HATI YANG BAIK ?
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا
مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
(88) di hari itu harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) Kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Asy-Syuara : 88-89)
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh
manusia terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh
tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, ia adalah hati.”
(Muttafaq ‘alahi).
Muqaddimah
ISTILAH hati
dalam bahasa Arab disebut qalbun, yaitu anggota badan yang letaknya di sebelah
kiri dada dan merupakan bagian terpenting bagi pergerakan darah. Dikatakan juga
hati sebagai qalb, karena sifatnya yang berubah-ubah.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh
manusia terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh
tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, ia adalah hati.”
(Muttafaq ‘alahi).
Menurut Imam
Al-Ghazali dalam “Ihya Ulumuddin” nya membagi makna hati menjadi dua.
Makna yang
pertama, adalah daging kecil yang terletak di dalam dada sebelah kiri dan di
dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam.
Makna yang
kedua, merupakan bisikan halus ketuhanan (rabbaniyah) yang berhubungan langsung
dengan hati yang berbentuk daging. Hati inilah yang dapat memahami dan mengenal
Allah serta segala hal yang tidak dapat dijangkau angan-angan.
Makna Hati
Menurut Etimologi, setidaknya ada dua makna atau maksud dari kata-kata
‘hati’, makna biologis dan makna Islami. Secara biologis hati adalah orhgan
tubuh berwana merah kecoklatan dan berada di bagian kanan atas rongga perut
yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sedangkan secara islami hati adalah
hati yang bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman atau kejadian
dari diri sendiri maupun orang lain. Dalam bahasa arab hati sering disebut
dengan qolbun (قلب), muhjatun (مجهة) atau fuada
(فؤاد) namun yang mungkin sering kita dengar adalah kata qolbun.
Qolbun—atau sering disebut kalbu—dalam bahasa
Indonesia berarti jantung, sehingga jantunglah yang dimaksudkan oleh ayat-ayat
al-Qur’an maupun hadits tatkala menyebut kata qolbu (dalam bentuk
tunggal) ataupun kata-kata qulub (yang merupakan bentuk
jamaknya). Namun kemudian kata qolbu ataupun qulub
lebih sering diterjemahkan dengan hati meskipun kenyataannya antara jantung dan
hati itu sangat berbeda sifat-sifat maupun peranannya. Pembahasan tentang hati
kali ini pun yang kami maksudkan adalah pembahasan tentang jantung, kita
gunakan kata hati untuk menerjemahkan kata qolbu di sini dan tidak menggunakan
terjemah aslinya yaitu jantung, hanya untuk memudahkan pemahaman sebab memang
kata hati ini lebih dikenal oleh masyarakat kaum muslimin.
Al-muhim, hati adalah organ tubuh yang sangat urgen peranannya
dalam tubuh seorang hamba. Imam Bukhori rahimahullahu
ta’ala dalam kitab Shohih-nya meriwayatkan sebuah hadits yang shohih
di mana Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ.
“Ketahuilah
bahwa di dalam jasad ini ada sekerat daging, apabila ia baik maka akan baiklah
seluruh jasad, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasad, ketahuilah ia
adalah jantung (hati).” (HR. Bukhori)
Ulama Membagi
Bebarapa Golongan Hati
Para ulama menjadi hati menjadi beberapa golongan: pertama: hati
yang selamat atau qolbun salim yaitu hati yang bias menyelamatkan
pemiliknya ketika hari kiamat kelak sebagaimana firman Allah
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ
أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
(88) di hari itu harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) Kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Asy-Syuara : 88-89)
Ada yang memberikan pengertian bahwa qolbun salim adalah hati yang
selamat dari setiap syahwat yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan
menentang kebaikan serta selamat dari penyembahan terhadap selain Allah.
Kedua: qolbun mayit atau hati yang
mati yaitu hati yang tidak mengetahui Rabb-nya sehingga akan membawa pemiliknya
untuk tidak menyembah Allah dan senantiasa melakukan perbuatan yang akan
mendatangkan kemurkaan Allah. Ketiga: qolbun marid atau hati yang sakit
yaitu hati yang hidup tetapi sakit, hati seperti ini masih mengenal Allah dan
memiliki kecintaan kepada Allah, akan tetapi hati ini juga masih cinta kepada
syubhat yang bisa mendatangkan kemurkaan Alllah
Terkadang hati seseorang sudah sakit akan tetapi karena pemiliknya tidak
mengetahui bahkan terkadang sampai mati, hal tersebut dikarenakan racun-racun
hati yang sudah sering kita konsumsi, diantara racun-racun hati tersebut
adalah:
pertama: banyak bicara, Rasulullah sering memperingatkan kita untuk menjaga lisan kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Kedua: banyak melihat, yang dimaksud di sini tentunya adalah melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena pandangan merupakan diantara panah-panah beracun iblis yang digunakan untuk menjerumuskan manusia, Rasulullah bersabda:
pertama: banyak bicara, Rasulullah sering memperingatkan kita untuk menjaga lisan kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Kedua: banyak melihat, yang dimaksud di sini tentunya adalah melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah karena pandangan merupakan diantara panah-panah beracun iblis yang digunakan untuk menjerumuskan manusia, Rasulullah bersabda:
النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومَةٌ
فَمَنْ تَرَكَهَا مِنْ خَوْفِ اللهِ أَثَابَهُ جَلَّ وَعَزَّ إِيمَانًا يَجِدُ
حَلاَوَتَهُ فِي قَلْبِهِ.
