, yaitu dalam surah Al Fatihah:
{ ﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢَ }
“ Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.
Syaikh
‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Doa (dalam ayat ini) termasuk doa yang
paling menyeluruh dan bermanfaat bagi manusia, oleh karena itu, wajib
bagi setiap muslim untuk berdoa kepada-Nya dengan doa ini di setiap
rakaat dalam shalatnya, karena kebutuhannya yang sangat besar terhadap
hal tersebut” .
[Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 39).]
Penutup
Setelah
penulis memaparkan kebutuhan manusia dalam menghadapi perintah
beribadah kepada Allah swt semata dan menerima ujian dan cobaan hidup
dariNya dengan tetap bersyukur dan sabar disamping mencari
kebutuhan-kebutuhan hidup yang mengantarkan kehidupan yang dirahmati
diridhai olehNya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.Manusia wajib beribadah dan beramal shalih dengan ikhlas dan istiqamah sebagai bentuk penghambaan kepada Allah swt.
2.Islam agama kaffah yang harus dipatuhi bagi setiap muslim yang bertaqwa.
3.Kebutuhan
manusia banyak ragamnya dan khusus bagi hamba beriman sangat
membutuhkan rahmat, rezki yang halal dan berkah dariNya dan hidayah
sampai akhir hidupnya dari Allah swt.
4.Agar
mendapatkan hidayah dariNya sangat dibutuhkan banyak beristighfar dan
berraubat, membaca al-Qur'an al-karim dan lainnya, nabi Muhammad saw
sebagai suri taukadannya dan istiqamah berdoa disamping usaha lainnya.
Daftar Pustaka
1.Al-Qur’an dan terjemahannya , Departemen Agama Republik Indonesia, Pustaka Agung Harapan 2006
2.Mohamad Ali As-Sobuni, At-Tibyan fi Ulum Al-Qur’an , Darul Sobuni, Qairo, 1999M
3.Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Al-Fawaid , maktabah Al-Iman, Mansurah, Cet.1, 1999m,
4.Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, buku kedua belas, Terj. Purwanto, Penerbit MERJA, Bandung, 2007,
5.Al-Imam Abi Ja’far Muhammad ibn Jarir Al-Tabari, Tafsir Al-Thabari, Juz I Beirut: Dar al-Fikr, 1398/1978.
6.Al-Qurtubi, al-jami’ li Ahkam al-Qur’an, I-IX, Mesir: Dar al-Sya’ab, tt.
7.Dr. M. Qurais sh, Membumikan Al-Quran. Penerbit Mizan,Bandung
8. Dr. Subhi As-Shalih, mabahis fi ulumil Quran Penerbit Pustaka Firdaus, Jakarta
9.Jalaludin Al-Syayuti. 1997. Al-Itqān Fī Ulữm Al-Qur’an. Libanon: Bairut. Juz 2.
10.Ahmad As-Shawiy al-Maliki.
Hasiyatus Shawiy ‘ala Tafsir al-Jalalayn . Juz. I (Bairut: Daar al-Fikr,1993)
11.Jalaluddin al-Mahalliy dan Jalaluddin as-Suyuti.
Tafsir Jallalain . Juz. I & II (Daar al-Ihya’ al-Kutub Al-Arabiyyah Indonesia,tt).
12.Ibnu Katsir, TAFSIR IBNU KATSIR, Jilid 1-7, Bogor : Pustaka Imam Syafi’I, 2003
13.Tafsir Tafysiir al-Kariim ar-Rahmaan Fii Tafsiir Kalaam al-Mannaan karangan Syaikh Nashr as-Sa’di
14.Tafsir Ibnu Abbas:
“Tanwir al-Miqyas min Tafsir Ibnu Abbas”
15.Al-Jami; li Ahkam al-Quran karangan Abu Abdullah al-Qurtubi
16.Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Shihah al-Sittah, Dar al-Fikr, Beirut
17.Sahih al-Bukhari:
Al-Jami Al-Musnad As-Sahih Al-Muktasar min Umur Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassallam wa Sunanihi
18.Sahih Muslim:
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi atau sering dikenal sebagai Imam Muslim ( 821 –875 )
19.Kitab Al-Jami'ush Shaghir: Imam Jalaluddin As-Suyuti.
20.Lisanul Arab: Ibnul Manzhur
21.Madarijus Shalihin:Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Jakarta 10/10/2018
This website is really a walk-by means of for all of the info you needed about this and didn’t know who to ask. Glimpse right here, and you’ll undoubtedly discover it. best online casinos
BalasHapus