KEMULIAAN
Bagi Penda’i Yang Istiqamah
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” [An-Nahl:125]
Muqaddimah
Dakwah adalah
aktivitas menyeru manusia kepada Allah swt dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dengan harapan agar objek dakwah (mad’u) yang kita dakwahi beriman kepada
Allah swt dan mengingkari thagut (semua yang di abdi selain Allah) sehingga
mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Jika kita
melihat ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits Rasulullah saw, kita akan
banyak menemukan fadhail (keutamaan) dakwah yang luar biasa. Dengan mengetahui,
memahami, dan menghayati keutamaan dakwah ini seorang muslim akan termotivasi
secara kuat untuk melakukan dakwah dan bergabung bersama kafilah dakwah di
manapun ia berada.
Allah Ta’ala memuji para da’i yang
menyeru kepada kebaikan, dengan istilah tidak ada perkataan yang paling baik
dari perkataan mereka. Allah Ta’ala berfirman, “Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih,
dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
(QS. Fushilat : 33)
Perintah
Berda’wah
1. Perintah
berdakwah dalam Al Quran
a) Allah
Ta’ala berfirman,
“Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama) ku, aku
dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah di atas ilmu
(hujjah yang nyata). Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik’.” [Yuusuf:108]
b) Allah
berfirman,
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” [An-Nahl:125]
c) Allah
berfirman,
“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat
menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu
diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah
sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.”
[Al-Qashash:87]
d) Allah
berfirman,
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan
berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?’.”
[Fushshilat:33]
e) Allah
berfirman,
“Dan orang-orang yang telah Kami berikan
kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di
antara golongan-golongan (Yahudi dan Nashrani) yang bersekutu, ada yang
mengingkari sebahagiannya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk
beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Dia. Hanya
kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali’.” [Ar-Ra'd:36]
f)
Allah berfirman,
“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan
syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka
membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu.
Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” [Al-Hajj:67]
g) Allah
berfirman,
“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk
jadi saksi, dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan, dan untuk jadi
penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang
menerangi.” [Al-Ahzaab:45-46]
2. Perintah
berdakwah dalam As Sunnah
1. Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr
Al-Anshariy Al-Badriy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu
kebaikan maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang melakukannya.”
(HR. Muslim no.1893)
2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menyeru/mengajak (orang
lain) kepada petunjuk maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala
dari orang-orang yang mengikutinya, yang hal itu tidak mengurangi pahala-pahala
mereka sedikit pun, dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia
akan mendapat dosa seperti dosa-dosa dari orang-orang yang mengikutinya, yang
hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim no.2674)
Beberapa Keutamaan Da’wah
- Dakwah menjadi utama karena ia adalah muhimmatur rusul (tugas para nabi dan rasul).
- Dakwah menjadi utama karena ia adalah ahsanul a’mal (sebaik-baik amal).
- Dakwah menjadi utama karena dengan berdakwah seorang muslim meraih pahala yang teramat besar (al-hushul ‘alal ajri al-azhim).
- Dakwah menjadi utama karena dapat menyelamatkan da’i dari azab Allah swt dan pertanggungjawaban di akhirat.
- Dakwah menjadi utama karena ia adalah jalan menuju khairu ummah (terbentuknya umat yang terbaik).
Dengan demikian
berarti seorang da’i sedang menjalani kehidupan rabbaniyyah (al-hayah
ar-rabbaniyyah) dan kehidupan yang penuh keberkahan (a-hayah al-mubarakah).
Da’wah Tugas Para Rasul
Para rasul
alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan tugas
utama mereka yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak pada
disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia
yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul
alaihimussalam.
Katakanlah (Hai
Muhammad): “Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah
(mengajak kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf (12): 108).
Ayat di atas
menjelaskan jalan Rasulullah saw dan para pengikut beliau yakni jalan dakwah.
Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw, ia harus terlibat dalam
dakwah sesuai kemampuannya masing-masing.
Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam menjalankan
tugas berdakwah siang dan malam:
Nuh berkata:
“Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku malam dan siang.
(Nuh (71): 5).
Tentang Nabi Ibrahim as, Allah mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada
ayah dan umatnya:
69. dan bacakanlah
kepada mereka kisah Ibrahim.
70. ketika ia
berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?”
71. mereka
menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun
menyembahnya”.
72. berkata
Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa
(kepadanya)?,
73. atau
(dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudarat?”
74. mereka
menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami
berbuat demikian”.
75. Ibrahim
berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah,
76. kamu dan
nenek moyang kamu yang dahulu?,
77. karena
sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta
alam,
78. (Yaitu
Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
79. dan
Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
80. dan apabila
aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
81. dan yang
akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
82. dan yang
amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (Asy-Syuara
(26): 69-82).
Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam banyak ayat-ayat Al-Quran, di
antaranya:
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami
kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: “Sesungguhnya aku
adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”. Maka tatkala dia datang
kepada mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka
menertawakannya. (Az-Zukhruf (43): 46-47).
Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam firman-Nya:
Dan tatkala Isa
datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan
membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu
berselisih tentangnya, maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku”.
Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah
jalan yang lurus. (Az-Zukhruf (43): 63-64).
.
Allah Ta’ala menjadikan seluruh makhluq di langit dan bumi, semuanya memohonkan
ampun bagi para da’i ilallah, sampai ikan-ikan di lautan sekalipun. Inilah
ganjaran atas amalan mereka menyebarkan ilmu yang merupakan warisan para Nabi,
sesuai dengan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya
orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi, hingga
ikan-ikan di lautan turut memohonkan ampun bagi mereka”
Pintu kenabian
dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun kita masih dapat
mewarisi pekerjaan dan tugas mulia mereka, sehingga kita berharap semoga Allah
swt berkenan memuliakan kita.
JAKARTA
20/6/2013
smga ini ber manfaat.untk kta smua
BalasHapus