“Pandangan merupakan sebagian panah diantara panah-panah beracun iblis,
barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah maka Allah akan
memberinya pahala keimanan yang akan dia dapatkan manisnya di hatinya”
Ketiga: banyak makan,
: مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً
شَرًّا مِنْ بَطْنٍ ، حَسْبُ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ ، فَإِنْ
كَانَ لاَ مَحَالَةَ ، فَثُلُثُ طَعَامٍ ، وَثُلُثُ شَرَابٍ ، وَثُلُثٌ
لِنَفْسِهِ.
Tidak ada tempat yang lebih je;ek dari bani ada kecuali perutnya, maka
cukup lah bagi dia makan untuk menegakkan punggungnya, jika tidak demikian maka
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga lagi untuk nafas.
Keempat: banyak bergaul,
pergaulan ada empat macam, yang pertama seseorang bergaul seperti makan, keuda
bergaul seperti obat, ketiga bergaul seperti penyakit, keempat pergaulan yang
menghancurkan.
Hati Yang Sehat
Diantara penyebab hidupnya hati ialah: dzikrullah, istighfar, do’a,
sholawat atas nabi, qiyamul lail, zuhud terhadap dunia
Hati ibarat
cermin. Jika tidak dirawat dan dibersihkan, ia mudah kotor dan berdebu. Karena
itu, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah pernah mengatkan bahwa hati manusia terbagi dalam
3 kriteria; Qalbun Salim (hati yang sehat), Qalbun Mayyit (hati yang mati) dan
Qalbun Maridh (hati yang sakit).
Hati yang sakit
(Qalbun Maridh), ia senantiasa dipenuhi penyakit yang bersarang di dalamnya. Di
antaranya; Riya’, hasrat ingin dipuji, Hasad, dengki, ghibah dan sebagainya.
Juga sombong dan tamak.
Orang yang
memiliki Qalbun maridh (hati yang sakit) akan sulit menilai secara jujur apapun
yang tampak di depannya, Melihat orang sukses, timbul iri dengki, Mendapat
kawan beroleh karunia rizki, timbul resah, gelisah, dan ujung-ujungnya menjadi
benci
Yang lebih
parah adalah hati yang mati (Qalbun Mayyit). Hati ini sepenuhnya di bawah
kekuasaan hawa nafsu, sehingga ia terhijab dari mengenal Allah Subhanahu
Wata’ala. Hari-harinya adalah hari-hari penuh kesombongan terhadap allah, sama
sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya, dia juga tidak mau menjalankan
perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya. Hati model ini berada dan berjalan
bersama hawa nafsu dan keinginan-nya walaupun sebenarya hal itu dibenci dan
dimurkai Allah. Ia sudah tak peduli, apakah Allah ridha kepadanya atau tidak?
Sungguh, ia telah berhamba kepada selain Allah Bila mencintai sesuatu, ia
mencintainya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak, mencegah,
membenci sesuatu juga karena hawa nafsunya.
Sementara itu,
hati yang baik dan sehat disebut Qalbun Salim. Inilah hatinya orang beriman.
Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya
dan bertenpat di nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang).
Dalam al-Qur’an
disebutkan al-salim pada dua tempat. Antara lain QS. Al-Shaffat: 84 yang
berbunyi: “(ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati
yang selamat (sehat)”.
Kemudian Q.S
Al-Syu’ara: 87-89, Allah SWT berfirman: “Dan janganlah Kau hinakan aku pada
hari mereka dibangkitkan. (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak
berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.
Ayat pertama
merupakan penjelasan mengenai Nabi Ibrahim sebagai golongan pengikut Nabi
sebelumnya, yaitu Nabi Nuh yang memiliki hati yang ikhlas dan tidak ada
keraguan dalam beriman kepada Allah SWT. Sedangkan pada ayat kedua hati yang
bersih dijelaskan dalam tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin As-Suyuti dan
Imam Jalaludin Al-Mahalli berarti hati yang bersih atau selamat dari sifat
syirik dan nifaq yang merupakan cerminan dari seorang mukmin.
Sumarkan dan
Titik Triwulan Tutik dalam bukunya “Misteri Hati” (Asrarul Qalb) mengungkapkan
bahwa yang dimaksud Qalbun Salim (hati yang sehat) adalah hati yang terbebas
dan selamat dari berbagai macam sifat tercela, baik yang berkaitan dengan Allah
maupun yang berkaitan dengan sesama manusia dan makhluk Allah di alam semesta
ini.
Di antara sifat
tercela yang merupakan penyakit hati, jika dihubungkan dengan Allah Subhanahu
Wata’ala seperti syirik dan nifaq sedangkan pada sesama manusia adalah iri,
dengki, hasud atau provokasi, fitnah, buruk sangka, serta khianat.
Kata Nabi,
sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Cara membersihkannya
adalah dengan mengingat Allah [dzikrullah] ”
“Qalbu berkarat
karena dua hal yaitu lalai dan dosa. Dan pembersihnya-pun dengan dua hal yaitu
istighfar dan dzikrullah.” [HR.Ibnu Ab’id dun ya Al-Baihaqi]. Wallahu a’lam.
JAKARTA 19/8/2013
Hati yang selamat
BalasHapus